Descargar la aplicación
4.25% ueueue / Chapter 2: accident#2

Capítulo 2: accident#2

Malam harinya, semua keluarga besar circle raikantopeni yang memang tinggal di dormitory besar mereka itu sudah bersiap untuk makan malam.

Tetapi berbeda dengan beberapa orang termasuk Max, ia akan bersiap pergi ke rumah Pim.

"Mamii!! Mamii ku sayang!!" Panggilnya.

Off yang mendengar panggilan itu pun menoleh. Karena orang yang dicari Max ada di pangkuannya.

" apa oy?? Disini mami nya!!" Saut Off. Max menoleh, lalu menyengir sambil berlari menuju ruang tengah tempat pasangan itu bermesraan.

Di samping Offgun, ada Chimmon yang setia menggelendoti maminya sejak siang tadi, lalu ada Purim disamping Chimmon sedang berbaring di pahanya.

Sungguh keluarga yang harmonis.

" mami sakit? Kok gak bilang Max?" Tanyanya sambil duduk di samping Off.

"Si mami demam, begadang terus sih" jawab Off. Gun hanya tersenyum dan mengangguk menanggapinya lalu kembali mengeratkan pelukannya pada sang suami.

"Kenapa?" Tanya Gun.

"Max mau kerumah kak Pim, disuruh kesana. Mami mau nitip apa?"

"Ooh, minta tolong bawain boneka ulet mami ya di kamar" Off yang mendengarnya tertawa. Bisa jadi istrinya itu demam karena terlalu rindu dengan boneka itu.

"Wokee" jawab Max.

"Ai? Kangen boneka ulet keket itu ternyata"

"Papiii~~, bukan ulet keket, tapi ulet piton" sergah Gun. Chimmon yang mendengarnya pun cemberut. Astaga Purim sangat gemas dengan pacarnya itu.

"Mamiiii~, mana ada ulet piton. Adanya kan uler piton mii~"

"Suka suka mami, chim peluk mami lagi~"

Off tertawa memandang anak dan istrinya itu yang lucu karena memiliki karakter yang mirip, sementara Max justru sibuk memandang Din yang sedang mengobrol dengan Nine.

" kak Din, bang Bras mana?" Tanya Max yang mencari keberadaan kakak sedarahnya itu. Din sebagai tunangan dari Benjamin pun menjawab calon adik iparnya itu.

"Ooh, lagi keluar beli makanan sama Kim" jawabnya. Max mengangguk, lalu memilih untuk rebahan sebentar pada paha Din entah karena apa.

"Kak Din, Max di tawarin pacaran sama orang" ucap Max. Din panik, dia pun menatap lelaki itu dengan tajam.

"Siapa?? Dari mana?? Anaknya siapa??" Hebohnya.

Max tertawa, lalu mengambil boneka plushie untuk dipeluk.

" si Pa--"

"neh makanannya dah dateeeng!!!" Perkataan Max terpotong oleh kedatangan Ben dengan Kim yang membawa berkantong kantong makanan dengan lambang M itu untuk memenuhi isi perut para penghuni dormitory.

"Oit bang!!" Max berlari menghampiri Ben, lalu merampas smoothie yang di pegang olehnya tadi dan meminumnya.

Ben hanya tertawa menggeleng menghadapi adik kecilnya itu.

Perth, Mean, Plan, Peak, Boom, Sing, Nanon, dan juga Fiat yang memerhatikan kelakuan Max pun menghela napas.

"Apa kata pacarnya Max nanti ya? Max seneng banget smoothie, kaga bisa minum kopi, soft banget" heran Perth yang membuat Sing tersedak ludah sendiri.

"Hooh tuh, lucu aja ngeliatnya" sambung Boom.yang lain menyetujuinya.

"Eeeh adek abaaang, mau kemana rapi banget?" Sambut Ben seraya mengacak rambut Max. Adiknya itu sedikit lebih tinggi daripada dirinya, jadi agak sulit.

" mau ke rumah kak Pim. Yaudah Max berangkat dulu ya bang?"

"Yaudah iyaa, hati hati. Sama siapa kesana?"

"Sendiri lah, ehe" Ben mengernyit tak suka. Ia tak ingin kejadian dulu terulang kembali. Maka dari itu ia mengharuskan Max selalu pergi dengan orang lain agar tidak terancam.

"Gak. Harus berdua, terserah sama siapa" larangnya. Max cemberut kecil, lalu dengan asal ia menarik Ohm yang sedang memakan french fries nya dan ia terlihat tidak protes.

"Nah, Max sama panjul aja, oke na??" Ben tersenyum puas lalu mengangguk, dan membiarkan adiknya itu pergi ke rumah Pim.

"Heh bambang, kok jadi narik gue? Gak liat lu gue masi pakek piyama tercinta gue?"

"Bodoamat dah, yang penting abang gue kaga marah. Lagian itu piayama tercinta juga dari si mantan kan? Eh bukan ya? Hihi" goda Max.

Ohm cemberut, ia jadi teringat dengan mantan--eh bukan, mungkin hanya gebetan yang ia buat pergi meninggalkannya.

