Bila Natt adalah protagonis dalam novel romansa komedi, tentu saat matanya terbuka ia akan disambut oleh heroine cantik yang mendekapnya dengan penuh kasih sayang. Namun, saat ini Natt masih tersungkur di lantai ruangan yang dingin. Sendirian. Tanpa tahu sudah berapa lama ia telah terbaring di sana.
Pendingin udara masih terus menambah kegigilan yang ia rasakan. Natt berusaha bangkit untuk mencari kehangatan. Sayangnya, ia tidak bisa. Sekujur tubuh yang menggigil terasa lemas; tak bertenaga. Pipi dan tangan kanannya bagai melekat oleh sesuatu yang lengket. Meski matanya berusaha memastikan, Natt hanya melihat cairan merah yang telah mengeras. Natt mencoba berpikir. Tetapi, kepalanya mendadak pusing dan secara perlahan kesadarannya kembali hilang.
Sekali lagi Natt tersadar. Kali ini seolah kehangatan telah menyelimuti seluruh tubuhnya. Ia mencoba berkedip beberapa kali lalu menyadari bahwa dirinya telah berbaring di ranjang empuknya. Natt mencoba mengingat apa yang sebenarnya terjadi, tetapi aroma segar dari masakan yang mendidih pun tercium dan mengalihkan seluruh fokusnya.
"Sup, ya? Sudah lama sekali aku tidak makan … Tunggu dulu! Siapa yang sedang memasak sup?" Natt seketika terbangun oleh gelombang kejut yang menyambangi benaknya, tetapi rasa sakit yang menyetrum tengkuk membuatnya kembali terbaring dan melepaskan sedikit jeritan.
Natt mencoba meluruskan lehernya dan menahan rasa sakit yang sempat merayap. Seiring rasa sakit yang belum mereda, keringat juga mulai mengalir di wajahnya.
"Natt?" Suara itu berasal dari pintu kamarnya yang terbuka.
Natt belum mampu menolehkan kepala sepenuhnya, namun dari bentuk suara dan siluet tubuh, ia sangat yakin kalau itu seorang wanita. Hingga sosok tersebut telah terlihat dengan sempurna di matanya, Natt tertegun bukan main.
"R-Rachel?"
Benar. Sosok wanita yang memakai kemeja putih panjang berlapis celemek dan menguncir kuda rambutnya itu adalah Rachel. Kaca mata berlensa jernih dengan frame plastik merah jambu menambah kesannya yang benar – benar santai. Penampilan yang ia perlihatkan mirip seperti seorang istri muda yang baru saja selesai memasak untuk suaminya.
"Ah, selamat pagi, Natt. Keringatmu …. Tunggu sebentar, aku ambilkan handuk."
Rachel bergegas ke luar kamar dan kembali membawa handuk. Ia duduk di tepi ranjang dan mulai menyeka keringat yang ada di wajah dan lengan sang lelaki.
Natt sedang dalam mode panik. Tetapi, ia tidak punya energi yang cukup untuk mengungkapkannya ke dalam mimik wajah. Bagaimana tidak? Saat ini ada wanita yang tiba – tiba ada di kamarnya dan bertingkah layaknya suster yang sedang mengurus pasiennya.
"B-bagaimana kamu bisa tahu apartemenku, Rachel?" Dari segala pertanyaan, malah ini yang terlintas dari bibirnya.
"Oh, itu?" Rachel tampak berpikir. "Aku melacaknya dengan kode pabrik RNS-DC milikmu."
"Bukannya itu … ilegal?" Natt menatap Rachel dengan serius.
"Oh, benarkah? Kamu tidak perlu khawatir," jawab Rachel dengan santai.
"Lagian, bagaimana caranya kamu bisa masuk ke dalam apartemenku?" tukas Natt.
"Tenang saja. Aku sudah meminta seorang profesional untuk menggantinya seperti baru. Tentu dengan merek yang sama. Jadi tidak ada yang perlu dikhawatirkan."
