"Oit bro, gue tipsen ya" ucap Peak sambil menahan tangan Ohm yang sudah siap dengan seragamnya hendak bersiap ke sekolah dengan yang lainnya.
Ohm mengernyit sedangkan Peak justru menyengir.
Ceritanya dia belum mandi sama sekali.
"Nape emang?"
"Si Boom sakit, gue ga dibolehin sekolah"
"Yaudah, si Boom udah ijin ke gurunya belom? Kalo belom sekalian gue ijinin. ijin kawin, awoakwok" tawa Ohm puas yang dibalas dengan tatapan datar dari Peak.
Ada ada aja.
"Suka suka lu dah"
Akhirnya Ohm pun berangkat dengan Perth, Fiat, Nice, Guy, chimmon, Sing, Purim, Aj, Jj, Marc, Nanon dkk sementara Max masih izin karena belum sembuh, bahkan justru sudah diinfus karena keadaannya yang belum membaik.
Itupun sempat dipaksa oleh Chimmon, Peak, Beam dan Ohm.
Maka dari itu sekarang Max sedang makan di suapi oleh papahnya, karena ia sedang ingin. Sementara sang mamah sedang memeluknya dari samping.
Ben? Ben pergi kuliah dengan Din barusan.
" dedek diabisin makannya, nanti nambah parah sakitnya" tutur sang papah.
"Mm, kenyaang~" jawab Max sambil menepuk perutnya.
Sang papah menggeleng pasrah, lalu meletakkan mangkuknya di nakas lalu menyodorkan obat beserta minum pada si bungsu.
"Kok nambah banyak obatnya pah?"
"Yaiyalah kan kamunya bandel gak makan banyak, jadi obatnya nambah juga" saut mamah.
Sejak kecil, Max memang sudah terbiasa meminum obat pil. Apalagi yang ukurannya lumayan besar. Walau begitu, ia tetap akan protes jika obat yang ia minum semakin banyak.
"Papah mau ngopi dulu ah diluar, dedek mau nitip apa?" Si papah pun bangkit dari kasur dan berjalan keluar.
"Dedek mau buah pah, hehe"
"Yaudah, mamah mau ikut apa nitip?" Sang mamah mengangguk lalu bangkit berdiri.
"Mamah mau ikut sama papah, dedek sendiri dulu yaaa, hihihi" ucap mamah lalu merangkul lengan papah dan keduanya meninggalkan Max yang cemberut sendirian.
"Gue sendiri~ gaada yang nemenin~ gue harus apa~"
"Mandi sudah~ makan pun sudah~ boker sudah~ mo ngapain lagi~"
Max bernyanyi sendirian di kamar karena rasa bosannya. Akhirnya karena terlalu bosan iapun memilih untuk bangkit dan memakai sendal rumahnya.
"Mending gue keliling dah, kali aja ada yang kaga kerja" gumamnya.
Keadaannya saat ini hanya memakai celana panjang putih dengan kaos oblong biru dongker dan sandal rumahannya.
Oh,jangan lupakan infusnya.
Akhirnya ia menaiki lift untuk ke lantai 8 tempat kebanyakan temannya disana.
"Hmm, keknya emang ada yang kaga sekul deh" ucapnya saat melihat satu apart yang terbuka pintunya.
Itu adalah apart pasangan BoomPeak.
Akhirnya ia masuk ke apart itu lalu menutup pintunya pelan pelan.
Ditelusurilah isi apart itu, dan ia mendekati kamar yang berada di samping balkon.
Pintunya terbuka.
"Ohho, bau bau nya lagi anu nih mereka" ucapnya dengan senyum devil.
Iapun mengintip kedalam, dan menemukan Boom yang tengah berbaring di tengah Peak, dengan Peak yang sedang bermain nintendo disana.
Max pun kecewa, tak seru.
"Lu bedua gue kira lagi anu anjir, taunya kaga ngapa ngapaen, kuciwa dedek"
"ASTAGA BEBEK!!" Kejut Peak saat melihat Max sudah memasuki kamarnya dan mendudukkan dirinya di sofa.
"Lu ngagetin banget anying, lagian masik sakit ngapa keliaran dah lu?? Nambah pusing lu ntar" oceh Peak lalu memeluk Boom erat.
