Descargar la aplicación
7.66% LOVELIST / Chapter 22: Bab 22 : Dua puluh dua

Capítulo 22: Bab 22 : Dua puluh dua

Di lain tempat, Ana yang merasa bosan dengan kegiatannya di rumahnya. Ia memikirkan sesuatu untuk menghibur dirinya sendiri.

"Huft .. bosan sekali. Semua pekerjaan rumah sudah selesai aku bereskan. Lalu apa yang bisa aku lakukan lagi," ucap Ana sambil membuang nafas bosan.

Ana yang sedang melamun di ruang tamunya. Ia seketika menemukan ide cemerlang untuk mengisi kebosanannya.

"Aha.. mending aku keluar jalan-jalan, refreshing. Udah lama aku gak pernah jalan-jalan," ucap Ana sendiri dengan gembira.

"Sekarang mending aku siap-siap dan setelah siap let's go berangkat." lanjut Ana sambil berdiri dari duduknya.

Lalu Ana melangkahkan kakinya menuju kearah kamar untuk segera bersiap.

Tidak butuh waktu lama hanya sekitar lima belas menit Ana sudah siap untuk berangkat refreshing. Ia hanya memakai kemeja kotak-kotak. Di padukan dengan celana jeans dan sepatu kets biasa.

"Baiklah Ana, mari kita berangkat jalan-jalan!" ucap Ana dengan semangat sambil merentang kan kedua tangannya.

Tidak lupa Ana mengunci rumahnya terlebih dahulu. Setelah itu ia menaiki motor matic nya dan menjalankannya.

"Emm... jalan-jalan kemana ya?" ucap Ana bingung ingin menuju kearah mana.

"Ah, Iya. Ke taman bermain saja. Ya, ini adalah ide bagus Ana. baiklah mari kita menuju ke taman bermain," lanjut Ana menjawab pertanyaannya sendiri.

Setelah itu, Ana kembali menyetir motornya dengan agak kencang menuju ke arah taman bermain.

Dua puluh menit kemudian, Ana telah sampai di taman bermain yang ia tuju. Gadis cantik itu kemudian segera memarkirkan motornya di tempat parkir motor yang tersedia.

Setelah itu, Ana menuju kearah tempat pembelian tiket. Agar ia bisa masuk kedalam wahana taman bermain.

"Selamat datang di taman bermain kami," salam penjual tiket seorang perempuan.

"Terima kasih mbak," balas Ana dengan senyum ramah.

"Permisi mbak, Berapa saja harga tiket untuk wahananya?" Lanjut tanya Ana kepada penjual tiket wahana tersebut.

"Disini ada dua jenis tiket mbak. Yang pertama, tiket platinum. Tiket ini hanya permainan tertentu saja yang bisa di naiki dan tarifnya 60.000," jelas penjual tiket.

"Sedangkan tiket yang kedua, golden tiket. Tiket ini bisa menaiki semua wahana yang ada di dalamnya dan dapat bonus makan dan minum. Tarif harga tiket golden 120.000," lanjut jelas penjual tiket.

"Aku harus pilih yang mana ya? jika aku pilih yang pertama pasti akan bosan karna permainannya itu-itu saja. Jika aku pilih yang kedua itu sangat pemborosan," batin Ana bingung disertai dengan wajah kalutnya.

Setelah beberapa menit Ana berfikir. Akhirnya ia sepakat untuk mengambil golden tiket.

"Baiklah mbak saya ambil golden tiket satu saja ya mbak," jawab Ana dengan pasti setelah berpikir dengan beberapa menit.

Lalu Ana mengambil uang dari dalam tasnya yang berukuran sedang. Lepas itu ia mengeluarkan dompetnya dan mengambil lembaran uang berwarna merah dan hijau.

"Siap mbak. Mohon tunggu sebentar ya mbak," ucap penjual tiket sambil menerima uang Ana.

Beberapa menit kemudian penjual tiket memberikan makanan yang sudah di kemas dan minuman kepada Ana. Setelah itu penjual tiket memberikan golden tiket kepada Ana.

Terima kasih mbak." ucap Ana sambil menerima tiket dan bonus yang ia dapat.

Lalu Ana melangkahkan kakinya menuju kearah pintu masuk wahana.

"Tidak papa Ana. Sekali ini saja kamu pakai uang untuk boros," ucap Ana sambil melangkahkan kakinya masuk kedalam wahana.

"Mari semangat menghilangkan rasa bosan Ana." teriak Ana dengan gembira di depan gerbang taman bermain.

Ana melangkahkan kakinya masuk dengan semangat ke taman bermain diiringi dengan senyum gembiranya. Lalu ia mencari tempat duduk untuk memakan makanan yang ia dapat dari wahana yang di kunjunginya.

"Sebelum bermain, mari isi tenaga terlebih dahulu." ucap Ana sambil membuka makanan dan minuman.

