Mengapa?
Darah sudah mengalir deras dari seluruh lubang di tubuh Medora, kedua tangannya telah dihujam pasak yang menembus sampai tanah, semua jarinya sudah menekuk ke arah yang salah, dan juga luka berbagai macam bentuk sudah menghiasi tubuhnya. Namun, mengapa dirinya tetap bertahan? Padahal, sakit di sekujur tubuhnya itu begitu tak terkira rasanya. Dia lebih memilih mati saja. Sayangnya, untuk memohon dibunuh saja dia sudah tak sanggup. Mulutnya sudah tak bisa bicara.
Entah. Medora tak mengerti. Dia seharusnya bisa kabur sedari tadi, meninggalkan Gilang begitu saja. Akan tetapi, dia tidak bisa membayangkan kalau tuannya itu disiksa, apalagi mati. Anak itu sebenarnya manis. Padahal sudah dijahati olehnya, tetapi Gilang tetap mau menangisinya saat dirinya diserang Lyra dan Los.
Seperti biasa, cek komen