Dipersinggahan batu besar dan diselimuti oleh kardus air mineral, bayi itu menjerit-jerit di sepertiga malam. Pak Yono dan isterinya kebetulan lewat, yang memang kesehariannya menginap di bawah sana.
"Suara apa ini bu..."
"Bayi pak, itu bayi pak, ayo cepat cari!"
Mereka bergegas mencari dari mana suara itu berasal, dan akhirnya....
"Biadabbbbb!!!!!"
"Astagfirullah, sungguh manusia tak punya moral"
Mereka menemukan bayi itu, lekaslah mereka ambil dan mengelap debu-debu yang menempel pada bayi tersebut dengan sejumlah kaus lusuh mereka.
"Sungguh biadab sekali yang membuangmu nak..." sahut isteri pak Yono.
Sementara, pak Yono panik mencarikan air bersih demi memandikan bayi tersebut.
Akhirnya, setelah membersihkan dan memberi susu pada bayi tersebut, Pak Yono dan Istrinya menamai bayi itu dengan nama 'Anton'
Anton tumbuh besar di bawah jembatan tersebut dengan kebahagiaan kecil yang cukup harmonis dari orang tua asuhnya. Ia diberi makan, diajari caranya bicara, diajari cara berfikir dan sopan santun serta tata krama terhadap semua orang.
Namun, ketika Anton mulai berusia 7 tahun, yang seharusnya ia merasakan pendidikan formal dasar, ia tidak bisa mendapatkannya karena faktor keaadaan yang ia alami beserta keluarga asuhnya.
Setiap pagi Anton bangun dengan semangat membantu ayahnya, mencarikan gelas-gelas plastik atau besi-besi dan hal sejenisnya demi mengisi kehidupan hari ini sampai membuka mata esok hari.
''Situasi Tak Selalu Menyurutkan Semangat, Dirimu Terbentuk Dari Apa Yang Kau Fikirkan, Dan Tercipta Pembelajaran Dari Setiap Hal Yang Kau Lakukan''