Descargar la aplicación
8.27% Your Presence / Chapter 23: Ketahuan Berselingkuh.

Capítulo 23: Ketahuan Berselingkuh.

Hari ini Tuan Dimas akan melakukan meeting di luar kantor bersama Adit. Ayah dan anak itu sudah berada di dalam mobil, menuju tempat meeting mereka. Di perjalanan, Tuan Dimas tidak sengaja melihat sang istri tengah bercumbu bersama seorang pria di dalam mobil. Pria paruh baya itu mencengkram stir mobil dan menahan amarahnya, agar Adit tidak melihat apa yang dilakukan oleh Ibunya.

"P--,"

"Fokus ke depan saja, Papa tau sudah lampu hijau.." tegur Tuan Dimas langsung menghidupkan mobil-nya.

Mobil paruh baya itu bergerak dan di dalam mobil selingkuh Nyonya Winda. Mereka berdua baru saja selesai bercumbu, Nyonya Winda menatap kearah depan dan terkejut saat melihat mobil sang suami ada di depannya. 'Apa itu Kang Dimas? Astaga semoga saja tidak, kalau benar itu kang Dimas bisa habis aku pulang ke rumah nanti...' batin Nyonya Winda.

"Kenapa sayang?" tanya selingkuh Nyonya Winda.

"Gapapa sayang, udah lampu hijau itu. Ayo buruan ke ke restoran.." balas Nyonya Winda gelayutan lengan sang kekasih.

Wanita paruh baya itu sangat manja bersama kekasihnya. Mobil bergerak menuju restoran, karena mereka akan makan siang bersama. Mobil Tuan Dimas berhenti di restoran ternama di Jakarta. Adit dan Tuan Dimas keluar dari mobil, mereka berdua masuk ke dalam restoran karena meeting dengan klien akan dimulai. Di tempat parkir yang tidak jauh dari mobil Tuan Dimas terparkir, mobil selingkuh Nyonya Winda berhenti di tempat parkir restoran dimana Tuan Dimas berada. Nyonya Winda dan selingkuhannya masuk ke dalam restoran, mereka masuk ke ruang VVIP yang bertepatan di samping ruangan tempat Tuan Dimas mengadakan meeting bersama klien.

Di dalam ruang meeting, Tuan Dimas fokus pada meeting nya dan Adit fokus mendengar penjelasan dari sang ayah. Tiba-tiba saja Adit ingin buang air kecil, pria tampan itu izin untuk pergi ke toilet sebentar. Tuan Dimas mengizinkan anaknya untuk ke toilet, Adit langsung berjalan keluar ruangan dan menuju toilet restoran. Di dalam toilet, ada seorang pria paruh baya tengah mencuci tangannya di wastafel. Setelah selesai buang air kecil, Adit langsung berjalan ke wastafel dan membasuh tangannya. Paruh baya yang ada di samping Adit, tersenyum kerah pria tampan tersebut.

"Hai, kamu tampan sekali. Pasti kedua orang tua mu bangga mendapatkan anak seperti mu.." puji pria paruh baya tersebut.

Adit menatap pria yang ada di samping, dan terkekeh pelan. "Tuan juga tampan," balas Adit .

"Duluan ya, Tuan.." lanjut Adit yang sudah selesai mencuci tangannya.

Pria paruh baya itu tersenyum, dan Adit langsung keluar dari dalam toilet. Ia masuk ke dalam ruang VVIP yang sudah di pesan ayahnya untuk meeting bersama klien. Saat pria itu akan masuk ke dalam ruangan, tanpa sengaja ia melihat ke ruangan sebelah, dia melihat sang ibu tengah duduk manis di dalam ruangan. 'Mama ada di sini? Bukannya lagi di butik?' batin Adit.

"Ada apa?" tanya pria paruh baya yang ada di toilet tadi.

Adit terkejut dan langsung membalikkan tubuhnya, "tidak apa-apa, kalau begitu saja masuk ke ruangan dulu, Tuan.." balas Adit yang langsung masuk ke ruang meeting.

Pria paruh baya itu juga masuk ke dalam ruangan yang ia pesan untuk makan bersama sang kekasih. "Berbicara dengan siapa tadi sayang?" tanya Nyonya Winda.

"Ah, tadi ada anak muda yang sangat tampan sekali. Andai saja mantan istri masih hidup mungkin aku dan dia akan memiliki anak, seusia pria yang aku temui di toilet tadi.." jawab Tuan Dimas.

