Pagi yg cerah kembal datang, aku keluar rumah dan benar saja, Louis sudah menungguku di depan mobil hitam kesayangannya itu.
"Good morning, babe !," Pekiknya sambil melambakan tangan.
"Morning too."
Aku tak bisa berhenti menatapnya yg tersenyum begitu lebar dari tadi.
"Hei, pipimu tidak turun sejak tadi," Ujarku.
"Itu artinya aku sangat bahagia."
Aku terkekeh.
Sesampainya di kantor, seperti biasa aku mengecek email. Hmm, ada yg aneh. Ada inbox dari alamat tak dikenal, dan isinya gak aneh. Peta sebuah daerah kecil di New York, Amityville dengan beberapa titik merah.
"You need to check that area and save the people, Only you that can save us, please."
Ada pesan kecil diujung email. Only me ?.
Aku bergegas mengeprint email itu dan menuju ruangan Mrs.Lee.
"Mrs.Lee…"
"Oh, Agent Rose, What's on ?."
"Aku tiba – tiba dapat email aneh pagi ini," Ujarku seraya menyerahkan kertas yg sudah kucetak.
"Hmm, AmityVille."
Wanita berdarah Jepang – Amerika itu tiba – tiba beranjak keluar dan menuju panel utama, dan memasukkan kertasku ke scanner untuk ditampilkan di layer lebar.
Alamat emailnya adalah : Bricko@gmail.com
"Attention Please !."
Seluruh unit yg berada di lantai 10 ini seketika menghentikan aktivitasnya dan fokus pada Mrs.Lee.
"Ada yg tahu atau merasa memiliki alamat email ini ?," Tanya Mrs.Lee.
Para officer seketika saling berbisik.
"Bukannya itu nama makanan ?."
"Aku tdak pernah dengar."
"Alamat email ini tiba – tiba mengirimkan peta Amityville dengan beberapa bagian yg sudah ditandai dan meminta tolong, tolong periksa validitas emailnya," Ujar Mrs.Lee.
"Dan telpon kepolisian Amityvillle !."
Salah satu officer bernama Daniel itu hendak menelpon kepolisian Amityville, tapi tiba- tiba ada panggilan teleconference masuk di layer besar.
Sersan Collins dari Kepolisian Amityville.
"Morning sergeant, apa yg membuatmu menghubungi kami sepagi ini ?," Tanya Mrs.Lee.
"Good morning Mrs.Lee, I need to report something."
"Yes, please.
"Setiap tahun, ada kasus pembunuhan di Amityville. Tapi untuk tahun ini, aku butuh bantuan kalian. Seolah ada pembukaan di malam tahun baru tahun lalu. Sepanjang Januari ditemukan satu korban setiap minggunya di 2 tempat yg sama, meski kami sudah melacak dan menjaga tempat yg sama, mereka sama sekali tidak terdeteksi. Begitu bersih, tanpa ada serpihan apapun, ataupun jejak DNA. Tapi kami bisa pastikan kalau mereka mencekik korbannya dengan tali tambang. Setiap buan mereka berpindah lokasi, dan puncak pembantaian selalu terjadi pada tanggal 15, terakhir pada tanggal 15 Agustus," Jelas Sersan Collins.
"Tanggalnya khusus ya," Gumam Mrs.Lee.
"Apa korbannya juga spesifik ?," Tanyaku.
"Ya, ia hanya menyerang wanita, ada beberapa pria yg terbunuh karena melindungi. Dan rentang usianya 20-25 tahun," Jawab sersan.
Aku berdecak, apa ia psikopat yg mengidap kelainan seksual.
"Aku akan kirim timku kesana," Ujar Mrs.Lee.
"Thank you madame."
"Kasus ini harus kita selesaikan sebelum 2018 berakhir, oke ?. Agent Rose, aku memilihmu sebagai ketua dan penanggung jawab dari timmu," Ujar Mrs.Lee
"Ah, miss tapi masih banyak yg lebih senior," Ujarku merasa tak pantas.
""Aku memilihmu karena kau seorang senior, Rose."
Aku terdiam.
"Leon, Ben, Thomas, dan pilih satu anggota lagi," Ujarnya.
"Louis," Jawabku mantap.
US Holdings memfasilitasi kami dengan senjata lengkap dan sebuah Hummer. Mrs.Lee meminta kami berangkat hari ini juga, jadi kami berangkat tepat setelah makan siang. Butuh waktu sekitar sejam untuk sampai di Amityville.
Dari 4 orang anggotaku, yg paling senior adalah Leon. Tentu saja ia tak suka denganku dan merasa diremehkan.
Mereka semua sudah bekerja lebih dari lima tahun dan aku dua tahun.
"Kau saudara Mrs.Lee ?," Tanya Leon tiba – tiba.
"Bukan," Jawabku.
