Betapa senang tak terkira ketika mendapat sms dari Aisyah hingga aku tak menyadari batu gunung segede gaban menghadang ku didepan hingga "BRUUKKK...BUGH...ARRRGGHH...!!" diriku jatuh terjerembab hampir masuk parit sedalam 2 meter untung selamat enggak sampai nyemplung bathin ku,meskpun pantat ku sangat sakit akibat terhentak ke aspal.
Aku mencoba bangun lalu mengucap istighfar beberapa kali, mungkin ini adalah dosa zina hati yang sudah mulai merasuki ku hingga membuat ku jadi lupa diri,
Sesampainya dirumah Ibu langsung mempertanyakan ku tentang gimana rasanya untuk pertama kalinya menjadi Imam di masjid.
"gimana Nak rasanya jadi Imam di masjid?" tanya beliau
"Alhamdulillah lancar Buk, meskipun rada gugup sedikit sih" jawab ku
"syukur deh kalau gitu, terus tanggepan Om Rahman gimana?"
"kata beliau malah aku disuruh gantikan dia jadi Imam di masjid"
"kamu ambil enggak tawaran itu?" ujar Ibu berantusias mendengarkan ku
"enggak Buk, malu aku masih banyak kok pemuda disana yang mumpuni"
"aduh Le tole kamu ini ditawari yang bagus malah ditolak,kenapa enggak di ambil aja sih"
"yah Ibu ini udah dibilang aku malu juga tetep maksa"
"ya uwes kalau enggak mau terserah kamu aja" ujar beliau kemudian berlalu dari hadapan ku
*************************************
Seminggu setelahnya datang lah Om Rahman dan istrinya kerumah ku lagi, entah apa yang akan beliau bicarakan kembali kepada Ayah karna saat itu diriku hanya duduk santai dimuka rumah sambil mendengarkan ceramah tiap sore dari radio.
"Be...Abe..." panggil Ayah dari dalam rumah
"iyah Yah" sahut ku lalu berjalan kearah pintu masuk rumah
"duduk sini gih, Om Rahman mau ngomong sesuatu sama kamu" pinta Ayah
Aku lalu berjalan melewati Om Rahman dan Istrinya sembari melemparkan senyum kearah mereka, lalu diriku duduk di sebelah Ayah ku duduk.
"ada apa yah Om?" tanyaku
"hmmm... Nak Abe kalau siang kegiatannya apa?"
"dirumah Om, karna kerjaan ku cuman di waktu sore aja yaitu mencari rumput serta daun nangka buat pakan ternak"
"wah kebetulan tuh, kalau Nak Abe enggak keberatan Om minta tolong bisa enggak?"
"minta tolong apa Om?" tanya ku
"tiap pagi kamu nganter Aisyah ke kampus terus pulangnya kamu jemput lagi gimana?"
Aduh permintaan beliau begitu berat aku rasakan,disatu sisi sebenernya aku senang tapi ketika dihadapkan dengan Aisyah yang ada ini hati enggak bakal bisa dijaga,
"udah ambil aja tawaran dari Om Rahman Nak,kamu digaji kok tenang aja" pinta Ayah
"loh bener om mau gaji saya?" ucap ku terkejut
"iyah istilahnya uang terima kasih karna sudah mau bantu Om, jujur Om sangat berterima kasih apabila Nak Abe mau bantu soalnya akhir akhir ini kerjaan om banyak dan Aisyah enggak ada yang nganter, dari pada nyari karyawan mending kamu aja yang Om minta tolong"
"tapi om kalau saya ngantar Aisyah bukannya bakal terjadi khalwat nantinya?"
"makanya dari itu Om percaya kalau sopirnya itu kamu Be, dan om yakin kamu bisa menjaga kepercayaan Om"
Aku lalu melihat kearah Ibu dan Ayah mereka mengangguk dan seperti menyerahkan keputusan ada di tangan ku,dengan berat hati akhirnya aku pun menyetujui permintaan Om Rahman untuk mengantar jemput Aisyah walaupun resiko yang bakal aku tanggung nanti lebih besar, yah semoga Allah menguatkan ku dari sesuatu hal yang membuat iman ku terjerumus dalam fitnah wanita.
