Xiao Tianyou menatap Xiao Jun yang berdiri di seberang ruangan, tapi ia menggelengkan kepalanya untuk menandakan bahwa Xiao Tianyou tidak perlu terlalu memperhatikan masalah ini.
Dengan pernyataan Senja, Xiao Jun tahu bahwa masalah ini telah mencapai ke tahap dimana mereka sudah tidak dapat di damaikan lagi, bagi Tetua Dam dan Ye Xiu. Ia lebih seperti akan memimpin banyak pasukan untuk menuju ke perbatasan Xinghe dan Azura.
Xiao Zi akan memberikannya jumlah pasukan yang mungkin ia butuhkan.
Ye Xiu sungguh mengacaukan rencana mereka kali ini. Tatapan mata Xiao Jun berubah semakin tajam. Jika Tetua Dam berhasil untuk menghancurkan Kerajaan Xinghe, itu tidak akan baik untuknya.
***
Senja kembali ke rumah besar Klan Pedang Hitam, tempat besar dan mewah ini adalah mimp buruk untuknya.
Ibu tirinya, Carye, menyambut kedatangan Senja dengan air mata yang mengalir dari matanya ketika ia memeluk Senja, ia hampir menekan gadis itu hingga mati. Luka-luka di tubuh Senja bahkan belum sembuh, dengan pelukan erat seperti yang diberikan oleh Carye, tentu saja itu membuatnya kesakitan. Tapi, Senja tidak mengatakan apapun untuk hal itu.
Kedua anak dari Carye dari pernikahannya yang terdahulu, Hikari dan Rindi juga berada disana, mereka tidak bertindak apapun yang menunjukkan kepura-puraan mereka dan hanya berbicara sedikit kepada Senja. Itu karena Tetua Dam tidak suka jika mereka berdua mendekat sengan Senja.
Sederhananya, karena anak-anaknya tidak memiliki hubungan darah, Tetua Dam tidak menyukai Carye dan juga kedua anaknya.
Senja adalah kebanggaan dan cinta di mata Tetua Dam. Senja adalah satu-satunya cucu yang dianggap oleh Tetua Dam.
'Sambutan hangat' dari keluarganya ini berakhir dengan cepat, dengan Tetua Dam yang mengawalnyanya masuk ke kamar, Senja baru dapat melepaskan ketegangan tubuhnya.
"Kakek, apa kau akan pergi lagi?" Senja tiba-tiba membuka mulutnya ketika hanya ada mereka berdua.
"Kakek memiliki hal penting yang harus dilakukan, Nak."
"Senja tidak penting?" Gadis kecil itu merengek ketika ia membayangkan hari yang harus ia hadapi tanpa keberadaan kakek disisinya. Hari dimana hanya ada Carye dan kedua kakak tirinya, itu membuatnya sangat takut.
"Tentu saja kau sangat berharga." Tetua Dam memeluk Senja dengan lembut dan merasakan air mata Senja yang menetes di jubahnya.
"Jangan menangis. Kau akan baik-baik saja disini. Tidak aka nada yang bisa membawamu pergi lagi dari sini."
Dengan mendengar kata-kata Tetua Dam itu senja menangis lebih keras sehingga membuat pria tua itu merasa panik. "Apa yang terjadi? Apa kau merasakan sakit, dimana?" Tetua Dam mengusap punggung Senja untuk menenangkannya, tapi Senja tetap menangis dengan keras.
"Tidak bisakah kau tetap bersamaku?" Dengan menyedihkan, Senja memohon kepada kakeknya untuk tetap bersamanya, dengan putus asa mencoba untuk memberitahu kakeknya apa yang ia lalui selama ini.
"Maafkan Kakek, Nak." Dengan sangat menyesal, Tetua Dam menjawab.
"Ku mohon, Kakek…" Air mata terus mengalir dari mata Senja seperti hujan yang deras di jubah bagian depan milik Tetua Dam. Hatinya terasa kaku ketika mendengar cucunya memohon padanya untuk tetap tinggal.