Jawaban datar itu membuat Natt sedikit kesal. Namun, ia tidak punya cukup tenaga untuk beradu argumen dengannya saat ini.
Setelah Rachel selesai menyeka keringat, ia berpesan agar Natt tidak terlalu menggerakkan lehernya. Kemudian ia beranjak keluar untuk membawa sarapan. Sementara itu, Natt mencoba untuk duduk dan bersandar sembari mengingat pesan Rachel. Ia melepas selimut dan mendapati dirinya telah mengenakan pakaian yang berbeda dari kemarin malam.
Urat malu Natt mendadak tegang sampai ke akar – akarnya. Alasannya simpel. Sebab seorang wanita telah mengganti pakaiannya saat sedang tak sadarkan diri. Natt yang hampir putus asa oleh rasa malu yang datang menyergap, mencoba melihat celana dalamnya.
Aman. 100% aman. Rachel tidak sampai menyentuh daerah terlarang miliknya.
Natt mengembuskan napas lega yang sampai terdengar oleh Rachel. Wanita itu datang membawa dua mangkuk sup di atas nampan.
"Apa maksud dari kelegaanmu yang mencurigakan itu?" Rachel yang telah duduk di atas ranjang menunjuk hidung Natt dengan sendok. Mata Natt sempat liar. Ia tak sengaja memandang tahi lalat pada tulang selangka yang menampakkan diri dari celah kerah baju Rachel yang terbuka satu kancing.
"T-tidak ada, Rachel. Sungguh!" ucap Natt sembari mengalihkan pandangannya.
"Hmm … Kalau begitu, ambil sarapanmu."
Natt segera menyuapi dirinya dengan kelezatan sup ayam yang ada di dalam mangkuk. Dengan perlahan, ia menikmati setiap suapan tanpa mengeluh ataupun mengomentari rasanya.
Meski begitu, rasa tidak nyaman tiba – tiba menyergapnya. Jelas sekali bila sumber ketidaknyamanan itu berasal dari tatapan Rachel yang seolah hendak menginterogasi dirinya.
"A-ada apa?"
Rachel tidak menjawab. Ia mengalihkan pandangan dan kembali menikmati makanannya.
"Tentu saja aku tidak sampai menelanjangimu, dasar mesum."
Sahutan tiba – tiba itu hampir membuat Natt menyemburkan kegurihan sup yang sedang bernaung di mulutnya.
"A-a-a-i-itu …."
"Hentikan reaksi berlebihanmu itu, Anak muda. Tenang saja, aibmu tidak akan kusebarkan."
Natt menjerit dalam diamnya. Ia ingin sekali melemparkan satu kue bolu penuh krim ke wajah wanita yang memberikan ekspresi datar setelah mengatakannya dengan begitu gamblang.
Sembari menahan rasa malu yang luar biasa, Natt berhasil menghabiskan sarapannya. Rachel mengumpulkan lalu membawa peralatan makan ke dapur dan mencucinya. Ia menyusunnya ke dalam lemari setelah mengeringkannya.
Rachel melepas celemek dan memasukkannya ke dalam tas. Ia mengganti kacamatanya dengan yang memiliki frame metal dan berlensa jernih. Ia kemudian kembali ke kamar sembari menyandang tasnya.
Natt menyadari bahwa kali ini Rachel akan berbincang mengenai hal yang serius. Dari jas hitam yang dikenakan dan gaya rambut yang telah dikuncir samping, itu telah menjelaskan segalanya. Wanita itu duduk di kursi yang telah diambilnya dari depan meja komputer dan menatap Natt dengan penuh perhatian.
"Jadi, apa yang sebenarnya terjadi, Natt?"
Pertanyaan pembuka yang sudah diduga. Natt masih ragu apakah ia harus menjelaskannya pada Rachel? Sebuah pengalaman yang cukup tidak masuk akal. Tetapi, bila ia menyimpannya sendiri, maka masalah tak kunjung dipecahkan. Tentang Promordial Entity ataupun gadis kecil yang tersandera di sana.
