Vania termangu menatap wajah Carlos yang begitu dekat dengan wajahnya, bahkan juga mengusap air matanya dengan lembut. Dia seolah bermimpi bahwa pria yang baru saja menolaknya mentah-mentah, kini menerimanya dan bersikap seolah peduli.
"Apa aku bermimpi?" tanyanya.
"Tidak," jawab Carlos dengan tatapan datarnya. "Lusa aku akan menikahimu. Tapi aku tidak bisa mengajakmu tinggal di sini karena aku tidak ingin menyakiti istriku. Kamu akan tinggal di apartemen ku yang dulu."
Vania menghela napas, mencoba untuk bersabar karena ternyata Carlos hanya bersedia untuk bertanggungjawab, bukan memberikan cinta. Ah, tapi itu bukan masalah, tarena yang terpenting adalah pria itu bersedia menikahinya. Masalah cinta, mungkin akan tumbuh seiring berjalannya waktu.
"Terima kasih," ucapnya dengan menundukkan kepalanya.