Melihat wajah Ohm yang lesu dan sedih, Max pun menariknya masuk ke mobil dan menyalakannya.

"Udaah, gue kan dah bilang kalo dia pasti balik. Tunggu aja saat saat dia putus ama kak Proy, dia tuh kangen asli ama lu anjir, apalagi udah beberapa bulan kalian pisah" jelas Max.

Perihal ini Max lah yang paling tahu seluk beluknya. Bagaimana tidak? Sejak mereka bersama hingga berpisah sekarang Max masih terhubung dengan keduanya, begitu juga dengan si gebetan Ohm ini.

Sebut saja Wati.

"Tapi, kan gue yang bikin dia marah..." ucap Ohm.

"Heh panjul, gue tuh dan bilang berkali kali ya, ini salah lu bedua. Si Wati nya yang mulai nakal, nah elu nya juga emosian banget segala ngamuk, ya pantes ae pisah"

"Lu jan ngomong kek gitu" kata Ohm.

"Ya sori, kalo lu emang masi ngebet balikan dan serius ama dia, percaya ama gue"

"Dih ngapa gue harus percaya ama lu, duit gue aja belom dikembaliin" gerutu Ohm. Max pun menghela napas sabar.

"Astaga panjul, cuma ceban aja lu kejer banget. Heran gue"

"Heheheeheheh"

"Oh iya. Soal lu yang ngajak gue pacaran tadi siang..."

"Gausah diseriusin, becanda doang gue" tolak Ohm. Max justru memasang wajah seriusnya.

" anggep aja gini, kita jalan aja terus dengan harapan manasin dia, dengan begitu Wati pasti bakalan tau kalo kita pacaran, dan ini bakal mempercepat proses kalian balikan. Karna apa? Ya dia gatahan juga,  panas pulak kan liat lu ama gue gitu. Pasti ujung ujungnya dia gak bisa marah ama gue, malah nyamperin gue buat nanya lagi tentang lu"

Ohm terdiam.

Betul juga kalau dipikir pikir. Apalagi dia sudah tidak tahan dengan rindunya pada sosok bernama Wati ini. Boleh dicoba idenya Max.

"Sabi juga kalo dipikir pikir" jawab Ohm. Max mengangguk bangga, lalu membelokkan mobil dengan tiba tiba membuat Ohm terkejut.

"Astaga naga, kenapa lu belok tiba tiba???" Kesalnya. Max menyengir, lalu membuka sabuk pengamannya.

"Gue mo beli sepatu bentar, pengen digambar" ucapnya lalu keluar mobil dan berlari menuju toko di depannya.

"Astaga, baru kemaren anjir dia beli sepatu. Gak inget apa dia udah punya satu ruangan sendiri buat sepatu??? Haduh pusing gue, untung bukan duit gue" gerutu Ohm.

"Tapi kalo dipikir pikir lagi, emang nya dia bakalan nemuin Max buat nanya tentang gue? Mungkin kah? Ya masa si? Tapi kalo ampe berhasil, gue kasi hadiah sepatu lagi lu Max seriusan" oceh Ohm sendirian lalu tertawa sendiri membuat nya merasa bahwa ia mulai stress.

"Semoga aja, lu mau balik ke gue. Gue kangen banget ama lu..." gumam nya sambil membayangkan wajah dari gebetannya itu.

Ia betul betul mencintai nya, setelah apa yang sudah mereka lewati semasa kelas 11 dulu. Sebelum datangnya masalah yang membuat keduanya terpisah hingga sekarang.

Meanwhile di toko sepatu,

" berapa totalnya kak?" Tanya Max pada sang kasir.

" totalnya 7.450.000 dek" jawabnya.

'Baru sadar anjir sekali gue beli sepatu ngabisin duit jajan segini banyak' batin Max lalu memberikan kartu hitamnya pada kasir.

"Udah Max, bulan ini lu udah sembilan sepatu yang kebeli, total di rumah sama ini berarti ada, satu-- sembilan, gila udah 194 pasang sepatu???"

"Astaga tobat Max!!!!"

"Bisa di kutuk emak kalo kek gini caranya, huuiihh"gumam Max.

Sementara pegawai toko yang mendengar semua gumaman Max sudah melongo kaget mendengar jumlah sepatu yang dimiliki Max hampir mencapai 200 sepatu.

Astaga.

Itu bisa saja mencapai total harga sekitar 3,5M hanya untuk sepatu brandednya.

_________________________________________


Load failed, please RETRY

Estado de energía semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Piedra de Poder

Desbloqueo caps por lotes

Tabla de contenidos

Opciones de visualización

Fondo

Fuente

Tamaño

Gestión de comentarios de capítulos

Escribe una reseña Estado de lectura: C2
No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
  • Calidad de escritura
  • Estabilidad de las actualizaciones
  • Desarrollo de la Historia
  • Diseño de Personajes
  • Antecedentes del mundo

La puntuación total 0.0

¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
Votar con Piedra de Poder
Rank NO.-- Clasificación PS
Stone -- Piedra de Poder
Denunciar contenido inapropiado
sugerencia de error

Reportar abuso

Comentarios de párrafo

Iniciar sesión