Descargar la aplicación
4.77% SELAKSA CINTA UNTUK BIDADARI / Chapter 14: CINTA TAK BERBALAS

Capítulo 14: CINTA TAK BERBALAS

"Allah itu maha tahu mana yang terbaik untuk umatnya, Mbak. Tetap berprasangka baik pada Allah, ya?"

"Tentu saja, ya sudah, ayo kita sudah tidru. Ini sudah malam. Atau, bisa telat besok," ucap mbak Nur seketika ia mengangkat selimut untuk menutupi wajahnya.

Ada rasa lega di hati Arsyla setelah mbak Nur mengakhiri obrlolan tentang pria itu. Setidaknya, ia tidak was-was dan takut salah ngomong lagi. Dipandanginya selimut motif bunga-bunga yang menutupi tubuh mbak Nur. Dalam hati, gadis itu ia berkata, 'Prrasaanmu tak serumit diriku, Mbak. Cintamu hanya bertepuk sebelah tangan. Tidak akan sesakit dengan yang smaa-sama mencintai tai terhalang oleh keyakinan yang berbeda serta restu orang tua. Semoga, kau segera menemukan sosok yang bisa menerimamu apa adanya, serta mencintaimu setulus hati, agar, kau bisa move on dari mas Rayyan.'

Awalnya Arsyla berfikir untuk segera menghubungi abahnya dan pulang. Tapi, mbak Nur terus mendesak meminta agar dirinya menginap di pondok mala mini. Dari gestur tubuhnya, sepertinya ada sesuatu yang ingin gadis berbadan tinggi langsing berkulit sawomatang itu sampaikan padanya.

"Ayolah, Syl. Ruroh pasti tidur di wisma santri, un dengan guru yang lain. Masa hanya aku bertiga saja menempati kamar yang segitu luasnya? Kan takut aku. kamu sudah lama juga kan tidak menginap di semenjak tiga bukan terakhir ini. Apalagi besik kamu mengulang hadist selepas subuh."

"Baiklah, aku kabari abah dulu kalau begitu," jawab Arsyla dengan lemah lembut. Dipikir lagi, apa yang dikatakan mbak Nur juga benar. Siapa tahu saja, dengan menginap di sini, ia bisa mengistirahatkan pikirannya dari Jordhan. Dia sudah merasa sangat lelah.

Tiba di wisma, atau kamar, keduanya berbaring bersebelahan sambil menatap langit-langit warna putih yang tersusun dari beberapa persegi. Semuanya diam sampai Arsyla hampir terlelap. Dan terbangun Ketika tiba-tiba mbak Nur berkata dengan suara sedikit lantang.

"Syl. Bagaimana prasaanmu jika seorang pria yang sudah lama kau sukai tiba-tiba menikah dengan wanita lain?"

Karena terkejut, jantung arsyla berdebar cepat. Ia diam sesaat guna menetralisir dirinya. Kemudian, ia berusaha bertanya yang sekiranya tidak mengundang rasa curiga kalau dia telah membuka buku diarynya semalam.

"Aku? tentu saja sedih. Bagaimana pun, diri ini pasti merasa dikhianati," jawab Arsyla dengan sangat hati-hati.

"Tidak, Syl! Tidak. Dia tidak berkhianat selama ini," jawab mbak Nur dengan cepat.

"Lalu, apa Namanya?"

"Di aitu dijodohkan oleh kedua orangtuanya."

"Kalau memang sudah tahu sama-sama suka denganmu, Mbak, sebagai pria itu harusnya memperjuangkanmu!"

"Itu masalahnya. Aku tidak tahu, selama ini dia sebenarnya suka apa tidak sama aku."

"Terus?" tanya Arsyla, berlagak bingung. Sebenarnya, dia was-was dan takut untuk membahas masalah ini.

"Orang yang selama ini aku sukai sebenarnya, kami tidak ada komunikasi. Mungkin saja, cintaku bertepuk sebelah tangan."

"Mbak Nur gak mengatakan kekagumannya padanya?"

"Aku sudah lama mengatakan padanya, dari sejak dia masih mondok di sini, sampai ia lulus dan hingga mau menikah, sekalipun ia tidak pernah membalas suratku, Syl."

Arsyla hanya diam. Ia bingung harus berkata apa dan menjawab bagaimana.

"Mungkin selama ini aku terlalu naif. Tetap memelihara dan menjaga cinta pada pria yang sedikitpun bahkan tak mau memandangku."

