Descargar la aplicación
16% IMPIAN EMAK UNTUK IFA / Chapter 12: KECEWA

Capítulo 12: KECEWA

Selesai shalat ashar, Ifa menuju dapur dan mulai memasak makan malam spesial untuk Rizky. Ia tidak tahu bagaimana sidang skripsi suaminya. Menjelang maghrib Ifa menghentikan kegiatan memasaknya. Masih ada satu menu lagi yang akan ia buat.

Sambil menunggu adzan maghrib, Ifa memeriksa ponselnya. Tetap belum ada kabar dari Rizky. Ah, daripada bete mendingan wa-an sama anak-anak GCK.

Ifa : Girls... besok pulang kuliah kalian ke rumah gue ya.

Cilla jomblo cantik : Mau disuguhin apaan kita disuruh kesana

Meta fans opak : Ipah, lo lagi dimana?

Ifa : Di rumahlah. Sudah mau maghrib gini ngapain gue keluyuran. Elo dimana Met?

Lama tak ada jawaban dari Meta. Tiba-tiba masuk sebuah foto ke wa grup

Meta fans opak : Pah, ini mobilnya Iky kan?

Ifa : Iya Met. Elo lagi di mall? Sama siapa?

Meta fans opak : Gue habis nonton sama Guntur.

Alana gadis lugu : Pah, tadi siang gue liat laki lo di cafe Pelangi. Itu cafe dekat kampus Rizky

Ifa : Oh ya? Jam berapa Al?

Alana gadis lugu : Kira-kira jam setengah 3an.

Ifa terdiam membaca pesan-pesan tersebut. Jadi dia nggak ke kantor? Lalu kenapa sampai sekarang dia belum pulang. Apakah dia marah sama gue karena tadi siang nggak datang ke kampusnya? Tapi tadi kan gue datang. Ifa sibuk berdebat dengan pikirannya.

Ifa : Guys, kalian datang sekarang aja gimana? Gue masak banyak nih. Gue tunggu ya

⭐⭐⭐

Jam menunjukkan pukul 20.00 saat Rizky sampai di rumah. Setelah memarkirkan mobilnya di rumah bunda, Rizky masuk ke rumahnya dan menemui kedua orang tuanya untuk mengabarkan berita gembira.

"Assalaamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalaam," jawab ayah dan bunda.

"Tumben kamu jam segini main kesini Ky. Eh, bunga buat siapa itu Ky? Buat bunda atau buat istrimu?" Tanya bunda penasaran.

"Ini punya Iky, bun. Tadi ada teman yang kasih. Hari ini Iky sidang skripsi. Alhamdulillah berkat doa ayah bunda, aku bisa menyelesaikan kuliah tepat waktu."

"Kamu sudah lulus Ky? Alhamdulillah." Bunda langsung memeluk Rizky, sementara ayah menepuk-nepuk bahu Rizky dengan bangga.

"Eh, tunggu dulu. Tadi kamu bilang ada teman yang kasih kamu bunga. Nggak mungkin teman cowok yang kasih."

"Tadi Nena datang nungguin aku sidang, bun."

"Nena? Kenapa dia? Kenapa bukan istrimu?" Tanya Ayah bingung. "Terus kenapa kamu mau terima bunga dari wanita lain? Kalau Ifa cemburu dan marah gimana? Kamu siap diomelin sama ibu mertuamu?"

"Tadi pagi Ifa harus antar pesanan kue, Yah. Jadi dia nggak bisa nungguin aku sidang." Jawab Rizky. Lagipula dia nggak akan cemburu, dia nggak ada perasaan apa-apa ke aku, batin Rizky.

"Biar Ifa nggak marah, bunganya kamu tinggal disini aja." Baru selesai bunda Ulfa bicara, tiba-tiba....

"Assalaamu'alaikum. Bun, ini Ifa bawa devil cake."

Bunda Ulfa buru-buru mengambil bunga yang dipegang Rizky. "Terima kasih ya Ky bunganya... Waaah, kue buatan kamu pasti enak banget. Terima kasih ya sayang. Dalam rangka apa kamu bikin kue, sayang?"

"Tadinya mau kasih buat seseorang, tapi batal bun." Ifa menjawab dengan nada tajam dengan tetap memasang senyum manis. Matanya melirik tajam Rizky.

Bunda Ulfa menyadari tatapan Ifa. "Fa, kamu sudah dengar belum kalau suami kamu sidang skripsinya sukses. Terima kasih ya kamu sudah menemani dia saat mengerjakan skripsinya."

"Oh ya, Rizky sudah lulus? Selamat ya. Ifa nggak banyak bantu kok bun." Elak Ifa. "Ifa pulang dulu ya. Ayah, kalau kuenya kurang bilang ya. Besok Ifa buatin lagi khusus buat ayah dan bunda."

"Lho, kamu baru tau Fa? Ky, kamu gimana sih. Masa istrinya nggak dikasih tau kabar gembira." Omel ayah.

"Nggak papa, Yah. Mungkin Rizky terlalu gembira dan sibuk merayakan sama teman-temannya." Sindir Ifa. "Ifa pulang dulu ya."

Sepeninggal Ifa, bunda Ulfa langsung menjewer telinga Rizky.

"Alamat tidur disini kamu malam ini Ky. Kok ya bisa lupa mengabarkan ke istrimu. Kamu anggap apa si Ifa. Bunda tahu, dibalik gayanya yang tengil itu dia selalu perhatian sama kamu. Dia nggak pernah lupa menyiapkan cemilan buat kamu, dia selalu mengurus keperluanmu."

"Sabar ya nak." Ayah menepuk pundak Rizky prihatin. "Kamu masih harus banyak belajar mengerti isi hati wanita. Apalagi wanita spesial seperti Ifa."

