Mila terbangun seperti biasa namun saat akan terbangun ia merasa sesuatu yang keras berada di bawah kepalanya, berlahan Mila meraba dan merasakan lengan kekar yang menjadi bantal untuknya pandangan matanya kini berhenti di wajah sang kekasih.
" Tampan..tapi pemaksa dan menyebalkan " Mila terus bergumam namun, Jari lembutnya menyusuri wajahnya Devan hingga terhenti di bibir Devan. wajah Mila kini berada dekat dengan wajah Devan dengan gerakan yang sangat pelan Mila mengecup bibirnya. siapa sangka sang pemilik bibir dengan cepat membalas kecupan sang kekasih.
" Jangan lagi mengodanya jika kamu tidak ingin sesuatu terjadi padamu sayang.." Mila yang kaget dengan reaksi Devan hanya menundukkan wajahnya yang memerah.
" Sejak kapan kamu bangun, dan apa yang kamu maksud dengan sesuatu terjadi denganku ?"
" Apa kamu ingin melakukanya sekarang "
" Tidak mau.. kamu belum menjawab pertanyaanku ?"
" Aku terbangun sebelum kamu bangun sayang jadi aku tau betul apa yang kamu lakukan "
" Menyebalkan..."
" Tapi kamu suka kan " dengan gemasnya Devan menggelitik pinggang Mila yang sedikit kesal, hingga akhirnya tawanya pecah.
"Sudah Dev cukup aku gak kuat lagi..."
" Baiklah sayang..."
Mila menetralkan nafasnya yang memburu. akibat ulah kekasihnya.
" Sayang mau kemana..." tanya Devan yang melihat kekasihnya berdiri dari tempat tidur.
" Aku akan mandi dan akan bekerja Dev "
" Kalau begitu kita akan mandi bersama sayang "
" Tidak!!! "
" Kenapa berteriak sayang..."
" Apa maksudmu dengan mandi bersama kalau tidak...?"
" Buang pikiran kotormu itu sayang, atau kamu menginginkannya sekarang..."
" Dev...!!!" puas menggoda kekasih kecilnya Devan berlari keluar dari kamar utama yang di tempati oleh Mila.
setelah menyelesaikan ritual mandinya Mila keluar dari kamar dengan pakaian kerjanya. celana panjang hitam dan kaos berwarna putih tidak lupa Mila menambahkan dengan blazer berwarna mocca polos, rambutnya yang panjang di ikat kuda. penampilan Mila yang sederhana, itu yang membuat Devan semakin mencintainya.
" Sayang duduklah di sampingku " Devan menepuk kursi di sampingnya.
" Baiklah sayang...." Mila menuruti kemauan Devan dan duduk di samping namun baru menarik kursi Devan dengan cepat menarik tangan Mila agar duduk di pangkuannya.
" Sayang bagaimana jika ada yang melihat "
" Biarkan mereka melihat sayang, aku ingin seperti ini "
Devan mengambil nasi goreng untuk menyuapi Mila dan dirinya hingga nasi goreng di piring tandas, seorang pelayan tersenyum melihat Devan yang sangat perhatian pada calon istrinya.
Usai sarapan mereka pergi kekantor, Devan membukakan pintu mobil untuk Mila dan memasangkan sabuk pengamannya, setelah itu Devan memutari mobil dari arah depan dan duduk di belakang kemudi.
" Sayang aku ingin secepatnya menikah denganmu, aku tidak mau menunggu lebih lama lagi. apa kamu sudah siap sayang "
"Dev aku juga ingin secepatnya menikah denganmu "
" Apa kamu akan menuruti kemauanku sayang..."
" Satu Minggu lagi kita akan umumkan hubungan kita "
" Sayang apa benar yang kamu katakan ?"
" Aku serius Dev..."
" Baiklah tapi sebelum itu ada hal yang harus kamu tau "
" Apa itu ?"
" Nanti di kantor akan aku katakan "
" Bercandamu tidak lucu Dev..."
" Hahaha...kamu menggemaskan jika bibirmu Seperi ini sayang jang pernah kamu lakukan di depan laki-laki lain karena Aku sangat cemburu nanti "
" Memangnya apa dengan bibirku sehingga membuatmu cemburu ?"
" bibirmu jika seperti ini itu terlihat menggoda sayang "
" Dev...."
