Setelah mengudara selama beberapa jam. Kini, pesawat jet yang membawanya terbang telah mendarat. Namun, sepertinya Louis tidak menyadari akan hal itu hingga memaksa sang sekretaris mendekat.
"Permisi, Sir."
Suara merdu yang terdengar menggelitik pendengaran, sama sekali tak mengalihkan tatapan Louis dari layar laptop. "Ada apa? Cepat katakan!"
"Sorry, Sir. Pesawat sudah mendarat. Anda mau turun sekarang atau-" seketika menghentikan kalimat ketika mendapati tatapan tajam mematikan dari sepasang siluet biru. Refleks sang pramugari menunduk dengan memainkan jari jemari. Takut, itulah satu kata yang paling tepat untuk menggambarkan bagaimana perasaannya saat ini.
"Apa lagi yang kau tunggu, hah? Pergilah!" Nada suaranya terdengar tajam setajam mata pedang yang dihunjamkan secara langsung ke jantung sang pramugari.
"Baik, Sir. Saya permisi." Ucapnya dengan suara bergetar, bersamaan dengan itu membungkukkan badan sebagai salam hormat sebelum melenggang dari hadapan Tuan nya.
Hai, guys!! Terima kasih ya masih setia menunggu kelanjutan dari cerita Amira. Dukung selalu dengan memberikan power stone atau komentar, karena itu sangat berarti buat kelanjutan dari cerita ini. Terima kasih. Peluk cium for all my readers. HAPPY READING !!