Hilman hanya bisa terdiam saat Eva mengatakan sesuatu yang menunjukkan perasaan ngambeknya itu. Itulah sifatnya Eva yang kadang tidak bisa ditoleransi lagi. Maka Hilman hanya menghembuskan nafasnya dengan perlahan.
"Sudahlah, Mas. Kamu malah kayak gitu, nggak tahu perasaanku apa?" tanya Eva berkeluh kesah.
"Enggak gitu, Sayang ... maafin aku, yah? Aku nggak akan nyuekin kamu lagi," tandas Hilman. Ia memperlambat motornya agar anak-anak itu bisa mengikuti mereka berdua. Itu agar anak-anak itu tidak terlalu lelah juga.
"Sudahlah, Mas. Kita menepi duluan, yah! Kasihan anak-anak itu dari tadi bersepeda tapi nggak ada energinya. Kayaknya mereka juga sudah lelah!" ungkap Eva. Ia melihat ke belakang dan jalan mereka lebih pelan dari sebelumnya.
Hilman melihat sebuah warung yang berada di pinggir jalan. Ia mengira itu seperti warung makan dan ada juga minuman. Karena ada berbagai macam bungkus minuman sachet. Setelah sampai di depan warung, Eva turun dari motor.