Peluh mengalir tak hentinya dari pelipisku, sudah dua jam aku berada di sini. Sunyi dengan kabut yang mulai menutupi gunung. Tak kusangka, pilihanku menghabiskan weekend dengan pengalaman menanjak gunung membawa suatu malapetaka. Tanganku tremor menciptakan guncangan atas tubuhku. Kabut gunung yang mulai menyelimuti penglihatanku menambah penderitaanku. Andai dia masih ada di sini, mungkinkah ia akan menyelamatkanku?
"Dek, ayo cepat nanti kita kehabisan makanan"
Langkahku terseok-seok mengikuti langit yang setengah berlari. Ini sudah hari ketujuh kami berada di tempat penampungan sementara. Sejak peristiwa tsunami menyerang tiga kota secara bersamaan. Saat ini peneliti sedang meneliti penyebabnya, entah guncangan tektonik atau bumi memang sedang marah. Lagipula, hal itu tidak terlalu penting bagiku saat ini, seperti manusia purbakala, tujuan hidupku hanya bertahan hidup.
Itulah alasanku bertemu Langit.