Descargar la aplicación
75% CINTAKU VS HOBI SUAMIKU / Chapter 3: Bab 3 Keresahan Ida

Capítulo 3: Bab 3 Keresahan Ida

Pov Ida

Keresahan Ida

Hari ini lagi-lagi mas Andry pergi naik gunung bersama dengan teman-temannya. Meski aku telah mengutarakan keberatanku, mas Andry abai dengan protesku. Ia akan pergi berhari-hari saat pergi berkemah bersama teman-temannya. Terkadang ada perempuan yang ikut dalam rombongan itu. Aku tidak tau, apa yang ada di fikiran perempuan itu berani ikut berkemah bersama dengan rombongan laki-laki.

Mas Andry tidak pernah mau menceritakan apa saja yang dilakukannya selama berada di atas gunung. Siapa nama teman-temannya, ia sama sekali tidak mau bercerita. Aku hanya menduga-duga apa yang dilakukannya di atas gunung dan pada saat berkemah.

Keberangkatan kali ini, lagi-lagi rumah kami menjadi starting point keberangkatan mas Andry dan teman-temannya. Kulihat perempuan itu kembali ikut pendakian kali ini, aku tidak tau siapa nama perempuan itu, . Perempuan itu tampak telah terbiasa dekat dengan suamiku. Interaksi diantara keduanya tidak ada kecanggungan sama sekali.

Mereka terlihat begitu akrab, dan abai akan kehadiranku sebagai istri sah mas Andri. Aku merasa tersisihkan dari mereka. Mas Adry tidak ada niat sama sekali untuk mengenalkan aku dengan wanita itu dan teman-temannya yang lain, ataupun mengajakku bergabung bersama mereka.

Bagi mas Andry, tugasku hanyalah menyambut teman-teman mas Andry dengan senyuman, menyiapkan makanan atau kue, serta membuatkan minuman.

Kulihat wanita yang sok dekat dengan suamiku, berjalan mendekatinya yang sedang bersiap untuk naik ke atas motor. Entah apa yang dikatakan wanita itu, tetapi kulihat mas Andry menganggukkan kepalanya seakan menyetujui ucapan wanita itu.

Kulihat mas Andry menoleh ke arahku dan tatapan kami bertemu, entahlah aku tidak tahu apa arti tatapan mas Andry. Yang kutahu hanyalah, setelahnya perempuan tak tahu malu itu, naik ke atas jok motor suamiku begitu saja.

"Ada aku saja di rumah mereka sedekat ini, apalagi di gunung. Suasana di alam yang dingin, pemandangan yang indah dan romantis, apa mereka mesra-mesraan di atas gunung. Kan bahu suamiku pelukable banget," gerutu ku dalam hati.

Untuk menghilangkan rasa gundah dihati kuambil gawai dan akupun melakukan videocall grup, yang beranggotakan aku dan 4 orang sahabatku. Ya, aku mempunyai sahabat-sahabat yang selalu memberi support dan dapat menaikkan semangatku kembali.

"Say, jalan-jalan yuk, aku lagi badmood nih. Mas Andry pergi naik gunung lagi bersama teman-temannya. Trus ada cewek yang nempel-nempel gitu sama mas Andry."Ucapku melalui gawai.

"Oke say, kemana kita hari ini?." Sahut Rima.

"Kita, ke mall yuk, cuci mata disana." Timpal Aty.

"Kita, ke mall yuk, cuci mata disana." Timpal Aty.

"Kompakkan ya, jilbab kita, pakai warna biru yang baru kita beli, bajunya juga warna biru." Ucap Noni.

"Ok...deal!!!" ucap kami serempak. Sambungan videocallpun kami akhiri.

Akupun segera bersiap, kukenakan outfit warna biru, kerudung biru, sesuai kesepakatan kami bersama. Kukenakan makeup tipis dengan lipstick warna merah. Untuk alas kaki kupakai flatshoes, karena aku tidak ingin menyengsarakan kakiku jalan-jalan dimal memakai high heals.

1 jam kemudian aku tiba ditempat janjian kami bertemu. Kedatanganku bersamaan dengan teman-temanku, Aty, Noni, Rima, dan Astri.

"Hi say!, kemana nih kita, makan dulu atau cuci mata lihat-lihat baju dan sepatu?." Tanyaku.

"Kita cuci mata aja dulu, setelah itu baru kita makan-makan, biar puas nanti ngobrol-ngobrolnya." ucap Astry."

"Okeh...okeh....." Sahut kami serempak.

Kamipun berjalan-jalan diseputaran mall melihat-lihat baju dan sepatu. Tiba di depan toko elektronik, penjaga tokonya seorang bapak-bapak yang tampak gaul, menyapa kami dengan ramah.

"Bagusnya bu, samaan warna baju dan kerudungnya?, abis dari acara ya?."

Temanku Astry menyahut dengan bercanda, "iya pak, kami baru selesai dari acara lomba paduan suara, doakan kami menang ya, pak!".

"Wah, hebat, saya do'akan grup ibu-ibu menang, lombanya." sahut bapak penjaga toko elektronik tersebut.