"Bosen anjir, dari kemaren gue dikamar mulu"
"Lu kapan sekul lagi?" Tanya Boom sambil memainkan jemari Peak.
Sungguh kalau saja Max tak bosan, ia takkan mau melihat kemesraan dari kedua pasangan longlast ini.
"Lusa, kalo si Chim bolehin"
"Emang gitu harusnya woy, lu lagian kagak mikir, udah tau capek abis osis, segala kelas tambahan di ATRI, hiih" ujar Peak.
"Ya lagian--"
"Heh, ssst!! Dengerin gue udaah, lu jan ngeyel"
"Iya iyaa" Jawabnya setengah merajuk. Peak tidak peduli, ia justru sibuk menatap Boom.
"Btw lu kenapa Boom? Muka lu kek abis dempulan, pucet banget"
"Ngaca bambang!!" Balas Boom lalu mendudukkan dirinya dan langsung diberi backhug oleh Peak.
" Boom lagi batuk, makanya suara lu ama dia kek gitu"
"Kek gitu gimana?"
"Kek bapack bapack, xixixi" Boom menatap kekasihnya itu datar, tetapi tak urung mencubiti pipinya dengan gemas.
"Ekhem, masi ada gue disini uy, pahamilah diriku" sindir Max setengah miris.
Ia jadi teringat masalah Ohm dan Wati. Ia harus menyelesaikan secepatnya, karena ia tahu bahwa sebentar lagi ia lulus.
Dan juga ia sedang menunggu seseorang.
"Eh iya Max, si dedek kesayangan lu kaga sekolah juga tadi, katanya pusing" lapor Boom. Ia tadi sempat bertemu dengan anak smp itu saat sedang duduk di ruang kumpul.
Max yang mendengar itupun terkejut. Adik kesayangannya itu pusing? Sakit kah?
"Weh kalo gitu gue ke apartnya dulu ya, bye bro!!" Ucap Max lalu mengacir tanpa sadar bahwa selang infusnya sudah terdapat darah karena ia yang banyak gerak.
Sesampainya di apart Mick, Max langsung masuk dan menemukan Win sedang duduk santai di ruang tamu. Iapun menoleh dan menatap Max.
"Eh Max, sini sini" ajak Win menggiringnya.
"Mick mana bang?" Tanyanya sambil mengikuti Win masuk ke ruang tengah.
"Di kamar, lagi tidur. Katanya gaenak badan jadi absen dulu hari ini" ucap Win.
"Wah, udah makan belum dia bang?"
"Udah. Oh iya Max, gue mau ke kantor dulu sama Bright, gue nitip Mick boleh?" Max mengangguk mantap.
"Oke, gue pergi dulu ya. Kalo ada apa apa telpon aja"
"Oke bang"
Win pun pergi sementara Max langsung menuju kamar Mick dan melihat si anak smp itu tengah tertidur dengan nyaman.
"lu kaga chat gue kalo sakit Mick aelah, baru tau sekarang kan gue" gumamnya lalu ikut berbaring di samping Mick dan memainkan ponselnya.
Saat sedang berselancar di sosial medianya, ia mendapat chat dari seseorang.
Whatssap
Wati
Max, gue mau tanya dong
Max pun segera membalasnya.
Me
Tentang Ohm kan?
Hooh, mueheheeh
Mo tanya apa? Ekhem
Eee, dia gaada sakit kan?
Kagaa, sakit jiwa aja dia
-____-, baguslah
Lu nanya gitu kaga nanya gue gimana?gue justru tekapar disini euy
Heh lu sakit? Gue samperin mau? Sekalian nitip sesuatu buat Ohm
Lu niat nyamperin gue kaga si wati?sedi dedek bwank
Hehe, kaga
Bangsat, gosah tanya tanya lagi lu!!
Sori bro sori, aelah kek ciwik aja lu emosian.
Gue samperin sekarang ya?
Yauda, mumpung belom pulang juga si
panjul
Wokee
Sambil menunggu sosok bernama Wati itu, Max memilih untuk menatap Mick lalu memeluknya erat.
Ia sangat menyayangi adik kecil nya itu.
_________________________________________