Lima belas menit kemudian Ana telah menyelesaikan acara makannya. Lalu ia bersiap untuk menikmati wahana yang ada di taman bermain tersebut.

*

*

***

Selama 1 jam lebih Ana mengelilingi taman bermain. Ia menjelajahi semua

permainan yang menurut ia seru.

Ana belum pernah masuk dengan salah satu wahana yang ada di tempat bermain tersebut. Salah satunya adalah rumah hantu.

Ya Ana takut dengan yang namanya kegelapan bukan takut dengan hantu. Karna Ana fobia dengan kegelapan.

"Huft.. capek juga ya ternyata," ucap Ana lelah sambil duduk di salah satu bangku.

"Kalau saja ada Keren disini selalu asik kalau jalan berdua." lanjut ucap Ana dengan lamunannya.

Ana yang sibuk dengan lamunannya. Ia tidak sadar kalau ada yang memanggilnya beberapa kali.

"Kak Ana!" teriak suara seseorang dari arah berlawanan memanggil Ana.

Lalu Ana sadar dari lamunannya. Dan ia mencari sumber suara yang memanggilnya tersebut.

Ana terkejut dengan orang yang memanggilnya. Orang tersebut adalah Ara bersama dengan Alex.

"Wah kebetulan kita bertemu di sini kak Ana," ucap gembira Ara sambil berjalan menuju kearah Ana.

"Mari kak kita main bersama," ajak Ara sambil memegang lengan salah satu Ana.

"T-tapi aku sudah selesai. Barusan saja aku ingin bersiap untuk pulang," jawab Ana di awal dengan gugup.

Alex yang sedari tadi berdiri di samping Ara. Ia hanya bisa melihat Ana dengan tatapan mata yang intens.

"Ya sudah kalau begitu aku dan kak Alex gak jadi bermain deh. Ya kan kak?" Sahut Ara yang meminta jawaban dari kakaknya.

"Eh.. i-iya." jawab Alex linglung.

"Tapi kan rugi besar kalian. Karna yang kalian beli adalah golden tiket. Harga tiketnya pun mahal," tutur Ana kepada Ara.

"Hahaha... Hei kak Ana! apa kau lupa kak? kalau kekasihmu ini crazy rich. Uang segitu bagi dia hanya kecil," jelas Ara di iringi dengan tawa renyah.

"Ternyata kak Ana tidak tau ya kalau kekasihmu ini crazy rich," lanjut Ara sambil melepaskan tangannya dari lengan Ana.

Sedangkan Alex hanya mengangkat salah satu alisnya. Ia merasa heran dengan Ana yang tidak tau siapa dia sebenarnya.

"Baiklah mari keluar dari sini dan menuju kearah restoran," ucap Ara sambil menarik lengan Alex dan Ana menuju kearah mobil.

Saat Ana ingin masuk kedalam mobil, Ana memberhentikan langkahnya tepat di samping mobil Alex.

"Tunggu! bagaimana dengan montor ku?" Tanya Ana dengan bingung sambil menunjuk dirinya sendiri.

"Biarkan anak buah kak Alex yang membawanya dan sekalian di antar ke rumah kak Ana," jelas Ara.

"Ya kan kak Lex?" Sahut Ara meminta jawaban Kakaknya.

"Hem..." jawab Alex dengan wajah datar dan dingin.

Alex hanya bisa menuruti apa yang inginkan oleh adiknya itu.

"Berikan kunci motor mu," ucap Alex kepada Ana sambil mengadakan salah satu tangannya ke depan Ana.

Ana yang sebenarnya tidak ingin ikut serta dengan Ara dan Alex. Ia hanya pasrah memberikan kunci motornya dengan berwajah lesu.

Setelah memberikan kunci motornya kepada Alex. Ana melihat Alex merogoh kantong celana panjangnya dan mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi seseorang.

"Kita tunggu sebentar di sini," ucap Alex kepada Ara dan Ana sambil menunjuk salah satu bangku di dekatnya.

Ara dan Ana yang mendengar ucapan Alex. Mereka hanya bisa menganggukkan kepala pelan dan mengikuti langkah Alex.


Load failed, please RETRY

Regalos

Regalo -- Regalo recibido

    Estado de energía semanal

    Rank -- Ranking de Poder
    Stone -- Piedra de Poder

    Desbloqueo caps por lotes

    Tabla de contenidos

    Opciones de visualización

    Fondo

    Fuente

    Tamaño

    Gestión de comentarios de capítulos

    Escribe una reseña Estado de lectura: C22
    No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
    • Calidad de escritura
    • Estabilidad de las actualizaciones
    • Desarrollo de la Historia
    • Diseño de Personajes
    • Antecedentes del mundo

    La puntuación total 0.0

    ¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
    Votar con Piedra de Poder
    Rank NO.-- Clasificación PS
    Stone -- Piedra de Poder
    Denunciar contenido inapropiado
    sugerencia de error

    Reportar abuso

    Comentarios de párrafo

    Iniciar sesión