"Aku masih tak habis piker kenapa Mrs.Lee memilihnya jadi ketua di timku," Ujar Leon.
"Padahal kan…"
"Berhenti mengomel Leon, kau terlihat tidak berwibawa sebagai senior," Potong Ben."
"Kau harus berkaca, 10 tahun belum naik jabatan," Sahut Thom.
Dan seketika mulut Leon seperti dijahit rapat.
Kami sampai di kepolisian Amityville pada pukul 16.00, Sersan Collins langsung membawa kami ke villa besarnya sebagai tempat kami menginap untuk beberapa hari kedepan. Setelah meletakkan barang- barang, kami pergi ke sebuah hall kecil dan Sersan Collins sudah menunggu kami.
"Welcome to my little villa, aku sudah menyiapkan beberapa data yg ada," Ujar Sersan Collins.
"Ada beberapa rekaman CCTV yg menangkap bayangan dan postur tubuh, tapi tidak ada yg mendefinisikan mereka secara jelas, ini rekamannya," Sersan memutar video pendek.
"Pembunuhnya jelas ada beberapa orang," Gumamku.
"Ya, tentu, mereka semua berbadan besar," Sahut Sersan.
"Apa ada serangan lagi setelah tanggal 15 Agustus ?," Tanyaku.
"Hari ini tanggal 13 September, harusnya ada serangan lusa, kurasa kita harus mengawasi CCTV 24 jam mulai malam ini," Ujar Thom.
"Sersan, tolong pastikan pos – pos polisi terisi," Ujar Leon.
"Tentu saja, akan kupastikan, kalau kalian sudah siap, kita bisa langsung Kembali ke kantor untuk mengawasi CCTV," Ujar sersan.
"Tentu siap, ayo berangkat," Ujarku.
Belum ada sejam, kami Kembali ke kantor kepolisian dan menginap di ruang kendali. Agak sia – sia sersan membawa kami ke villanya, karena pada akhirnya kami akan bermalam selama beberapa malam disini.
Kami lima orang dan dibagi menjadi lima tim untuk lima titik yg menjadi area focus, kami bekerja bersama seorang officer dan bergantian mengawasi CCTV.
14 September 22.30
Aku keluar dari kamar mandi dan mendapati Louis juga keluar bersamaku. Aku mengambil botol Ritalin yg baru saja ia keluarkan dari saku celananya.
"Hey."
Aku mengeluarkan satu butir dan merampas botol minumnya.
"Ixchel, aku sudah bilang kau makan Adderall saja," Ujarnya.
"Aku tidak bawa, sudahlah. Kurasa malam ini akan seru," Ujarku.
"Ah, punggungku mulai semakin sakit," Keluh Louis.
"Ah, dasar kakek – kakek, cepat Kembali," Ujarku.
Malam ini kami dibantu lebih banyak office untuk mengawasi CCTV, kurang dari lima jam hari akan berganti menuju tanggal 15 September.
02.30 PM
"TINIIT !."
Titik kedua tiba – tiba menekan tombol emergency, aku tidak menoleh dan semakin focus ke layer computer ku.
"Ed !, jangan mengantuk !," Ujarku pada partnerku.
"OFC !."
Berselang 15 menit, titik kelima bersamaan denganku menekan tombol emergency, aku melihat mobil van hitam dengan plat yg dicoret setengah, aku langsung meraih senjataku, rompi ant peluru siap dan berlari menuju mobil yg sudah disiapkan.
"Lou ?," Aku kaget melihatnya di mobil yg kunaiki.
"Aku bertukar dengan Theo, anggap saja ini kencan pertama kita," Ujarnya.
Aku terkekeh.
Setelah mengikuti laju mobi itu kami berhenti di sebuah Gudang, kami menggunakan mobil tanpa sirine, dan ternyata lebih banyak orang dari yg kukira. Kami berlima harus melawan mereka yg sepertinya lebih dari sepuluh orang, aku beberapa kali tergores dan tersungkur, asalkan tidak tertembak aku masih bisa bertahan.
"Akh !."
Tiba – tiba tubuhku menengan karena rasa ngilu dibagian tengkukku.
"Aku disuntik !."
Efek nya begitu cepat mengaburkan pandanganku dan aku diseret dengan kasar.
"Lou..," Panggilku lemah.
Justin teringat sesuatu Ketika memeriksa ponselnya, hari ini ia harus menjemput ibunya Ixchel. Ixchel sempat berpesan kalau dia elum pulag tugas, Justin harus menjemput ibunya. Dan sore ini, usai kerja, ia langsung meluncur menuju rumah sakit.
Ia sudah beberapa kali menemani Ixchel kemari, ia tahu apa yg harus dilakukan dan kemana ia harus pergi. Baru saja keluar lift dan memasuki bangsal VIP, ia melihat para suster di resepsionis daling berbisik dan tertawa kecil melihatnya.