Natt mengatur napasnya sembari jemarinya dikepalkan. Rachel menyadari bahwa Natt butuh waktu untuk menyusun kalimatnya. Ia pun menunggu dengan sabar.
Saat semuanya ditetapkan, Natt mulai membuka mulutnya. Ia menceritakan satu demi satu kronologi yang terjadi. Hingga saat Natt menyebut tentang Child of Celestial ….
"Tunggu dulu, Natt. Ada yang aneh dengan ceritamu barusan."
"Aneh bagaimana? Jangan katakan kalau kamu tidak percaya padaku, Rachel."
Rachel memijit keningnya sejenak. Lalu jemarinya menutup mulut dan ia mulai bergumam tidak jelas. Seolah sedang memikirkan sesuatu yang sangat krusial.
Natt menunggu reaksi aneh dari Rachel ini berakhir. Entah bagaimana, Natt merasa kalau ini adalah sesuatu yang akan mengganggu pikirannya.
"Istana Galacta, Primordial Entity, Prothaleya, Aggreanos, Graciexa, dan Child of Celestial. Semua yang kamu jelaskan barusan adalah bagian dari update yang akan diimplementasikan dalam satu minggu ke depan, Natt."
Natt tersentak kaget. Kali ini jauh lebih mengejutkan dari pada fakta Rachel bisa ada di dalam kamarnya. Bahkan keringat kembali turun dari sela – sela rambutnya.
"A-apa maksudnya itu, Rachel?"
"Kemungkinan yang bisa kupikirkan hanya sedikit. Pertama, ada yang salah dengan ingatanmu."
"Aku rasa hal itu tidak mungkin, Rachel. Sebab aku masih mengingat apa yang kamu ucapkan sebelum melakukan injeksi program kemarin."
"Maka kemungkinan kedua adalah hal yang tidak mungkin terjadi."
"Tidak mungkin terjadi? Apa maksudmu?"
Rachel mendesahkan napas. Ia sekali lagi memijit keningnya.
"Kemungkinan kedua yang kumaksud adalah, kamu terjebak di masa depan, Natt."
Rahang Natt nyaris terjatuh saat mendengar jawaban Rachel dengan wajah yang amat serius itu. Tetapi sepersekian detik setelahnya, Natt tertawa terbahak – bahak sampai rasa sakit di tengkuk menghentikan tawanya secara paksa.
"Rachel, kalau ingin bercanda, gunakan yang lebih masuk akal sedikit," ujar Natt sembari menahan tawa yang hendak meledak lagi.
"Aku tahu kemungkinan kedua ini tidak masuk akal, Natt. Tapi aku tidak punya penjelasan lain. Bahkan data tentang Istana Galacta dan sebagainya sama sekali belum diupload ke dalam server."
"Bisa jadi aku terjebak ke server negara lain, kan?"
"Itu tidak mungkin. Update minggu depan adalah update skala global yang akan menyambangi semua server Crown of Six di seluruh dunia. China, NA, Eropa, Jepang, dan Asia Tengah dan Baratayudha. Semuanya akan update secara bersamaan."
Rasa geli pada diri Natt lenyap. Ia telah berhenti menertawakan pernyataan Rachel sebelumnya. Namun, kemungkinan kedua itu sudah jelas tertolak oleh logikanya. Ia juga yakin Rachel berpendapat yang sama. Berarti satu – satu penjelasan yang tersisa dan masuk akal adalah ….
"Private Server," ucap keduanya bersamaan.
Namun tak lama setelah meraih kesimpulan yang sama, keduanya juga mendesahkan napas panjang.
"Satu – satunya penjelasan bahwa adanya Private Server berarti ada pihak yang telah mengakses data internal Minerva Corporation secara independen tanpa sepengetahuan kantor cabang."
"Berarti kantor pusat?" Natt mencoba menerka.
"Itu adalah satu – satunya hal yang tidak mungkin terjadi, Natt."
"Kenapa tidak mungkin?"
"Aku tidak bisa menjelaskannya lebih lanjut. Rahasia perusahaan."