"Kalau sampai Ifa marah dan sedih akibat ulah kamu, bunda juga ikutan marah sama kamu."

"Kok gitu bun? Kan aku anak bunda."

⭐⭐⭐

"Guys, kalian malam ini nginap disini ya?" Pinta Ifa

"Wah, kagak enaklah sama babang Chico. Kalau kita nginap disini, dia tidur dimana?" Tanya Onit.

"Elo marah sama dia?" Tanya Alana.

"Menurut lo?"

"Nggak salah dia juga kan, Pah. Elo dari awal nggak bilang kan kalau mau datang."

"Ya tapi kenapa dia malah keluyuran kemana-mana, bukannya langsung pulang. Terus ngapain juga dia pake ke cafe berdua cewek. Padahal dia kan sudah punya istri."

Anak-anak GCK memilih untuk diam. Mereka tahu kalau Ifa sedang kesal lebih baik didiamkan dulu. Biarkan dia mengeluarkan semua uneg-unegnya sampai capek.

"Selalu ada hikmah dibalik semua masalah." Ujar Meta sok bijak. "Layaknya ada udang di balik bakwan."

"Hikmah apaan Met?" Onit balik bertanya.

"Hikmahnya kita-kita jadi kenyang🤭. Kalau bukan gara-gara saudara gue yang bikin ulah, belum tentu kita makan enak kayak sekarang."

"Benar juga. Tumben otak lo dipake Met."

Tak lama Rizky datang. "Assalaamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalaam," jawab yang lain.

"Weits.. selamat ya Ky, akhirnya jadi sarjana juga lo." Meta langsung memberi selamat kepada saudaranya. "Emang kagak malu-maluin deh punya saudara kayak elo."

"Selamat ya Ky." Ujar Onit dan Alana berbarengan.

"Selamat ya babang chico. Jangan lupa ajak Cilla makan-makan ya. Kalau ajak Cilla, Ifa pasti nggak bakal marah."

"Cil, ember banget sih lo." Anak-anak GCK serentak melotot kepada Cilla. Onit malah lebih sadis lagi. Dia melempar bantal ke kepala Cilla.

"Oniiiit... sakit tauuuu. Nanti kalau keseringan dilempar bantal, terus gue amnesia dan gue lupa sama bang Athar gimana? Elo mau tanggung jawab kalau gue gagal dihalalin sama bang Athar?"

Rizky hanya tersenyum melihat ulah para sahabat istrinya. Di dekatinya Ifa yang sedari tadi hanya diam saja. Ditariknya Ifa menuju kamar.

"Ikiiiiiiy.... jangan sekarang merawanin Ipah. Lo nggak kasian sama kita-kita? Apalagi si Cilla yang kejombloannya semakin parah." Jerit Meta.

"Apaan sih lo pake tarik-tarik tangan gue?" Tanya Ifa kesal. "Tangan gue sakit nih."

Rizky menutup dan mengunci pintu kamar. Ditatapnya Ifa. "Elo marah?"

"Kenapa gue harus marah?"

"Elo nggak marah karena gue nggak ngabarin tentang sidang gue?"

"Gue nggak punya hak untuk marah."

"Elo punya hak untuk itu Pah. Elo istri gue."

"Elo bicara tentang hak gue sebagai istri? Gue nggak berhak menuntut hak gue karena gue sendiri nggak memenuhi kewajiban gue sebagai istri."

"Maaf ya." Rizky mendekati Ifa dan memegang tangannya.

"Kenapa minta maaf? Elo salah apa?"

Rizky bingung harus bilang apa. Karena nggak mungkin kan dia ngomong ke istrinya kalau hari ini dia jalan dengan Nena. Tapi kalau dia sampai tau dari orang lain bakal lebih gawat. Rizky belum tau bahwa sebenarnya Ifa sudah mendapat info apa yang menyebabkan suaminya tidak langsung pulang.

"Pah, boleh gue ngomong jujur sama elo." Tanya Rizky hati-hati. "Tadi siang gue jalan sama Nena. Dia datang dan menunggui sampai sidang selesai. Gue nggak mungkin nyuekin dia kan. Karena dia sudah merelakan waktunya buat gue. Maaf gue melakukan itu karena gue marah sama elo. Seharusnya elo yang nemenin gue, tapi elo lebih mementingkan bisnis lo daripada gue."

Ifa merasa ada yang sakit di dadanya. Rasa apa ini? Apakah gue cemburu? Nggak, nggak mungkin gue cemburu. Ini pasti rasa kesal dan marah saja. Gue nggak boleh cemburu. Rizky nggak pernah cinta sama gue, jadi dia berhak jalan sama siapa saja. Tapi status dia kan sudah jadi suami. Kenapa rasanya gue pengen nangis saat dia sudah jujur sama gue. Ifa sibuk dengan pikirannya sehingga tidak menyadari Rizky telah memeluknya dari belakang.

"Maafin gue ya Pah. Please jangan diam aja kayak gini. Cukup kulkas aja yang dingin. Elo jangan."

⭐⭐⭐


Load failed, please RETRY

Estado de energía semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Piedra de Poder

Desbloqueo caps por lotes

Tabla de contenidos

Opciones de visualización

Fondo

Fuente

Tamaño

Gestión de comentarios de capítulos

Escribe una reseña Estado de lectura: C12
No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
  • Calidad de escritura
  • Estabilidad de las actualizaciones
  • Desarrollo de la Historia
  • Diseño de Personajes
  • Antecedentes del mundo

La puntuación total 0.0

¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
Votar con Piedra de Poder
Rank NO.-- Clasificación PS
Stone -- Piedra de Poder
Denunciar contenido inapropiado
sugerencia de error

Reportar abuso

Comentarios de párrafo

Iniciar sesión