Apo pun mengunci dirinya dalam toilet. Omega itu tak kembali ke kamar karena ada pelayan, maka jangan sampai suaminya dengar dia kabur dan menangis.
"Hahh, Ma." desah Apo sambil menelepon sang ibu. Dia tak berpikir apakah Miri sudah tidur atau belum, yang pasti ingin berkeluh kesah padanya.
Nada sambung yang lama sekali. Apo pun terisak selama menunggu, hingga terdengar sebuah suara.
"Halo, Sayang? Kok belum tidur jam segini? Kamu sebenarnya kenapa?" tanya sang ibu langsung.
Namun, bukannya menjawab. Tangisan Apo semakin menjadi. Omega itu membuat ibunya khawatir, hingga kuat bersuara. "Aku hiks, hiks hiks aku boleh seperti ini kan, Ma? Aku hanya ingin didengarkan saja—hiks karena aku tidak tahu harus bagaimana."
Di seberang sana, Miri yang terbangun dari mimpi pun coba meraba hati puteranya. "Oh, iya tapi coba relakan Pa-mu mulai sekarang," katanya. "Dia pasti sedih kalau kau menangis. Jadi tolong lebih kuat lagi. Oke, Sayang?"