Satya menjemput dan mengantarkan Neina pulang ke rumah. Gadis itu terus bertanya sepanjang jalan. Penasaran dengan tempat yang ingin dikunjungi oleh laki-laki itu.
"Sudah sampai," ujar Satya sambil membuka pintu.
"Aku tidak mau keluar sebelum kami jawab pertanyaanku."
Neina tetap duduk diam di kursi penumpang. Satya mendekatkan wajahnya. Sontak gadis itu mundur dari tempat duduknya.
"Mau apa?"
"Menurutmu?"
"Jangan macam-macam! Akh!" Neina memekik pelan saat Satya menarik pinggangnya. Kedua tangannya menempel di dada bidang laki-laki itu.
Detak jantung Neina naik drastis. Gugup, canggung, semua menjadi satu. Mereka tidak memiliki hubungan spesial selain sebagai seorang teman, membuat Neina mendorongnya.
"Mau keluar atau aku gendong ke dalam?"
"Kamu tidak akan berani. Kakak ipar dan ayahku pasti akan memukulmu," jawab Neina menantang. Ia melihat Damian tidak terlalu menyukai Satya, karena itu Neina yakin ia akan menang. Namun, perkiraannya salah.
"Wuah!"