Sejak itulah, Aisyah memikirkan kemungkinan perubahan terjadi pada Ivan. Kala dirinya sibuk memikirkan sesuatu, sosok seorang laki-laki berbaju zirah menodongkan pistol ke Aisyah.
"Hentikan!"
Suara lantang terdengar dari atap lantai atas. Mengenakan baju loreng, perpaduan dua warna antara oranye dan hitam. Menenteng senjata rifle dan dan sebuah pistol di pinggangnya. Aisyah terkesima dengan aksi militer yang dilancarkan oleh mereka. Jumlahnya mencapai lima orang. Masing-masing dari mereka mengenakan topi barret. Posisinya siap di tempat. Aisyah menghampiri pria yang berteriak lantang tersebut. Kulitnya berkeriput. Meski usianya sudah renta, semangat juangnya tidak pernah padam.
"Sepertinya kau sudah tahu siapa saya?"
"Tidak. Justru aku hanya melihat tulisan Pemuda Pancasila di dada kalian. Apa kalian suruhan dari Presiden?"
"Kenapa berpikir demikian?"