"Tutup semua akses," perintah seseorang yang tak jauh dari Robert. Dari suaranya sudah cukup membuat siapa saja akan ketakutan. Aura dingin begitu terasa dalam ruangan serta ucapannya. Dan jangan lupakan Robert yang kini semakin gencar menggerakkan tubuhnya agar tali-tali pengikatnya luruh. Ia benar-benar tak mau kehilangan nyawanya sebelum membuktikan pada Lucas kalau ia mampu. Ah Lucas ... pria sombong itu. Andai saja ia suka rela memberikan bantuan pada Robert sudah pasti ia tak akan susah payah berada di sini.
"Sudah, Tuan."
Bisa Robert rasakan seseorang semakin mendekat ke arahnya lalu menarik kain penutup matanya dari belakang hingga ia bisa melihat apapun di depan sana. Tiga orang yang tak pernah ia temui tengah menatap tajam ke arahnya. Tidak jauh dari ketiga orang tersebut, meja dengan beberapa jenis pisau telah siap seakan mereka akan melakukan operasi bedah untuk pasien dalam rumah sakit.
"Robert Smith. Punya keberanian dari mana kau hingga ingin menangkapku?" tanya seseorang dengan berbisik tepat di telinganya. Ia tak bisa menoleh menatap pria itu lantaran benda dingin bermoncong menghalanginya tepat dibagian leher. Astaga ... begitu banyak nikmat yang ia rasakan saat ini. Padahal perusahaannya baru saja berdiri dengan bantuan Lucas, lalu sekarang ia sudah disekap seorang mafia karena kesalahan tidak sengaja? Oh goddes.
Pria itu kini berjongkok tepat di depan Robert lalu dengan perlahan membuka lakban yang menutup mulut pria paruh baya itu.
"Lepaskan aku," ucap Robert begitu lakban penutup itu terbuka.
Pria itu tersenyum simpul mendengar ucapan Robert.
"Apapun yang kau minta akan ku turuti, tapi lepaskan aku," ujar Robert mencoba menawarkan sesuatu agar ketua mafia itu mau melepasnya.
Pria itu mengangguk sebentar sebelum menurunkan pistolnya tepat dibagian dada Robert. "Jika yang ku minta kematianmu?" desis pria itu sembari menekan pistolnya. Sementara Robert memejamkan mata dalam. Tuan mafia ini sungguh menyeramkan.
"Bawa wanita itu kemari."
Robert kembali membuka matanya saat mendengar kata 'wanita'. Siapa wanita yang dimaksud? Jangan katakan …
Brak!
"Argh ..." ringis wanita yang baru saja dihempaskan ke lantai.
"FLORA!" teriak Robert yang mengetahui siapa wanita itu. Dia yang dimaksud tuan mafia adalah keponakannya sendiri. Astaga ... wajah keponakan cantiknya sudah babak belur dengan banyak bekas darah dimana-mana.
"Paman," lirih wanita itu. Ia lantas mengalihkan pandangannya ke arah pria yang ada di depan pamannya.
"Lepaskan pamanku, kumohon," pintanya dengan suara yang hampir saja hilang. Tenggorokannya benar-benar sakit karena beberapa hari tak diberi makan atau minum dan tubuhnya yang menerima hukuman dari orang-orang di sini. Mereka benar-benar tak punya rasa kasihan, pria atau wanita diperlakukan sama. Ya ... ia juga melihat beberapa pria yang juga dijatuhi hukuman di sini. Entahlah. Ia tak tau alasan dibalik penyiksaan mereka.
Pria itu menoleh padanya. Sebuah seringai terbit dari bibirnya tapi wanita itu tak gentar. Ia tetap menatap nyalang pada pria itu. Yang ia takutkan hanya pamannya akan dibunuh tepat di depan matanya. Tidak. Itu tak boleh terjadi, ia harus menyelamatkan pamannya meski harus memohon seperti seorang budak yang meminta kebebasan kepada tuannya.
"Komplotan penghianat, huh?!"
"Apa maksudmu?!" sahut Robert yang kini menatap curiga pada Harley.
Pria itu lantas berdiri dari jongkoknya. Meraba bagian wajahnya dan merobek kulit bagian dagu hingga terlihat wajah dibalik topeng yang disobek.
"T-tuan Lucas?!" ujar Robert terbata. Ia tak percaya dengan apa yang ia lihat. Di depannya benar-benar wajah sombong pria bernama Lucas yang ia pikirkan sebelumnya. Tidak. Ini pasti mimpi. Ia menggelengkan kepala tak percaya melihat kenyataan ini.
Pria itu tersenyum miring. "Kau terkejut ini aku?"
"Tidak. Kau bukan Tuan Lucas Vantouxer. Dia bukan seorang Mafia," ucap Robert masih tak percaya. Berulang kali ia menggelengkan kepala agar penglihatannya kembali fokus tapi tetap saja pria di depannya masih sama, wajah dan tubuh dari Lucas vantouxer. Tidak. Kenapa dunia mempermainkannya seperti ini?
"Sudah ku katakan jangan pernah bermain-main denganku, Tuan Robert Smith. Tapi kau malah melakukan hal sebaliknya. Melacak mansion pribadi dan mengirim wanita untuk meracuniku?" Lucas menjeda. "Hahaha … sayangnya tak berhasil," lanjutnya dengan tatapan tajamnya menatap pria paruh baya yang tak tau terimakasih!
Robert menggeleng. "Tidak. ku pikir jika aku menangkap seorang mafia kau akan percaya akan kemampuanku, Tuan Lucas tapi ..."
"Tapi mafia yang kau maksud adalah diriku sendiri Robert. Harley Jaegwae alias Lucas Vantouxer. Orang yang sudah membantumu," sahut Lucas menekan kata terakhirnya.
Robert mengangguk paham. "Maaf, Tuan. Aku benar-benar tidak tau."
Dorr!
"Tuan!"
tuntaskan bacaan kalian dan jangan lupakan power stone dan komennya untuk meninggalkan jejak ya.. Salam sayang dari author ^_^