"Masih berbicara 'rahasia' pada masalah yang hampir merenggut nyawaku?"
Rachel menggelengkan kepalanya.
"Kamu dan aku sudah menjalani kontrak kerja, Natt. Namun, bukan berarti semua rahasia bisa dengan bebas kamu ketahui. Saat kamu masuk ke dalam masyarakat, kamu akan mengerti betapa rumitnya hanya untuk mendapatkan kebenaran yang akan menyelamatkan nyawa seorang manusia."
"Aku tahu dan kamu tidak perlu menceramahiku tentang itu, Rachel." Natt memalingkan wajahnya ke samping. "Aku minta maaf bila menyinggung perasaanmu barusan."
"Tidak ada yang perlu dimaafkan," desahnya. "Lagian, ini sudah menjadi bagian dari pekerjaanku."
Rachel menguap lalu merenggangkan tubuh langsingnya. Natt dapat melihat kantung mata yang menghitam di wajahnya. Nampak sekali bila ia belum cukup beristirahat.
"Sekarang giliranmu beristirahat, Rachel."
"Tidak perlu kamu beritahu, Natt." Rachel berdiri, memeriksa tas dan semua bawaannya. "Kalau begitu aku pergi dulu. Mumpung ini akhir pekan, gunakan waktumu untuk beristirahat yang cukup. Dan jangan pakai RNS-DC untuk satu hari ini. Mesinmu akan diperiksa besok. Juga, luka di tengkukmu belum menutup sepenuhnya."
Rachel melambaikan tangan lalu pergi keluar. Bunyi pintu apartemen Natt yang bergema adalah pertanda Rachel telah meninggalkan kediamannya.
"Ah, aku terlupa tentang anak kecil itu…." Natt menepuk jidat sekali, mendesahkan napas panjang lalu membaringkan tubuhnya. "Mungkin nanti aku bisa menjelaskannya setelah cukup beristirahat."
Natt mencoba untuk tidur. Tetapi semua yang terjadi di Istana Galacta masih terngiang jelas di dalam kepala. Meski membutuhkan waktu, ia berhasil mengistirahatkan tubuhnya.
~***~
Rachel tiba di kantor cabang Minerva Corporation pada pukul 10 pagi. Sekitar 45 menit perjalanan dari apartemen Natt bila menggunakan transportasi umum. Setibanya di sana, Rachel langsung pergi menuju ruang kerjanya.
Di dalam ruang kerja yang suhunya begitu dingin, ia disambut oleh junior yang telah membawakan secangkir kopi hangat untuknya. Tanpa sempat duduk, Rachel menerima dan menyeruput kopi itu dengan perlahan.
"Millena? Mengapa kamu ada di kantor?"
"Ada beberapa pekerjaan yang harus diselesaikan. Permintaan Kepala Cabang dan Profesor barusan."
"Eh? Kepala Cabang tadi ada di sini?" Rachel berhenti menyeruput kopi dan perhatiannya kini penuh pada Millena.
"Tidak. Beliau tidak akan pernah datang bila akhir pekan, Senior."
"Ah, benar juga." Rachel mendesahkan napasnya hingga kabut asap tercipta dari mulutnya. "Padahal ada yang ingin kubicarakan mengenai pekerjaan itu."
"Lupakan tentang Kepala Cabang, Senior. Jadi … bagaimana kondisi pangeran kecilmu? Sudah sampai mana perkembangan hubungan kalian?"
"Hah?" Sorot mata Rachel yang mengantuk mendadak berubah menjadi tajam. "Berhentilah menganggapnya begitu, Millena. Kami tidak memiliki hubungan apa – apa selain rekan bisnis."
"Tidak ada hubungan spesial tapi sampai panik begitu saat dia tak sadarkan diri. Senior itu … tsundere?"
"Tidak ada hubungannya dengan tsundere atau bukan. Tapi, ya, saat ini dia adalah rekan yang berharga. Demi tujuan Minerva Corporation ataupun tujuan pribadi, aku tidak boleh kehilangannya sekarang."
