◆◆◆ Ozil POV 's
Semua perkataan Gathan berputar di kepalaku, dia tidak mempercayai Alpha, tidak pula menginginkan mating.
Aku terdiam cukup lama setelah Gathan menjelaskan semuanya.
Kini dia terdiam, jujur saja aku hampir menggeram saat dia meremehkan para Alpha yang setia pada pasangannya.
Dia membenci para Alpha, begitu pula aku bukan?
"Bagaimana kalau aku bilang, aku tau bahwa kau telah di buang karena statusmu Omega" ungkapku lugas, aku ingin tau reaksi dia.
Sungguh ini di luar imajinasiku, aku pikir Gathan menyembunyikan ini karena takut.
Tapi aku salah, dia bukan takut. Melainkan membenci para Alpha.
Aku mengerti apa yang dia ucapkan, memang pada dasarnya banyak Alpha yang melakukan seenaknya, tapi tidak semua bukan?!
Sial, aku emosi.
kutatap matanya tajam.
★★→ Gathan POV 's
Aku tersentak. Seketika hawa menjadi dingin. Aku menatapnya dan menemukan keping hazelnya dikuasai kabut emosi.
"Lalu, kalau kau tahu, memangnya kenapa? "
Hatiku berdenyut ngilu. Memikirkan bagaimana Ozil menyadari jika aku sungguh menyedihkan.
Itukah sebabnya?
Alasan Ozil bersikap baik padaku, selain karena dia seorang Headboy?
"Aku tidak butuh rasa kasihanmu. Tapi masalah aku dibuang atau tidak, bukan lagi jadi tanggung jawabmu, Headboy! "
Ketusku dan balas memandangnya. Kali ini aku menyimpan luka yang lebih dalam. Seolah Ozil Yu telah membuka lukaku yang membusuk dan menaburkan garam.
◆◆◆ Ozil POV 's
Aku tetap diam saat dia mulai tersulut emosi. Aku melihat kilatan matanya berubah sedih dan terluka.
"Aku tidak butuh rasa kasihanmu. Tapi masalah aku dibuang atau tidak, bukan lagi jadi tanggung jawabmu, Headboy! "
Teriaknya padaku, tapi aku tak langsung membalas kata katanya.
Aku menghela nafas pelan, menurunkan hawa dinginku dan mengembalikannya dengan hawa musim semi.
Aku menatapnya dengan hangat dan menggenggam tangannya pelan.
"Aku tahu kau sangat membenci para Alpha karena kau di keluarkan dari silsilah keluargamu" ucapku pelan.
Aku kembali menatap matanya lembut, disana raut bingung terlihat.
"Tapi apakah salah jika salah satu dari Alpha yang kau benci, merupakan pasangan hidupmu? Apa kau tetap akan membencinya?" ujarku lagi lebih lembut.
Aku diam menunggu jawabannya.
★★→ Gathan POV 's
Genggamannya begitu hangat, begitu pula tatapan matanya.
Membuatku hanyut ke dalam netranya. Aku kemudian menunduk. Tidak ingin hanyut lebih jauh atau aku akan tenggelam dan mati.
"Tentu saja tidak, " aku menggeleng.
"Aku tidak ingin disia-siakan kembali. Harusnya kau tahu."
"Disamping itu, " aku tatap lagi dia dengan lekat.
Betapa teduh memandangnya. Seolah aku bisa percayakan hidupku padanya.
"Aku tidak layak menjadi pasangan Alpha, " ujarku. Lalu aku sunggingkan senyum lebar yang dipaksakan. "Karena aku seorang Omega. Kau tahu, dan aku sendirian. "
◆◆◆ Ozil POV 's
Gathan mengungkapkan semuanya. perasaan mya sebagai Omega yang takut disakiti. Serta dibuangnya dia dari keluarganya menjadikannua bukan siapa-siapa.
Aku menahan rasa sakit saat melihat nya tersenyum paksa, menurut nya Alpha yang merupakan pasangannya nanti, tidak akan bahagia dengannya.
Aku kembali menghela nafasku dengan berat.
Dan mengembalikan detak jantungku yang sedikit bergemuruh.
"Baiklah jika itu yang kau pikir" ucapku pelan. Mataku kembali memandangnya.
"Tapi Gathan, jika aku mengatakan, bahwa akulah mate-mu. Apa kau juga menolakku?" aku menunduk setelah mengatakannya.
Aku sangat malu, sial.
Aku tetap diam, menunggu apa yang akan dia lakukan.
Mungkin saja itu mantra terkutuk.
★★→ Gathan POV 's
Pikiranku berkecamuk.
Mate.
Adalah hasil dari proses mating. Di mana dua jiwa menjadi satu. Di mana Omega akan menggantungkan hidupnya pada orang yang melakukan mating atau menandainya.
