Bang Sigit terlihat menerawang jauh ke awang-awang. Ia mengingat kenangan manis bersama Pak Lukas.
"Lalu aku bertemu dengannya untuk untuk sekian lamanya. Ia tampak lain. Tatapannya lain, auranya lain dan penampilanya juga terlihat lebih glamour dari sebelumnya. Ya, seperti yang kamu lihat sekarang. Kalau dahulu, jangan harap kamu Lihat lukas pakai jam tangan. Sendal saja sudah bolong ujungnya masih di pakai.
Tiba-tiba kudengar dia menikah. Aku berpikir untuk mengucapkan selamat atas pernikahnanya. Jadi aku mencari tahu alamat rumahnya yang baru. Ternyata rumahnya yang baru ada di kawasan elit. Karena truk tidak bisa masuk ke perumahan itu maka aku parkirkan saja di luar. Aku memasuki kawasan perumahan dengan dengan berjalan kaki. Tentu saja dengan ijin pak penjaga pos satpam.
Kucari nomor rumahnya. Aku tercengan setelah menemukan rumahnya. Rumahnya itu, benar-bena r besar seperti istana. Wah, aku tidak menyangka Lukas bisa ketiban rejeki begitu besar setelah istrinya meninggal.