"Hei, kenapa, apa aku tampan sekali hari ini ?," Pikirnya.
"Excuse me, akum au menjemput Mrs.Linsday," Ujarnya.
"Baiklah, anda putranya ?, tanya seorang suster.
"Aku keponakannya," Jawab Justin.
"Okay, silahkan tanda tangani beberapa berkas ini."
Ia mulai terganggu dengan tawa kecil dan bisik – bisik suster lain, hingga akhirnya ia mendongak dan menatap mereka.
"Hei, apa aku kelewat tampan hari ini ?," Tanya Justin.
"BWAHAHAH !!."
"Maaf tuan. Resleting anda.."
Justin spontan melihat ebawah dan benar saja resletingnya terbuka, oh tidak, cukup lebar.
Wajahnya seketika memerah dan ia langsung menyelesaikan tanda tangannya.
"Thank u." Ia beranjak sesegera mungkin ke ruangan Mrs.Linsday.
Ia menghela napas Ketika melihat Mrs.Linsday duduk di sofa.
"Mrs.Linsday..," Panggilnya.
"Oh Justin, ada apa nak ?."
"Ixchel masih dalam tugas dan belum pulang, ia memintaku menjemputmu," Ujar Justin/
"Oh, benarkah ?, kau sudah selesaikan prosedur ?," Tanya Mrs.Linsday.
"Tentu, ayo pulang", Ajak Justin.
Justin membawa barang – barang Mrs.Linsday dan menggandengnya sampai ke mobil.
"Kau mengingatkanku pada putraku, Jus," Ujar Mrs.Linsday.
"Jadi aku bukan putramu ?," Goda Justin.
"Oh my son, I'm sorry," Ujar Mrs.Linsday.
"Masuklah aunt, diluar dingin," Ujar Justin.
Waktu menunjukkan pukul 17.30 ketika Justin keluar dari parkiran RS. Ixchel memintanya langsung membawa Mrs.Linsday ke pusat rehabilitasi meski hanya sebentar, setidaknya ia akan melihat Grey dan memeluknya barang sebentar.
Mrs.Linsday hanya diam karena ia bertahun – tahun di rumah sakit dan tidak tahu dimana Ixchel tinggal. Hingga sampailah mereka di pusat rehabilitasi.
"Justin, kenapa kita disini ?, apa kau masih harus bekerja ?," Tanya Mrs.Linsday bingung.
"Ada yg harus kau temui, aunt," Ujar Justin.
Kembali Justin mennggandeng Mrs.Linsday memasuki Gedung yg pencahayaannya tidak terlalu terang, mereka memasuki sebuah ruangan kecil tanpa sekat dengan dua kursi.
Tiba – tibu pintu diseberang terbuka dan Grey keluar.
"Grey !, Grey, kau Grey putraku ?," Tanya Mrs.Linsday tak percaya.
"Ini aku mum, ini aku."
Mereka berpelukan begitu erat dengan berurai air mata. Meninggalkan Justin yg hanya bisa tersenyum di belakang mereka, teringat ibunya.
"Ah, ngomong – ngomong kau siapa ?, terimakasih sudah mengantar ibuku," Ujar Grey.
"Aku Justin, teman Ixchel, Ixchel sedang bertugas dan belum bisa pulang jadi aku menggantikannya," Ujar Justin.
"Bertugas dimana ?, Tanya Grey.
"Amityville."
"Amityville ?, ada apa disana ?."
"Sedang ada kasus pembantaian, beberapa hari yg lalu ada email yg diterima Ixchel dan email itu melaporkan beberapa kasus pembunuhan disana, jadi.."
"Kau ingat alamat emailnya ?," Tanya Grey.
"Ah, hmm. Bricko ?, sepertinya begitu," Jawab Justin ragu.
Grey menghela napas kasar.
"Itu alamat emailku dan aku kirimkan ke kepolisian pusat, berarti polisi sedang dihack dan seseorang menjebak Ixchel," Ujar Grey.
"Sudah lima hari disana dan belum ada kabar," Ujar Justin.
"Aku harus keluar dari sini, kau bisa jemput aku besok pagi ?," Tanya Grey.
"Tentu."
"Ixchel baik – baik saja kan ?," Tanya Mrs.Linsday.
"Tenanglah mum, dia hebat dan kuat da akan baik baik saja," Ujar Grey. Tiba – tiba ada panggilan masuk di ponsel Justin.
"Oh hey wassap, apa ?.Hey no kidding please."
Justin menatap Grey setelah mengakhiri panggilan.
"Ixchel dan Louis diculik."
Grey memukul tembok.
"Jemput aku besok, dan akan ku pertemukan kau dengan monster yg menculik Ixchel."
"Mo..monster ?," Gumam Justin.
— Un nuevo capítulo llegará pronto — Escribe una reseña