Yang mana jika Alpha atau Beta meninggalkan Omega yang telah dia tandai atau melakukan
proses mating yang sakral, maka sang Omega akan mati perlahan.
Sudah kubilang menjadi Omega begitu menyedihkan.
Aku memandang Yu. Tepat ketika dia memilih menunduk saat mengatakannya. Apa dia bergurau konyol lagi?
Namun melihat keseriusannya sejak tadi, aku yakin dia serius.
"Kenapa kau berpikir begitu? Maksudku, berpikir jika kau adalah mateku. Bukankah kita saling membenci? "
Aku memandangnya bingung. Meminta penjelasan akan maksud dan tujuannya. Aku genggam tangannya lebih erat. Menuntut penjelasannya.
Apa dia mempermainkanku?
◆◆◆ Ozil POV 's
Di kepalaku hanya terisi berbagai macam penolakan dari Gathan.
Entah mengapa aku takut, baru kali ini aku dalam situasi yang membuatku ingin terjun. Karena jika Gathan menolakku, maka aku akan sangat menderita.
Tapi aku yakin bahwa Gathan mateku. Walau aku tak suka sejarah sihir, namun aku tau banyak hal tentang sebuah hubungan.
"Kenapa kau berpikir begitu? Maksudku, berpikir jika kau adalah mateku. Bukankah kita saling membenci? "
Perkataan Gathan mengagetkanku, lalu dengan yakin aku tatap kembali mata emerald nya.
"Kau tau bukan, bahwa kita bisa menemukan mate tanpa harus mating?" tanyaku.
"Dalam buku dasar, dituliskan bahwa, jika kau merasa pheromonemu tertarik dan mengikat salah satu pheromone seseorang, dialah pasanganmu" jelasku padanya.
Tatapanku tetap memaku pandangannya, aku sungguh serius kali ini.
"Dan ya, Aku merasakan pheromone ku menarik dan mengikat pheromone milikmu. Apa kau tidak merasakannya?" ucapku lagi, meyakinkan.
Setelah perkataanku barusan, tiba tiba saja pheromoneku bergerak liar tanpa bisa aku cegah.
Sial.
★★→ Gathan POV 's
Aku kembali mengerutkan keningku.
Benarkah?
Aku kira kejadian seperti itu hanya untuk para creature. Aku kembali mencium aroma citrus yang memabukan milik Yu. Seolah hawanya mencoba masuk ketubuhku.
Aroma yang membuatku kepanasan dan tergila-gila tiap didekatnya. Inikah alasan aku menyukainya? Tidak.
Mencintainya.
Lalu aku memandangnya lekat-lekat.
"Tidak. Aku tidak merasakannya. "
Aku mengatakan begitu, kemudian menunggu reaksinya. Jantungku berdegup cepat. Tubuhku terasa panas dan aku ingin sekali menerjangkan tubuhku pada Ozil Yu.
◆◆◆ Ozil POV 's
Aku menatap tak percaya pada Gathan, dia tak merasakannya? Apa memang aku yang salah?
Perlahan aku melepaskannya tangannya, pheromone-ku tetap bergerak liar, terus menarik pheromone pemuda di depanku.
Mataku tetap fokus padanya, tak mengalihkan pandanganku.
Aku diam untuk melihat reaksinya, namun dia masih pada ego-nya.
Satu yang tidak dia tau, aku merasakan bahwa pheromone miliknya pun menarikku kuat.
"Asal kau tau Gathan, bukan hanya omega yang akan tersiksa jika ditinggal pasangannya. Alpha setia pun juga merasakan nya."
"Tapi mungkin memang ini kesalahanku, berpikir bahwa kau mateku" ucapku lagi.
Aku tetap diam disana menunggu kata-kata terakhirnya untukku.
★★→ Gathan POV 's
Bagai ditampar oleh kata-katanya. Bagaimana selama ini aku mengesampingkan fakta bahwa ada segelintir Alpha yang baik dan setia. Yang juga mati mengenaskan karena ditinggal mate mereka.
Aku berpikir sedikit keberuntungan itu tidak akan pernah terjadi padaku.
Tatapan Ozil Yu menusukku. Seolah dia tau hal yang aku sembunyikan namun mengatakan sebaliknya. Aku membuang wajahku.
"Yang aku rasakan, selama ini... "
Aku menunduk. Berusaha meredam ledakan jantungku. Bagaimana pheromone-ku menarik kuat aroma citrus yang sangat memabukan.
"Aku hanya terus memikirkanmu. Aku hanya selalu ingin memandangmu.
Aku hanya terlalu sering merindukanmu. Aku pula hanya menahan harapanku yang ingin dekat denganmu. "
Aku mendongak menatapnya. Iris hazel indah di mata sipit itu.
"Aku hanya mencintaimu. "
To be Continued....
— Un nuevo capítulo llegará pronto — Escribe una reseña