"BYY!!!" Lelaki itu menoleh, lalu menatap lelaki kecil dengan kemeja miliknya tengah berlari mendekat.
"Astaga by jangan lari!!" Ujarnya lalu dengan cepat melempar laptop nya ke sofa dan menangkap tubuh kecil itu.
"Kenapa by? Hm? Heboh banget deh" ujarnya sambil mengangkat Din ke pangkuannya.
"Jadi tuh tadi Din lagi boboin Mike, trus Max nelpon!!" Lapornya. Ben menatapnya bingung, lalu kenapa?
"Trus?"
"Ayo ke penthouse nya!!" Ajak Din sambil menarik tangannya.
"Oh mau main? Max nya gak kerja emang?" Bingung Ben sambil menurut ketika Din menarik nya ke kamar.
"Max kan lagi cuti " ucap Din.
Ia lalu segera berganti baju membuat suami nya itu reflek mengikutinya.
"Ngapa cuti?" Tanyanya pada diri sendiri.
Din tak perduli, ia lalu segera menggendong Mike yang masih tertidur, lalu menatap Ben.
"Udah?" Tanya Ben. Din mengangguk semangat, ia lalu menurut ketika Ben menggandengnya.
Merekapun segera pergi ke penthouse MaxSing, sekaligus membelikan mereka makan malam dulu karena mereka tau Sing tidak memasak hari ini.
Bahkan sejak seminggu yang lalu.
Sesampainya mereka disana, mereka langsung di persilahkan masuk oleh Guardnya, karena memang mereka keluarga Max.
Din memencet bel nya, lalu tak lama lelaki jangkung adik iparnya itu membukakan pintu.
"Weh, masuk masuk" ujar Max menggiring mereka masuk.
"Abaa~ aba~" panggil Mike sambil menarik baju Max. Lelaki itu lalu menoleh, dan segera mengambil Mike dari gendongan Din.
Keponakannya itu sangat lucu.
Max lalu membawa Mike ke ruang tengah.
"Sing mana dedek?" Tanya Din sambil duduk di sofa diikuti Ben yang justru langsung menyambar ps 5 milik Max yang menganggur.
"Sing lagi minum susu" jawa Max. Ia kemudian segera berlari menghampiri Sing yang sedang di kamar.
"Sayang, ada kak Din sama bang Ben" ucap Max sambil mendekat membuat Sing menatapnya sumringah.
"Ada Mike??" Max mengangguk. Sing lalu merentangkan tangannya dan membiarkan Max menggendongnya.
Wajar saja, ia baru selesai muntah muntah beberapa waktu lalu. Jadi masih lemas.
Max membawanya keluar, dan Din langsung mendekati Sing dan mengajaknya duduk di sampingnya.
"Halo kak" sapa Sing membuat Din mengangguk.
"Gimana??" Tanyanya tak sabaran.
"Gimana apanya kak?" Bingung Sing.
Max membiarkan keduanya mengobrol, sementara ia duduk di sebelah Ben dan mengambil stick satunya.
"Tanding dulu kita" ajak Ben membuat Max tersenyum kecil.
Abangnya ini memang sangat senang bermain game.
"Masih mual mual?" Sing mengangguk kecil. Ia lalu menoleh pada Mike, dan membawanya ke pangkuannya.
"Udah gak separah kemaren kemaren sih kak" jawab Sing membuat Ben yang mendengarnya menoleh.
"Sing sakit?" Tanyanya membuat Din menatapnya datar.
"Atuh lah by, kan Sing baru confirm pregnant" ujar Din membuat Ben membulatkan matanya kaget.
"Seriusan??! Kapan??" Bingungnya. Bahkan ia sampai melempar stick nya dan menatap Max.
"Seminggu yang lalu bang elah, tadi siang dibawa ke dokter udah confirm pregnant" jelas Max membuat Sing mengangguk.
Ben menatapnya tak percaya, ia lalu menabok Max cukup kencang.