Senja berjuang dengan susah payah, apakah harus memeberitahu kakeknya tentang bagaimana mereka semua memperlakukannya selama ini, bagaimana ayahnya sendiri memperlakukannya dan bagaimana ayahnya sendiri hampir menusuknya hingga mati atau tetap diam saja.
Namun, setiap kali ia ingin memberitahu kakeknya tentang semua itu, kata-kata yang ingin ia ucapkan terasa menyangkut di tenggorokannya. Senja tidak bisa mengatakannya, gambaran dari ayahnya yang mencekik lehernya dan kalimat ancaman yang ia ucapkan seakan selalu terdengar di telinganya.
Senja hanyalah seorang anak berusia 9 tahun. Semua hal yang telah dilakukan oleh Wang Yu cukup membuatnya trauma. Senja tidak dapat mengumpulkan keberanian ketika rasa sakit yang ia dapatkan dari Wang Yu masih terasa sakit. Itu dengan otomatis mengingatkannya untuk terus menutup mulut.
Kakeknya juga tidak membuat semua lebih baik. Ia akan meninggalkan Senja. Ketika mereka baru saja kembali, ia akan meninggalkannya sendirian untuk terus diganggu oleh mereka.
Tetua Dam mengira bahwa ia telah memberikan perlindungan yang baik untuk Senja dengan meninggalkannya di dalam wilayah kekuasaannya.
Caranya dalam berpikir benar-benar salah.
Jika ia cukup peka untuk merasakan bahwa ada sesuatu yang salah dengan sikap Senja, mungkin gadis kecil ini akan jujur kepadanya dan memberitahunya cerita yang tidak pernah bisa ia bayangkan.
Jika ia tidak terlalu sombong untuk berpikir bahwa ia telah memberikan yang terbaik untuk Senja dan mencoba untuk melihat lebih dekat, mungkin ia akan menyadari bahwa ada hal yang tidak beres terjadi pada cucunya dan Senja dapat memberitahukan kebenarannya.
Tapi, tidak. Tetua Dam tidak akan melakukan apapun yang semacam itu dan membiarkan Senja berjuang sendirian. Senja tidak memiliki keberanian yang ia butuhkan untuk menceritakan cerita itu. ketakutannya membuat lidahnya terasa beku.
"Kakek, tidak bisakah kau tetap disini?" Senja terus memohon lagi kepada Kakeknya.
"Kakek sangat menyesal karena tidak bisa tinggal, Nak." Satu kali lagi Tetua Dam menolak permohonan cucunya. "Kakek akan segera kembali lagi kesini, oke?"
Di dalam pikirannya hanya ada keinginan untuk menghancurkan Kerajaan Xinghe dan membakar Ye Xiu hingga mati. Ia sudah sangat berani menyentuh cucunya dan bahkan melukai Senja. Peperangan adalah harga yang harus ia bayar.
Tanpa diketahui oleh Tetua Dam, itu adalah permohonan terakhir yang Senja ungkapkan kepadanya.
Gadis kecil itu telah memohon kepada Ye Xiu untuk membawanya bersama, tapi Ye Xiu meninggalkannya dengan ayahnya yang kejam.
Senja sudah memohon kepada ayahnya untuk berhenti menyakitinya, tapi ia tidak mendengarkannya bahkan malah menendangnya lebih keras.
Terakhir kalinya, Senja memohon kepada kakeknya untuk tetap tinggal, tapi ia tetap meninggalkan Senja.
Senja perlahan-lahan berhendi terisak dan mengusap matanya yang penuh air mata, wajahnya menunjukkan ekspresi dingin seperti seorang anak yang tidak memiliki harapan dan berkata, "Oke."
***
Kakeknya langsung pergi setelah ia menenangkan Senja di dalam ruangan. Ia pergi ketika Senja berhenti menangis, tapi, hal yang tidak ia ketahui, itu adalah terakhir kalinya Senja akan menangis padanya.
Wang Yu menetap satu hari sebelum ia harus pergi menuju lapangan tentara, jadi itu adalah masalah waktu sebelum ia datang dan menyakiti Senja lagi.
Gadis kecil itu duduk di pinggir tempat tidurnya dengan kepala yang tertunduk seperti seseorang yang sedang menunggu keputusan terakhir dari seorang hakim.