Nyonya Winda kesal dan memalingkan wajahnya. "Kamu masih cinta dengan mantan istri kamu itu? Dia sudah lama tiada bukan? Lupakan dia, ada aku di sini yang akan membahagiakanmu.." lanjut Nyonya Winda dengan nada merajuk.

Selingkuhan Nyonya Winda terkekeh dan langsung memeluk wanita paruh baya itu. "Iya, jangan ngambek lagi dong. Makin imut tau," ucap Tuan Tirta sambil mengecup bibir Nyonya Winda sekilas.

Mereka berdua berciuman panas di ruang VVIP. Di ruang sebelah Tuan Dimas baru saja selesai meeting dan beliau menyuruh semua rekannya untuk makan, hidangan yang sudah ia pesan. Adit sedaritadi hanya diam, karena ia memikirkan kejadian yang ia lihat tadi. Dia terus saja berpikir, yang ada di ruang sebelah itu ibunya atau bukan. Ingin memastikan, tapi sangat tidak sopan masuk ke dalam ruangan itu tanpa izin. Kalau itu benar ibunya tidak masalah, kalau bukan bisa gawat. Tuan Dimas menatap anaknya dan memberikan makanan kesukaan Adit.

"Makanlah, jangan melamun.." ujar Tuan Dimas pada anaknya.

Walau terkesan dingin, Tuan Dimas perhatian pada anaknya. Walau dia kasar pada dua anaknya, di lubuk hatinya yang paling dalam ada penyesalan yang ia rasakan. Walaupun ia selalu menepis perasaan tersebut. Adit mengangguk dan memakan makanan yang diberikan oleh sang ayah. Setelah satu jam di dalam ruang VVIP, para klien Tuan Dimas dan Adit pulang ke kantor mereka masing-masing. Tuan Dimas membayar makanan serta ruangan yang ia pesan untuk melakukan meeting. Setelah membayar semuanya ke pelayan, mereka berdua keluar dari dalam ruangan. Bersamaan dengan Nyonya Winda yang keluar bersama selingkuhannya.

Nyonya Winda terkejut melihat keberadaan sang suami dan anaknya. Adit ikut terkejut dan saat pria tampan itu akan memanggil Ibunya, Tuan Dimas menahan tangan sang anak. "Kita balik ke kantor.." ujar Tuan Dimas dengan wajah datarnya.

Adit mengangguk dan mereka berdua keluar dari dalam restoran. Nyonya Wisma terlihat sangat panik, sedangkan Tuan Tirta tersenyum menatap Adit. "Dia pria yang aku maksud. Seperti dia anak yang baik," ujar Tuan Tirta.

Nyonya Winda tidak merespon sang kekasih, karena ia masih panik karena bertemu suami dan anaknya sekaligus. Tuan Tirta menangkup wajah sang kekasih dengan kedua tangannya. "Kenapa sayang?" tanya Tuan Tirta.

Nyonya Winda menggelengkan kepalanya dan langsung menggenggam tangan, Tuan Tirta. "Aku mau balik ke butik, banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan.." jawab Nyonya Winda.

"Baiklah, ayo aku antar.." sahut Tuan Tirta.

Nyanyi Winda tersenyum dan mereka berdua keluar dari dalam restoran. Terlihat Tuan Dimas dan Adit masih berada di tempat parkir yang tidak jauh dari mobil, Tuan Tirta. Pria paruh baya itu mendekati Adit yang tengah menunggu sang ayah menerima telepon. "Kita ketemu lagi, saya belum sempat tau namamu. Perkenalkan nama saja Tirta, dan siapa namamu?" tanya Tuan Tirta dengan ramah.

Adit menatap pria paruh baya yang ada di hadapannya, dan menatap sang ibu yang sudah salah tingkah. Wajah Nyonya Winda juga terlihat sangat pucat, Tuan Dimas menyimpan ponsel miliknya ke dalam saku jas. "Saya Dimas dan anak saya bernama Adit. Salam kenal," balas Tuan Dimas yang langsung membalas jabatan tangan selingkuh istrinya.

"Salam kenal kembali, dia sangat mirip dengan mu. Saya bahagia bisa berkenalan dengan kalian berdua.." lanjut Tuan Tirta.

Tuan Dimas mengangguk dan menatap istrinya dengan tatapan datar. "Kalau begitu saya dan anak saya pamit dulu, masih ada urusan yang harus kami selesaikan, permisi Tuan dan Nyonya.." ucap Tuan Dimas yang menekan sebutan Nyonya ke Nyonya Winda.