"Senior ternyata cukup ambisius," puji Millena. "Yah, itu adalah hal wajar bila ingin bertahan di perusahaan yang sangat kompetitif ini."
"Sekarang kamu mengerti. Jadi, berhentilah menggodaku dengan hal yang sama."
"Akan aku pikirkan kembali, Senior. Sampai saat itu tiba, bertahanlah dengan godaanku yang sama setiap hari." Millena tersenyum dan beranjak pergi menuju ruang kerjanya.
Rachel hanya mampu tersenyum melihat sikapnya yang amat santai menghadapi setiap pekerjaannya. Ada kebanggaan tersendiri baginya memiliki junior yang multi talenta seperti Millena.
Rachel pun menyudahi waktu ngopi dan langsung mendudukkan diri pada meja kerja yang terletak di samping mesin RNS-DC Quanta miliknya. Ia langsung menyalakan komputer dan segera membuat laporan tentang apa yang didengarnya dari Natt. Laporan itu disusun dan langsung diberikan kepada Kepala Cabang sesegera mungkin.
Sekitar lima belas menit, laporan telah rampung dan Rachel pun mengirimnya. Selain itu, Rachel juga memberikan permintaan pada pimpinan perusahaannya tersebut. Entah diterima atau tidak, ia sama sekali tidak tahu. Mengingat betapa penting misi yang harus diselesaikan itu, Rachel pun punya keyakinan tersendiri.
Tidak sampai satu menit berlalu, ponsel Rachel berdering. Sesuai harapan, Kepala Cabang menelponnya.
"Selamat Pagi, Rachel."
Sebuah sapaan hangat terdengar dari ponselnya. Suara dari atasan yang tidak bisa Rachel tentang bila sudah memberikan perintah atau keputusan. Entah karena kekaguman atau kesetiaan, Rachel tidak mengerti mengapa suara dari Kepala Cabang memberikannya kegugupan yang berbeda dari orang lain.
"Selamat Pagi, Nyonya Kepala Cabang," sapa Rachel kembali dengan penuh kesopanan.
"Sebelumnya, saya ingin berterima kasih atas kerja kerasmu. Laporan yang kamu kirim memberikan banyak teori mengenai musuh yang sedang kita hadapi. Sungguh hasil yang cukup menarik. Oleh karenanya, jangan lupa memberikan hadiah pada pejuang kita tersebut, Rachel."
"Terima kasih banyak, Nyonya Kepala Cabang. Saya akan segera memberikannya sesuai prosedur. Kemudian, mengenai permintaan saya?"
Ada kesenjangan yang terjadi secara tiba – tiba. Memang tidak lama, tetapi hal itu cukup membuat benih keraguan mencuat di dalam benak sang Game Master.
"Niatmu sangat terpuji, Rachel. Tetapi, sudah menjadi aturan baku bahwa tidak ada satu pun selain karyawan yang boleh menggunakan RNS-DC type Quanta di dalam perusahaan."
"…Baiklah. Saya mengerti."
"Namun, Natt Presmana boleh menggunakan RNS-DC type Quanta bila selain di dalam kantor perusahaan, kau tahu?"
Ucapan Kepala Cabang barusan memberikan secercah harapan pada Rachel. Membuatnya cukup kegirangan sampai tak mampu menahan bibirnya yang melengkung manis.
"Terima kasih banyak, Nyonya Kepala Cabang."
"Namun, saya tidak bisa menjadikan sembarang tempat untuk menginstall RNS-DC tersebut. Jadi satu – satunya yang bisa kupercaya adalah kamarmu sendiri, Rachel."
"…Eh? Mengapa demikian, Nyonya Kepala Cabang? Bukankah kita bisa memasangnya di kamar Natt Presmana?"