Keesokan hari nya setelah sholat subuh aku berangkat menggunakan sepeda ku menuju kerumah Om Rahman untuk mengantarkan Aisyah kekampusnya, dengan niat awal yaitu berperan sebagai sopir bukan lebih aku mengucap bismillah semoga Allah menjaga hati ku dari fitnah syaithon dari godaan wanita.
Sesampainya didepan rumah Om Rahman aku lalu memarkirkan sepeda ku di garasi rumahnya lalu menuju kearah mobil untuk menunggu Aisyah keluar dari rumah.
Enggak lama keluarlah wanita berpakaian serba hitam serta bercadar dari rumahnya lalu datang menghampiri ku seraya berucap.
"ini mas kuncinya" ujar Aisyah yang tanpa menatap ku
Aku lalu mengambilnya dan langsung berjalan kearah mobil av*nza milik Om Rahman untuk memanasi mesinnya,setelah 10 menit lebih aku memanaskan mesin mobil aku lalu berjalan menuju Aisyah yang duduk di sofa muka rumahnya sembari berucap sambil menunduk.
"maaf Mbak mobilnya sudah siap" ujar ku
Lalu Aisyah berjalan melewatiku tanpa menjawab apa apa lalu masuk ke mobil, hanya sisa sisa harum wangi parfumnya yang tertinggal di indra penciuman ku.
Saat di perjalanan aku bertanya lagi alamat kampusnya
"maaf Mbak kalau alamat kampusnya dimana yah"
"dijalan angrek dekat dengan jalan kejaksaan disana kan ada kampus PGSD"
"oh iyah saya tahu" ujar ku lalu melajukan mobil kearah tujuan
Setelah sampai lalu Aisyah turun sembari berucap "makasih Mas,oia entar siang ana minta tolong kalau antum enggak keberatan"
"minta tolong apa yah?" tanya ku
"setelah menjemput ana tolong antarkan ana ke taman bunga yang dekat dengan kampus yah, syukron assalamualaikum" ujarnya yang main ninggalin diriku tanpa menunggu jawaban aku bisa atau enggak
"wa'alaikumsalam" sahut ku sembari menghembuskan nafas berat ternyata semua cewek sama enggak yang bercadar enggak yang berjilbab biasa kadang suka semaunya
Siang setelah sholat dzuhur di masjid muka rumah Aisyah aku kembali masuk kemobil untuk menjemput Aisyah kekampusnya, setelah sampai kampus aku lalu menunggunya didepan gerbang kampus sembari santai mendengarkan ceramah dari radio mobil.
Enggak lama datang lah Aisyah mendekat kearah ku lalu masuk di mobil jok bagian belakang "yuk jalan Mas" pintanya
Setelah beberapa menit dari kampus Aisyah sampailah kami di kebun bunga milik pemerintah yang di adakan khusus untuk para pengunjung tanpa di pungut biaya sepeserpun.
"mas stop mas..parkir Disini aja" pintanya
Aku lalu menyetop mobil ku dan enggak lama Aisyah turun dari mobil kemudian dirinya mulai mengambil sebuah kamera dalam tasnya dab berjalan kearah kebun bunga, sedangkan diriku keluar mobil karna suntuk didalam lalu berjalan dan duduk di kursi sembari menikmati pemandangan kebun bunga yang ada di hadapan ku.
Aku perhatikan dengan seksama Aisyah dengan antusiasnya memoto bunga mawar merah yang ada didepan nya,karna merasa di awasi akhirnya Aisyah melirik kearah ku, karna malu diriku ketahuan memperhatikannya lalu dengan sigap ku alihkan pandangan ku kearah jalan raya.
"Mas tadi liatin ana terus yah"
"enggak kok ih pede" ujar ku yang masih memandang kearah jalan tanpa melihatnya
"lebih baik mata Mas itu ditusuk dengan duri dari pada melihat yang di haram kan Allah" ujar nya seraya berlalu melanjutkan aktifitasnya memfoto bunga
Sambil mengelus dada aku bergumam "baru juga sehari ujian nya berat banget ngadepin wanita yang begitu taat dengan perintah Allah dan RasulNya namun diriku senang karna dengan begitu fitnah yang aku kira bakal menimpaku saat bersama Aisyah akhirnya enggak bakal terjadi.