Kedua pria itu masuk kedalam mobil dan menjauh dari restoran. Nyonya Winda menghela napas dengan pelan, ia benar-benar takut. Ia panik saat suaminya tau dirinya bersama pria lain, dan berbohong tentang pekerjaannya. 'Semoga nanti dia bisa di rayu..' batin Nyonya Winda.

***

Malam hari, pukul 21:00 WIB.

Adit tengah duduk di ruang tamu dan Nyonya Winda masuk dengan wajah tanpa bersalah. Pria tampan itu berdiri dan saat akan masuk ke dalam kamar, Nyonya Winda mendekati anaknya. "Papa kamu dimana? Apa dia ada di dalam kamar?" tanya Nyonya Winda.

"Enggak, Ma. Papa lagi di dalam ruang kerjanya, ada pekerjaan yang harus di selesaikan, Papa. Kalau begitu Adit masuk ke dalam kamar dulu, pekerjaan Adit masih banyak.." jawab Adit yang langsung masuk ke dalam kamar.

Ia tidak ingin melihat Ibunya sementara waktu, karena ia kecewa dengan sang ibu yang ia sayangi. Ia kira ibunya akan setia pada ayahnya dan ia kira ibunya wanita yang baik, ternyata semua yang ada dipikiran Adit hanya angan saja. Ibunya tidak sesuai yang ia pikirkan, ia sudah menganggap ibunya jahat. Sudah menjadi ibu yang tidak baik dari dulu dan sekarang menjadi seorang istri yang tidak baik pula. Adit mengunci pintu kamarnya, sedangkan Nyonya Winda masuk ke dalam kamar untuk membersihkan dirinya yang sangat lengket, karena bermain ranjang bersama Tuan Tirta.

Pukul 00:00 WIB

Tuan Dimas masuk ke dalam kamar dan berjalan ke arah kamar mandi. Namun langkahnya terhenti saat Nyonya Winda langsung memeluk tubuh pria paruh baya tersebut. "Kang, lama banget sih di ruang kerjanya, kangen tau.." gumam Nyonya Winda.

Tuan Dimas menepis tangan sang istri dan langsung menyudutkan istrinya ke tembok. "Kangen? Yakin? Atau kamu lagi kangen sama selingkuhan kamu, ayolah jangan berakting lagi. Saya sudah muak dengan semuanya, kamu kira saya tidak tau apa yang kamu lakukan dibelakang saya? Sudah sebulan lamanya 'kan? Ahahaha, dengan bodohnya saya masih mencintaimu. Mulai saat ini tidak ada sentuhan fisik diantara kita, saya jijik menyentuh tubuh kamu yang sudah kotor karena pria yang tadi aku temui..." jelas Tuan Dimas yang langsung masuk ke dalam kamar mandi.

Langkah pria paruh baya itu terhenti, "satu lagi, kalau ciuman jangan di mobil. Bikin malu saja, dasar murahan.." lanjut Tuan Dimas yang langsung membanting pintu kamar mandi yang ada di dalam kamarnya.

Nyonya Winda mematung saat mendengar ucapan suaminya. Ternyata Tuan Dimas sudah mengetahui semuanya, tapi dia memilih diam karena mencintai Nyonya Winda. Dada wanita paruh baya itu tiba-tiba saja terasa sesak, ia menatap pintu kamar mandi dan mengepal kedua tangannya. 'Jadi dia tau semuanya, dan dengan bodohnya dia pura-pura tidak tau? Astaga, kenapa dadaku terasa sakit mendengarnya?' batin Nyonya Winda.

.

To be continued.


Load failed, please RETRY

Regalos

Regalo -- Regalo recibido

    Estado de energía semanal

    Rank -- Ranking de Poder
    Stone -- Piedra de Poder

    Desbloqueo caps por lotes

    Tabla de contenidos

    Opciones de visualización

    Fondo

    Fuente

    Tamaño

    Gestión de comentarios de capítulos

    Escribe una reseña Estado de lectura: C23
    No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
    • Calidad de escritura
    • Estabilidad de las actualizaciones
    • Desarrollo de la Historia
    • Diseño de Personajes
    • Antecedentes del mundo

    La puntuación total 0.0

    ¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
    Votar con Piedra de Poder
    Rank NO.-- Clasificación PS
    Stone -- Piedra de Poder
    Denunciar contenido inapropiado
    sugerencia de error

    Reportar abuso

    Comentarios de párrafo

    Iniciar sesión