"Bapak, gak mau minta foto kami, siapa tau aja nanti kami jadi terkenal, bapakkan bisa pamer pernah foto bareng kami." Timpal Noni dengan jahil.

"Iya, benar itu.", Bapak itu kemudian memanggil seorang perempuan muda yang sepertinya pegawai di toko elektronik itu untuk mengambil foto kami bersama, melalui gawai si bapak dan juga gawai Rima.

Setelah sesi foto-foto, kami segera berlalu dari toko elektronik bapak itu. Setelah agak jauh meledaklah tawa kami bersama. Hahahahaha.... kami tertawa hingga airmata keluar.

Setelah sesi foto-foto, kami segera berlalu dari toko elektronik bapak itu. Setelah agak jauh meledaklah tawa kami bersama. Hahahahaha.... kami tertawa hingga airmata keluar.

"Gila, bapak itu percaya aja kita baru selesai dari lomba paduan suara,."Ucap Rima.

"Yup, bapaknya lucu juga sih", sahut Aty.

Setelah puas melihat-lihat baju dan sepatu, kami pergi ke musholla yang ada dimall untuk menunaikan sholat ashar. Selesai sholat barulah kami menuju ke restoran yang ada di mall ini.

Kami menyantap hidangan yang tersedia sambil mengobrol. Akupun mulai menceritakan keresahan hatiku kepada sahabat-sahabatku.

"Mas Andry makin lama makin keterlaluan sifatnya. Dia semakin sering pergi naik gunung, terkadang seminggu lamanya ia baru pulang, tiap kutanya dia tidak pernah mau bercerita apa saja yang dilakukannya selama berkemah dan naik gunung, mengapa ia berhari-hari baru pulang dari berkemahnya."

"Apakah kamu, sudah pernah berbicara dari hati ke hati, maksudku kamu dan Andry duduk bersama dan ada fihak netral yang dapat mendengar keluh kesah kalian berdua." Ucap Aty.

"Saat ku ajak mas Andry untuk membicarakan permasalahan kami, dia salalu berkata berikan aku waktu untuk mengilangkan rasa sedih kehilangan calon bayi kita. Dia juga menyalahkanku atas keguguran calon anak kami kali ini," ucapku dengan lirih.

"Sabar ya Da, kami akan selalu mendukungmu. Kamu harus mengikhlaskan kepergian calon bayimu, Allah lebih menyayanginya.

Dengan terisak, aku berucap "bukannya aku abai dengan saran dokter agar tidak capak bekerja, tapi kalian tahu bukan aku harus membantu ibu membiayai sekolah adik-adikku. Semenjak bapak menikah lagi, ia melupakan ibu dan adik-adikku."

"Kami tahu say, bagaimana beratnya hidupmu, kamu yang harus bekerja untuk membantu sekolah adik-adikmu. Semua akan indah pada waktunya." Ucap noni.

"Pernahkah kamu, mencoba untuk ikut berkemah bersama dengan Andry?, mungkin kau harus mencobanya, agar kau dapat memahami Andry, mengapa ia begitu mencintai pergi naik gunung." Sahut Rima.

"Ide yang bagus, aku akan minta Andry untuk mengajakku pergi berkemah, aku ingin rumah tangga kami menjadi lebih baik dan bersama-sama kami mengatasi rasa kehilangan ini."

Setelah lama berbincang-bincang, kamipun memutuskan untuk pulang. Setibanya di rumah, aku segera membersihkan badan dan menunaikan kewajibanku sebagai seorang muslim.

Kurebahkan badanku diatas kasur ku cek gawaiku, apakah ada pesan dari mas Andry, ternyata ia melupakanku, tak kutemukan satupun pesan darinya.

Akupun mengecek ig mas Andry, hatiku terasa sesak, di foto itu kulihat mas Andry sedang memeluk wanita yang tadi dibonceng olehnya. Mereka berpelukan dengan mesra, senyum cerah menghiasi bibir mereka berdua. Kubaca caption wanita itu berbunyi, "Indahnya menikmati sunset di atas gunung bersama seseorang yang istemewa, dengan emotlove." Airmataku tanpa dapat kubendung mengalir deras, dadaku terasa sesak.

"Apakah kau sudah tidak mencintaiku lagi mas,?" tanyaku dalam hati. "Tidak maukah kau mengerti dengan keadaanku mas. Mungkin inilah alasan Tuhan belum memberikan kita keturunan," barinku.


Load failed, please RETRY

Estado de energía semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Piedra de Poder

Desbloqueo caps por lotes

Tabla de contenidos

Opciones de visualización

Fondo

Fuente

Tamaño

Gestión de comentarios de capítulos

Escribe una reseña Estado de lectura: C3
No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
  • Calidad de escritura
  • Estabilidad de las actualizaciones
  • Desarrollo de la Historia
  • Diseño de Personajes
  • Antecedentes del mundo

La puntuación total 0.0

¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
Votar con Piedra de Poder
Rank NO.-- Clasificación PS
Stone -- Piedra de Poder
Denunciar contenido inapropiado
sugerencia de error

Reportar abuso

Comentarios de párrafo

Iniciar sesión