"Kamu sudah lihat sendiri bagaimana tingkat keamanan apartemennya, kan? RNS-DC type Quanta harganya bisa empat kali lipat dari RNS-DC biasa. Tidak hanya itu, mesin tersebut bisa mengakses data internal perusahaan meski hanya bagian tidak pentingnya. Maka penempatannya harus berada pada tempat yang memiliki tingkat keamanan yang memadai. Atau kamu bisa bertanggung jawab atas resikonya, Game Master Rachel?"
Nada suaranya yang anggun tiba – tiba dingin mencekam pada kalimat terakhirnya. Hingga mampu membuat bulu kuduk Rachel berdiri.
"S-saya mengerti. Terima kasih banyak telah menyetujui permintaan saya, Nyonya—"
"Nyonya Alexa, Rachel," sambar Kepala Cabang. "Kamu boleh memanggil saya dengan Nyonya Alexa."
"B-baiklah, Nyonya Alexa."
"Bagus. Saya punya jadwal yang padat pagi ini. Saya mengharapkan pekerjaan yang baik darimu, Rachel."
"Siap, Nyonya Alexa!"
Komunikasi pun ditutup oleh Kepala Cabang. Sementara Rachel perlu mengatur napasnya sejenak. Tidak hanya kegugupan yang ia dapatkan setelah berbicara dengan Kepala Cabang. Tetapi, ia juga merasa senang karena telah diberikan kepercayaan lebih oleh Kepala Cabang. Benar, seseorang yang diberikan hak untuk memanggil nama Kepala Cabang itu berarti cukup spesial di matanya. Rachel merasa bangga dengan pencapaiannya tersebut.
Di sisi lain, Rachel tidak tahu apakah membawa RNS-DC type Quanta ke dalam kamarnya adalah hal yang tepat. Mengingat akan ada laki – laki yang nanti mendiami kamarnya dalam jangka waktu tertentu. Ia juga lupa untuk meminta tempat lain sebagai alternatif pengganti kamarnya. Sungguh ia benar – benar lupa.
Rachel mendesahkan napas panjang dan menempelkan pipinya di meja. Hawa dingin yang merasuk dari segala penjuru membuat sang wanita merasa nyaman. Hingga perlahan kantuk menyerang dan membuatnya terlelap.
~***~
Natt kembali tersadar. Tubuhnya dipenuhi keringat sampai – sampai kaos yang ia kenakan basah sekali. Ia berusaha bangkit dari ranjangnya dan mencoba menggerakkan leher sedikit ke kiri dan kanan.
"Sudah sedikit berkurang. Mungkinkah ini efek sup yang dimasak oleh Rachel? Ah, tentu saja tidak mungkin. Dia tidak punya bakat seperti itu."
Natt beranjak pelan menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Perlahan memercikkan air agar balutan perban di tengkuknya tidak basah. Natt tidak tahu apakah perban itu aman bila terkena air atau tidak, ia lupa bertanya pada Rachel.
Setelahnya, ia mengganti pakaian dan berusaha menggapai ponsel yang terletak di meja komputernya. Natt ingat rencana mereka untuk bermain Crown of Six bersama Moody, GranNea dan Moowah. Sayangnya, ia tidak bisa saat ini karena Rachel yang memintanya. Meski menurut Natt sendiri, lehernya sudah tidak memiliki masalah yang berarti. Tetapi, resiko itu ingin ia hindari.
Natt dengan cepat membuka aplikasi COSChat. Sebuah aplikasi yang memungkinkan seorang player offline menyampaikan pesan kepada player online yang memiliki pertemanan di dalam Crown of Six. Ini adalah satu – satunya media yang dimiliki Natt untuk mengabari mereka. Natt tidak punya email, ataupun akun media sosial pribadi ketiga rekan barunya tersebut.
Natt mengirimkan pesan bahwa ia tidak bisa ikut party malam ini karena sedang sakit. Ia tidak tahu apakah alasan itu dapat diterima atau tidak, setidaknya ini jauh lebih baik dari pada menghilang tanpa alasan.
Natt melihat jam pada ponselnya menunjukkan pukul empat sore. Ia sejatinya sudah lapar dan akan segera memesan makanan siap saji. Namun, sebuah pesan yang baru saja masuk membuatnya membatalkan niat tersebut. Keterkejutan yang ia rasakan tergambar jelas di dalam mimik wajahnya.