PLAK!!
"Uuwiih sakit bang, ganas banget" gerutu Max sambil mengusap kepalanya.
"Lah dedek ngapa gak ngasih tau abang dulu kalo mau knotting??"
"Trus kalo Max kasih tau abang, abang mau apa?" Tanya Max.
"Ya gak apa apa, kan ijin dulu kek sama abangnya" Max hanya menggerutu, dan Ben tak peduli.
Ia lalu menatap Sing yang masih pucat itu.
"Udah seminggu genap morning sick nya?" Tanyanya membuat Sing mengangguk kecil.
"Udah genep kok bang, kenapa emangnya?" Tanya nya kepo. Bahkan ia membiarkan Mike menggigiti jarinya.
Ben lalu menatap Max jahil, membuat adiknya itu memicing tak jelas.
"Dedek siap siap aja ya dek, ha ha ha" ucap Ben disambung ketawa jahat membuat Din menggeleng kecil.
Kenapa sih?
"Lu hari ini terakhir morning sick kok, selebihnya Max yang gantiin" ujar Din.
"Hah? Gimana kak? Max yang gantiin?" Bingung nya.
Din mengangguk.
Ia ingat bahwa genap seminggu ia di knotting dan morning sick, tiba tiba ia merasa sehat di hari berikutnya.
Padahal, Ben lah yang menggantikan morning sicknya. Tahu tahu sudah ada di kamar mandi dengan pucat membuat Din paham jika Ben sedang muntah saat itu.
"Morning sick nya nanti Max yang gantiin, kira kira dua bulanan sih, ya kan by?" Ben mengangguk.
"Jadi besok pagi Max bakalan kayak Sing gitu?" Din dan Bem mengangguk.
Max lalu menatap Sing, dan tertawa kecil.
"Demi Harit sama dede bayi apa si yang enggak, awokawok" ujarnya membuat Sing memerah malu sementara Ben kembali menabok nya.
"Oh iya gu--"
"MANA MANTU MAMAH??"
Ucapan Din terpotong ketika seorang wanita masuk diikuti dengan pria di belakangnya.
Itu adalah mamah dan papah.
"Eh mamah papah" sapa Din sambil menatap keduanya.
"Halo mantu mantu mamah!!" Hebohnya sambil memeluk Din dan Sing bersamaan. Ia kemudian duduk di tengah tengah mereka dengan excited.
Sementara papah?
Ia merebut stick milik Ben dan memainkannya.
"Ih papah" sewot Ben membuat papah menaboknya pelan.
"Gantian papah mau main sama bungsu" ujar papah sambil menarik Max untuk kembali bermain.
"Pah, mamah seneng banget keknya?" Tanya Max.
"Ya gimana gak seneng, orang mantunya aja udah hamil. Papah yang jadi korban tabokan mamah tadi" curhat papah membuat Ben tertawa menistakan.
"Awokawoakwok!!" Ben terpingkal di sampingnya.
Mike hanya planga plongo melihat semua orang, ia bingung harus apa.
Akhirnya ia turun dari pangkuan Din, dan segera berlari ke daddy nya yang sedang memerhatikan papah dan Max tanding.
"Ddy~~ ka cing akit?" Tanyanya membuat Ben menatapnya gemas.
(Daddy, kaka Sing sakit?)
"Engga sayang, ka Sing mau punya dedek kayak Mike" ujar Ben.
"Ooh, taya Mike?" Ben mengangguk sambil tersenyum.
Anaknya itu lucu sekali astaga.
"Mike tolongin abang mike!! Aaaa" seru Max tiba tiba membuat Mike menoleh padanya dan tertawa terbahak.
Max tengah di unyel unyel oleh papah membuat Mike mendekatinya.
"Nooo~~ genpa taboleh~" ujarnya sambil memeluk Max.
Sang papah menatap cucunya itu pura pura kemusuhan sementara Max memandang papahnya sombong.
Ada ada saja mereka ini.
_________________________________________