"Mo kemana lu bang?" Tanya Dean pada Sing yang hendak pergi ke luar rumah.
"Mo ke circle k, napa?" Jawabnya.
"Bang Max mana?"
"Di kamar lagi tidur, jan di ganggu" Dean menggangguk, ia lalu pergi ke kamar menyusul Mike yang sedang menonton film.
"Mike, nongki kuy" ajaknya.
"Sekarang? Kemane?" Dean menatap Mike datar.
"Ke waffle.co, gue pengeeen" Mike mempause filmnya, lalu segera bangkit dan mengambil kunci mobil.
"Kuy" ia lalu menarik Dean membuat lelaki ini terbingung tetapi tak urung menurut padanya.
Sesampainya di tempat yang diinginkan, Dean segera memesan apa yang dia mau sementara Mike hanya menemani saja.
"Jan banyak banyak nanti pilek" tegurnya pada Dean yang sedang asik memakan es krim.
"Dikit aja ini" jawabnya. Mike hanya menggeleng pasrah membiarkannya berbuat semaunya.
Pasti ujung ujungnya lelaki itu akan mengeluh dan menangis padanya karena sakit, seperti biasanya.
Dasar omega menyebalkan.
Max keluar dari kamar Sing masih dengan mata terpejamnya. Ia baru saja bangun dan tidak menemukan kekasihnya di kamarnya, jadi ia keluar untuk mencari lelaki itu.
"Max? Kenapa keluyuran?" Tanya mama Sing.
"Oh? Engga papa, Max nyari Harit tadi" jawabnya kemudian membuka matanya.
"Sing ke circle k sebentar, ayo Max sarapan dulu sini" mama Sing lalu menarik Max untuk duduk di meja makan dan membuatkannya sarapan.
"Mama udah sarapan?" Tanya Max sambil menatap lelaki yang sudah mengandung Sing itu.
"Udah tadi bareng si ayah, Max sarapan dulu biar fit lagi" jawabnya. Ia kemudian duduk di seberang Max, membiarkan lelaki itu sarapan sementara ia memainkan ponselnya.
"Aa' dicariin, taunya disini" ucap Sing membuat keduanya menoleh padanya.
Lelaki itu kemudian duduk di samping Max, dan membuka barang belanjaannya di circle k tadi.
"Pagi pagi keluar gak dingin? Dipake gak hoodienya?" Tanya Max.
Sing mengangguk kecil, ia lalu mengeluarkan es krim yang sejak tadi malam ia inginkan itu dan memakannya.
Max menatap lelaki itu bingung, tetapi tak urung ia tertawa kecil.
Sedangkan mama Sing justru senang memerhatikan ke uwu an anaknya itu.
"Pagi pagi ih makan es krim, kenapa coba?"
"Gatau, pengen ajaa dari tadi malem ih" jawab Sing. Ia kemudian menatap mamanya yang sedang senyam senyum entah kenapa.
"Mama ngapa sih? Keinget ayah apa gimana?" Tanyanya membuat mama nya tertawa kecil.
"Gapapa gapapa, mama mau ke kamar dulu ya, mau ngebo lagi, babay" ujarnya lalu berlari kecil kembali ke kamar membuat Sing menggeleng kecil sementara Max tertawa.
"Ternyata Harit mirip banget sama mama" ujar Max.
"Namanya juga anaknya aa' , ya masa gak mirip"
Max tertawa, ia lalu mengacak rambut Sing pelan sementara lelaki kecilnya itu sibuk memakan es krimnya.
Max menatap Sing, lelaki itu sangat imut saat sedang fokus dengan makanannya.
Dan saat Sing sudah selesai, Max segera mengangkat lelaki itu.
"Eh mau kemana??" Hebohnya.
"Ke kamar lah" jawab Max.
"Ih aa' eskrim yang lain belum dimakaaan. Turunin a' kan sayang kalo meleleh ih"
"Jangan makan eskrim banyak banyak, nanti pilek. Mending nge chill aja, heheheheheh" ucap Max kemudian menutup pintu kamar Sing dan merebahkan empunya itu di kasur.
"Ah males aa' nyebelin ih" ujarnya lalu segera tengkurap, tak ingin menatap kekasih jangkungnya itu.
"Yaah sayang, nanti kalo pilek gimana?"
"Ya tapi kan cuma tigaaa" kesal Sing yang teredam suaranya.
"Ululuh, mau nangis nih?" Tanya Max, ia lalu memerhatikan wajah Sing yang masih tenggelam diantara selimut itu.
"Hnng!!" Kesal Sing. Ia lalu menatap Max dengan kesal. Bahkan sangking kesalnya ia sudah berkaca kaca membuat Max tertawa kecil.
Sangat menggemaskan.
"Utututu sayangnya Aa' mewek lagi, kenapa sih? Bad mood terus dari kemaren ih?" Ujar Max sambil mengangkat Sing untuk di gendong.
Sing hanya terdiam, ia memeluk Max erat dan menumpahkan kekesalannya dengan menangis.
Entahlah, ia juga bingung kenapa bisa sekesal itu. Ia hanya berpikir bahwa sudah sejak tadi malam ia menginginkan es krim itu, tetapi Max menghentikannya membuatnya kesal.
"Cup cup cup, sayangnya aa' mewek terus, makin gemes nanti" ujar Max sambil menepuk punggung Sing.
Ia jadi ikut bingung. Padahal Sing belum ia knotting, kenapa kelakuannya jadi seperti seseorang yang sedang, ekhem,
Ngidam?
"Tunggu dulu deh" ujar Max bingung. Ia lalu menarik bahu Sing agar menatapnya.
"Aa' belum knotting kan ya?" Hebohnya. Sing semakin panik, ia justru semakin menangis sambil mencoba mengingat apa yang terjadi beberapa hari yang lalu.
"Hiks, engga adaaa~~, terakhir kan yang di dapur ituu~~" jawabnya.
Ia benar benar yakin kalau itu terakhir kalinya mereka matting, dan itu sudah lima hari yang lalu.
Lagipula mereka selalu menggunakan pengaman.
"Trus kenapa Harit mood swing?? Dah gitu kayak ngidam lagi??" Max masih heboh.
Sing berhenti menangis, walau masih sesengukan ia menarik kedua pipi Max.
"Ih aa' !!" Kesalnya.
"Atuh kenapa sayang?? Kenapa kesel kesel??"
"Hnng, kan Harit cuma pengen es krim doang ih, trus malah gadibolehin sama aa' makanya Harit kesel, masa ngidam sih??" Max menatapnya lega.
Sebenarnya jikapun itu terjadi, ia sangat senang. Tetapi ia takut Sing justru sedih atau kerepotan karena kedatangan sosok baru itu.
Tetapi ia belum yakin sepenuhnya.
"Hmm gitu, tapi tetep aja sayang, kita ke dokter aja, heheheheheeh" saran Max sambil cengengesan membuat Sing memukulnya pelan.
"Ngarep banget, tapi sabi juga. Kuy lah ke dokter" ucap Sing membuat Max mengangguk setuju.
Akhirnya mereka segera siap siap menuju rumah sakit entah karena apa.
Padahal alasan yang digunakan tetap saja bisa membuat dokter itu tertawa.
Asudahlah, suka suka mereka saja.
Sesampainya di rumah sakit, mereka segera pergi ke dokter umum untuk konsultasi.
Dan setelah melalui berbagai macam proses, hasil pun keluar.
"Jadi gimana dok?" Tanya Max.
"Hmm, gak apa apa sebenernya" jawab dokter itu.
"Cuma...."
_________________________________________