Sebuah pesan yang masuk melalui COSChat adalah pesan dari Prothaleya.
"Tidak mungkin." Adalah satu – satunya kalimat yang spontan diujarkan olehnya. Ada kecurigaan yang sempat menghampiri benaknya. Meski begitu, ia tetap membuka pesan tersebut.
Di dalam pesan hanya terdapat satu kata. Hadiah. Hanya itu. Sementara di bagian isi terdapat sebuah lampiran. Natt masih ragu, tetapi ia tidak yakin hal itu dapat membahayakan. Telunjuk Natt menyentuhnya. Kemudian data tersebut otomatis ter-download dan seketika memunculkan sebuah pemberitahuan bahwa hadiah telah masuk ke dalam Mailbox pada akun Crown of Six miliknya.
Natt tercengang. Ia tidak memiliki petunjuk dari hadiah yang dimaksud tersebut. Ia cukup ragu bila terjun ke dalam Crown of Six saat ini. Bila data yang ter-download merupakan mod ataupun file berbahaya, hal itu bisa saja merugikan diri dan investigasinya. Tetapi, masih ada harapan bila data tersebut adalah petunjuk tentang keberadaan Devox dan Rafatar. Apalagi jika ada kaitannya dengan gadis kecil yang ia temui saat melawan Child of Celestial.
Natt ingin mengetahui kejelasan dari kasus ini lebih dari siapa pun. Namun, benaknya yang sekarang dipenuhi keraguan. Natt mencoba mengingat tujuan utamanya kembali ke dalam Crown of Six. Benar. Ia kembali untuk mendapatkan petunjuk dan menyelamatkan korban dari Devox dan Rafatar. Sebuah tujuan yang ia ikrarkan pada Rachel meski tidak sepenuh hati.
Natt berulang kali menghempaskan napas panjang. Jemarinya bergetar sembari menimbang segala kemungkinan yang akan ia temui di dalam permainan. Ia menggenggam erat tangan, menyatukannya seolah sedang berdoa. Setelah gemetar pada jemarinya reda, ia membulatkan tekadnya.
Beberapa detik setelahnya, Natt melepas perban pada tengkuk dan meraba kulitnya.
"Tidak ada darah. Baiklah." Natt bergegas menyalakan mesin RNS-DC yang ada di kamar sebelah dan masuk ke dalam mesin tersebut. Ia berdiam diri sejenak, menarik napas dalam – dalam untuk menenangkan diri.
"Maaf, Rachel."
Setelah mengucapkan itu, Natt segera log in dan dalam hitungan detik, ia telah berada di dalam dunia virtual tersebut. Natt langsung membuka Mailbox dan mendapati sebuah item yang tidak memiliki deskripsi apa pun selain tulisan tanpa makna. Sudah jelas bagi sang lelaki bahwa data itu terenkripsi oleh pemrograman yang handal. Natt tidak punya banyak waktu untuk meminta seseorang meretasnya.
Ia hanya perlu membuka isi dari data tersebut. Tetapi, jantungnya berdebar kencang saat memikirkan resiko yang akan dihadapi. Hingga telinga virtualnya seolah mampu mendengar tiap detakannya dalam tempo yang lambat.
"Wish me luck." Telunjuk Natt membuka hadiah tersebut dengan satu sentuhan.
Sebuah bola pijar muncul dari Mailbox dan seketika membuat sang Assassin diselimuti cahaya yang menyilaukan. Selang beberapa detik setelah matanya dapat beradaptasi kembali, Natt menemukan dirinya berada di lingkungan yang asing.
Sebuah hutan kering dengan suasana yang mencekam. Daun – daun yang rontok itu menumpuk setiap jengkal tanah. Sejauh mata memandang, tidak ditemukan sedikit pun kehijauan yang nyaman untuk disaksikan. Bahkan langitnya pun gelap seolah diselumuti gemuruh awan.