"Nah, kalau mbak Nur sudah tahu seperti itu, kenapa harus sakit hati? Oke maaf. Maksudku bukan demikian. Aku mengerti. Anggap saja pria itu adalah seorang artis yang hanya kau lihat, bisa kau kenal tapi tidak bisa kau sentuh, dan dia tidak mengenalimu. Sakit hati boleh, namun jangan berlarut-larut."

"Iya, kau benar. Sakit itu jika kita saling mencintai tapi tidak direstui, kan?" ucap mbak Nur. Sudah mulai memperlihatkan sisi cerianya.

"Nah begitu. Memang semua itu butuh waktu. Tapi, jika kia tidak berusaha, tidak akan terjadi dengan sendirinya, kan?"

"Aku akan berusaha, dan meminta pada Tuhanku yang maha segalanya, dan maha membolak-balikkan hati semua ummatnya, agar, hati ini yang semula jatuh cinta pada mas Rayyan bisa hilang selamanya dan tak tersisa," ucap mbak Nur dengan sedikit keras.

Mendengar nama calon suaminya disebutkan oleh wanita lain, tiba-tiba hatinya terasa sedikit berdesir. 'Ada ap aini? Bukankah aku tidak mencintainya? Melihatnya saja bahkan juga tidak jelas, dia tidak ada keberanian menatap wajah calon imamnya saat dia berkunjung ke rumahnya dulu.

"Eh, apakah aku bicaranya terlalu kencang, Sil?" ucap mbak Nur tiba-tiba merasa tak enak sendiri dan mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan. Hanya ada tiga ustazah di kamar itu, semua juga sepertinya sudah pada tidur.

"Sepertinya sih iya."

"Kamu tahu tidak, siapa pria yang selama ini diam-diam aku sukai?"

"Siapa?"

"Namanya Rayyan. Dia adalah keponakan bu Nyai. Dulu, saat SMA, dia sekolah dan mondok di sini juga. Sekarang, dia menjadi seorang TNI. Okelah, aku cukup sadar diri. Tidak pantas bersanding dengannya. Bukankah biasanya seorang TNI itu akan menikah dengan seorang perawat, dokter, dan minimal bidan."

"Kurasa tidak juga. tergantung Tuhan menjodohkan dia dengan wanita seperti apa."

"Yang jelas, tidak akan dengan abdi bu Nyai seperti aku. aku ini tak layak."

Mendengar ucapan ini, Arsyla hatinya terasa teriris. Ia tidak tega. Tapi, terlalu memotifasi juga takut. Karena Rayyan itu telah dijodohkan dengannya. Ia khawatir jika kelak saat mbak Nur mengetahui, simpatinya saat ini hanya dianggap pura-pura saja. kemungkinan terburuknya, dituduh menertawakan dibelakang.

"Allah itu maha tahu mana yang terbaik untuk umatnya, Mbak. Tetap berprasangka baik pada Allah, ya?"

"Tentu saja, ya sudah, ayo kita sudah tidru. Ini sudah malam. Atau, bisa telat besok," ucap mbak Nur seketika ia mengangkat selimut untuk menutupi wajahnya.

Ada rasa lega di hati Arsyla setelah mbak Nur mengakhiri obrlolan tentang pria itu. Setidaknya, ia tidak was-was dan takut salah ngomong lagi. Dipandanginya selimut motif bunga-bunga yang menutupi tubuh mbak Nur. Dalam hati, gadis itu ia berkata, 'Prrasaanmu tak serumit diriku, Mbak. Cintamu hanya bertepuk sebelah tangan. Tidak akan sesakit dengan yang smaa-sama mencintai tai terhalang oleh keyakinan yang berbeda serta restu orang tua. Semoga, kau segera menemukan sosok yang bisa menerimamu apa adanya, serta mencintaimu setulus hati, agar, kau bisa move on dari mas Rayyan.'


Load failed, please RETRY

Regalos

Regalo -- Regalo recibido

    Estado de energía semanal

    Rank -- Ranking de Poder
    Stone -- Piedra de Poder

    Desbloqueo caps por lotes

    Tabla de contenidos

    Opciones de visualización

    Fondo

    Fuente

    Tamaño

    Gestión de comentarios de capítulos

    Escribe una reseña Estado de lectura: C14
    No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
    • Calidad de escritura
    • Estabilidad de las actualizaciones
    • Desarrollo de la Historia
    • Diseño de Personajes
    • Antecedentes del mundo

    La puntuación total 0.0

    ¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
    Votar con Piedra de Poder
    Rank NO.-- Clasificación PS
    Stone -- Piedra de Poder
    Denunciar contenido inapropiado
    sugerencia de error

    Reportar abuso

    Comentarios de párrafo

    Iniciar sesión