"Hahaha...maaf sayang " puas menggoda Mila hingga mereka sampai di parkiran khusus, seperti biasa Mila mencium Dev terlebih dulu setelah itu baru bisa keluar dari mobil jika tidak sudah pasti Devan akan menahannya.
Mila berjalan dengan langkah lebar dia tidak ingin para karyawan melihatnya keluar dari mobil Devan. sampai di lobby padangan orang terlihat aneh bahkan ada yang terang-terangan mencibirnya.
" Menjijikan ternyata wanita yang terlihat kalem itu lebih liar dari seorang pelacur " ucap salah seorang satu karyawan.
" Benar -benar gak nyangka ya ada orang yang seperti itu, bahkan laki-laki tidak bisa melihat mana wanita baik-baik mana yang wanita murahan " karyawan yang lain menimpali.
" Jangan salahkan laki-laki karena pada dasarnya laki-laki itu mudah di rayu hahhaaa...." mereka tertawa dan menatap Mila dengan tatapan sinis. Mila hanya diam melihat mereka pada dasarnya Mila memang tidak tau apa-apa.
Saat akan memasuki lift seseorang mendekati dan berbisik di telinganya.
" Bisakah nanti malam datang ke apartemenku, kamu jangan khawatir aku janji akan memberikanmu lebih dari yang pria itu berikan padamu "
Ucapan laki-laki yang menjabat sebagain manajer Administrasi membuat Mila membelalkan matanya tidak percaya.
" Apa maksud Anda pak Adam ?"
" sudahlah jangan berpura-pura semua orang sudah tau jika kamu adalah simpanan para bos " matanya menelusuri penampilan Mila dari atas sampai kebawah dengan pandangan kelaparan.
" Meskipun penampilanmu sederhana tapi aku yakin tubuhmu sangat seksi Mila "
" Jaga ucapanmu pak Adam!! "
" Jangan sok suci Mila, apa kamu tidak tau jika semua karyawan telah mengetahui atau kamu pura-pura tidak tau sungguh Wanita murahan " Mila meninggalkan laki-laki yang menjabat sebagai manajer. dengan langkah lebar air mata Mila mengalir tanpa bisa di cegah pandangan karyawan membuatnya terasa risih. tanpa sengaja Devan yang sudah berada di lift khusus melihat Mila yang berjalan dengan langkah lebar dan terlihat sedang menangis dengan cepat menyusul Mila namun langkahnya terhenti kala salah satu klein nya sudah berdiri di depannya.
" Tuan Devan selamat pagi "
" Oohh Tuan Steven pagi sekali Anda sudah ada di kantor saya apa semalam tidur Anda nyenyak Tuan ?"
" Anda tau jika saya tidak suka dengan keterlambatan "
" Dan Anda pasti tau jika saya tidak suka, dengan orang yang ingin tau urusan pribadi saya "
" Tuan Devan kedatangan saya sepagi ini tidak ingin tau apa yang terjadi dengan para karyawan Anda yang sedang bergosip tapi benar. saya tidak memungkiri sedikit penasaran dengan salah satu karyawan Anda Tuan Devan "
Devan menatap Steven dengan pandangan yang mematikan. paham dengan yang di maksud Steven adalah Mila kekasihnya, sebelum Devan turun dari mobil Ben sang asisten memberikan sebuah video dimana Mila yang keluar dari lift hingga berada di dalam mobil bahkan terlihat jelas saat mereka berciuman. namun wajah pria yang berada di video di buat blur. tangan Devan terkepal kuat dengan cepat ia menyusul Mila, namun sayang Mila yang berjalan cepat tidak lagi terlihat hingga saat Devan memutuskan akan naik lift tanpa sengaja melihat Mila berjalan dengan cepat dan air matanya mengalir. Devan menatap Ben sang asisten agar menyusul Mila untuk melindunginya.
Ben paham dengan tatapan mata Devan dengan cepat menyusul Mila.
Mila telah sampai di pantry sama dengan karyawan yang lain kini pandangan teman-temanya berubah mencemooh.
bahkan Erick yang biasanya ramah berubah menjadi diam.
Lusi sang sahabat yang tak kunjung datang membuatnya semakin terburuk. Ben yang datang ke pantry dengan nafas ngos-ngosan membuat semua yang berada di sana menatapnya heran.
" Non Mila ikutlah dengan saya sekarang "
" Tidak pak Andy saya akan bekerja silahkan Anda pergi dari sini "
" Tapi non tuan Dev.."