Natt tidak tahu harus pergi ke mana. Bahkan fitur peta tidak dapat digunakan. Pengalaman yang sama kembali dirasakan. Sama seperti kejadian di Istana Galacta. Natt hanya mampu menggeretakkan gigi pada sebuah kenyataan. Yaitu ia telah bertaruh pada kemungkinan yang salah.
Kengerian mendorong Natt untuk segera keluar dari permainan. Sesaat ia hendak log out, sebuah cahaya yang berada jauh di dalam hutan membentuk pilar cahaya tujuh warna. Begitu tinggi hingga kemilaunya sampai menerangi seluruh penjuru. Menyaksikan hal itu membuat sang Assassin membatalkan niatnya. Ia lekas mengaktifkan Stealth dan meluncur secepat angin.
Setibanya di sana, ia menemukan seorang wanita tergeletak di dasar pelangi. Tepat setelah pilar cahaya itu lenyap seutuhnya. Natt dengan penuh kewaspadaan berjalan mendekati sosok tersebut. Saat jarak Natt tidak sampai satu meter, ia segera menyadari bahwa ada kesamaan dari wanita yang tergeletak di tanah dengan gadis belia yang ia temui saat melawan Child of Celestial.
"Satu ras?" gumam sang Assassin. "Berarti NPC? Itu tidak masuk akal. Jeritan kemarin terlalu nyata bila dibandingkan sebuah perintah yang dieksekusi oleh AI …."
Natt menggelengkan kepala, berusaha melenyapkan kecurigaannya dan hal – hal yang tidak dipikirkan sekarang. Natt bergerak lebih dekat sampai jemarinya menyentuh kulit wanita tersebut. Tidak ada reaksi. Natt merasa aman setelah tidak terjadi apa – apa pada dirinya. Ia langsung memberanikan diri untuk merangkul dan berusaha membangunkannya.
Berulang kali Natt memanggilnya. Sekali pun tidak ada sahutan atau gerakan yang menandakan kesadaran. Entah bagaimana, perhatian Natt perlahan terfokus pada sepasang matanya yang tertutup, seperti seekor semut yang terumpan dengan aroma manisnya gula.
Tiba – tiba saja, ia membuka mata. Baik sang wanita maupun sang Assassin, sepasang mata mereka bertemu pada satu jalur pandangan. Meski sang Assassin sempat terkejut, hal itu percuma. Sebab tatapan sang wanita begitu memikat sehingga seluruh inderanya bak tersedot ke dalam cahaya galaksi yang mengisi bola mata sang wanita.
Seketika Natt tersadar, ia mendadak panik. Seluruh tubuhnya kaku dan tak bisa digerakkan. Kehilangan kendali atas diri membuatnya menyadari insiden kemarin.Tetapi, ia tidak bisa berbuat apa – apa. Sekuat apa pun ia berusaha kabur dari situasi itu, seluruh tubuh tidak mau mendengarkan perintahnya. Seolah terikat oleh sesuatu, seolah dikendalikan oleh seseorang. Bahkan untuk menutup matanya, ia tidak mampu.
Kepanikan yang menyerbu batin membuat Natt tidak menyadari bahwa beragam notifikasi muncul mengelilingi mereka. Seolah sedang terjadi massive error pada akun LD.Rexhea miliknya. Secara tiba – tiba, sengatan listrik yang kuat menyetrum sekujur tubuhnya tanpa aba – aba. Natt spontan menjerit sekuat tenaga. Meronta – ronta layaknya binatang yang tertangkap oleh jeratan pemburu.
Dalam terpaan rasa sakit, pandangan Natt mengabur dan tubuhnya seakan-akan tercerai berai oleh kekuatan yang maha dahsyat. Hingga semua menghitam dan sang Asassin kehilangan sentuhan pada tiap jengkal dirinya.
<???> Added to Party Member!
WARNING!
Low Life Pulse Detected!
Force Log Out Command, Activated!
~***~
— Un nuevo capítulo llegará pronto — Escribe una reseña