" Pergilah aku akan baik-baik saja, jangan katakan apapun pada mereka "
" Tapi non..."
" Pergilah " mereka menatap Mila dengan pandangan semakin mencibir caranya bicara pada asisten Tuan Devan di rasa tidak sopan terlebih mere bicara dengan suara yang sangat pelan.
Setelah kepergian Ben dari pantry mereka kembali berbisik, tak lama Lusi datang dengan penampilan yang acak-acakan nafasnya yang ngos-ngosan.
" Mila kamu tidak apa-apa ?"
' Tidak memangnya kenapa denganku ?"
" Mereka telah..."
" Aku tidak peduli Lusi, karena mereka tidak tau siapa yang mereka gosipkan "
" Kamu benar Mila, ayo kita kerja "
" Ayoo..." mereka keluar dari pantry membawa peralatan untuk membersihkan ruang khusus meeting yang sebentar lagi akan di gunakan. namun mereka tidak menyadari jika sepasang mata menatap wajah Mila yang cantik alami.
' Kenapa jantungku berdetak lebih cepat, apa aku sakit jantung. sebaiknya besok aku pergi ke Dokter ahli jantung, aku tidak mau mati mendadak ' ucap Steven dalam hati.
Meeting berjalan dengan lancar, Dev dengan cepat keluar dari ruang meeting dan kembali ke ruang kerjanya Ben yang mengikuti dari belakang dengan sigap membukakan pintu untuk Devan.
" Ben apa tuan Steven sudah pergi ?"
"" Sepertinya belum Tuan "
" Kamu selidiki siapa yang membuat video itu dan setelah makan siang nanti kumpulkan semua karyawan di Ballroom "
" Apa Anda akan mengumumkan hubungan Anda dengan nona Mila sekarang Tuan "
" Tidak ada waktu lagi, aku tidak ingin mereka mencibir kekasihku "
" Baik tuan, saya setuju dengan keputusan Anda tapi bagaimana dengan non Mila apa non..."
" Aku tau dia akan marah, aku tidak peduli "
" Satu lagi siapkan meja satu lagi disini, buat sebagus mungkin dan jangan lupa sesuai selera Mila, kamu paham Ben "
" Baik Tuan " Ben meninggalkan ruang kerja Devan.
Jam istirahat Mila bersama Lusi menuju kantin, orang-orang yang berpapasan dengan mereka selalu berbisik-bisik bahkan dengan terang-terangan mencibirnya. Lusi yang tidak tahan dengan cibiran mereka dengan tegasnya berteriak di depan banyak orang.
" Kalian jika tidak tau apapun jangan sekali-kali bergosip "
" Ooohhh temannya tidak terima hahaha...."
" Lusi duduklah selesaikan makanmu dan kita pergi dari sini jangan dengarkan kata-kata mereka "
" Tapi Mila mereka sudah keterlaluan padamu, mereka tidak tau siapa laki-laki yang bersamamu '
" Itu lebih baik Lusi, cepatlah habiskan makanmu "
" Mila..." Mila dan Lusi mereka secara bersamaan menoleh ke arah suara yang memanggilnya terlihat Ricky berdiri di belakang Mila.
" Apa benar yang di gosipkan mereka...?" Mila menatap wajah sendu Ricky.
" Maafkan aku Ricky..." Mila menundukan wajahnya. ia tau persis hati Ricky padanya. Ricky meninggalkan meja Mila dan pergi, Mila melihat nasi Ricky tak tersentuh ada rasa tak enak hati.
Usai makan siang semua karyawan di kumpulkan di ballroom. mereka bertanya-tanya ada apa gerangan tidak seperti biasanya Presdir mereka mengumpulkan semua karyawan, kecuali acara kantor.
mereka sudah berkumpul di ballroom, terlihat Devan memasuki ballroom dan berapa bodyguard berada di belakangnya termasuk Ben sang asisten. Devan berdiri di atas Aula, dengan wajah dinginnya Devan menatap seluruh karyawan yang berada di sana. tak terhitung berapa banyak karyawan nya namun saat ini, Devan yang tersulut emosi. dengan lantang mengucapkan.
" Apa kalian ada yang ingin bertanya kenapa hari ini kalian berada di ballroom ?" tanya Devan dengan lantang Ben yang di belakangnya bahkan sampai terkejut. semua karyawan hanya menggelengkan kepalanya.