Descargar la aplicación
51.96% Perjalanan Cinta KIRA / Chapter 53: Minta Maaf

Capítulo 53: Minta Maaf

Desi mengangguk

"Kak Farid..."

Farid segera berdiri, keluar dari ruangannya, dan tak memperdulikan panggilan Desi tadi. Dia keluar segera mengejar Kira.

"Kira!" Farid memanggil Kira yang sudah setengah jalan di tangga menuju ke lantai dua.

"Apa apa?" Kira menengok, tapi tak mendekat. Masih berhenti di tangga yang sama.

Farid turun mendekat ke Kira.

"Jam lima, datanglah ke lab. Kamu harus bereskan dan siapkan bahan untuk praktikum besok!"

"Hah? Apa orang ini serius? Bukan tadi pagi dia mengusirku dari lab?" hati Kira masih belum yakin.

"Kau dengar tadi kata-kataku?" Farid menegaskan.

"Hmmm.. Iya, apa kali ini serius?" Kira mencoba mengklarifikasi.

Farid mengangguk.

"Aku minta maaf, aku salah paham denganmu dari tadi pagi. Aku sudah menuduhmu macam-macam. Maaf. Fuuuuuh." Farid menghela napas. Ada rasa lega di hati Farid setelah meminta maaf atas kesalahannya. Dia berharap bisa normal lagi dengan Kira, berteman normal, dan perasaannya hilang dengan sendirinya nanti. Karena kebencian, membuatnya kehilangan profesionalisme.

"Ah, terima kasih untuk kesempatan keduanya! Aku akan datang nanti jam lima. Sekarang, aku masuk kelas dulu, energetika."

"Hmmm.. Silahkan. Aku naik dulu!"

Farid meninggalkan Kira, kembali menaiki tangga menuju ke lab.

"Alhamdulillah.. Aku masih bisa kerja di lab!" Kira sangat bersyukur. Perkataan Farid tadi, satu-satunya kebahagiaan yang didapatnya pada hari ini.

Kira kembali menyusuri anak tangga, turun ke lantai dua untuk ke ruang kelas, melanjutkan kuliah energetika. Kuliah terakhirnya hari ini.

"Hmm.. Andaikan Tuan Muda bisa bersikap semanis kakak alumni Nyonya Muda, aku yakin Nyonya dan Tuan Muda akan menjadi pasangan yang sangat berbahagia." Sari bergumam sendiri, menyayangkan sikap Tuan Mudanya yang justru memilih menunggu Kira menghubunginya daripada menghubungi lebih dulu.

"Ra, mau apa lagi tu alumni ganteng ama lo?" Rini berbisik ke telinga Kira.

"Mau tauuuu aja lo! Hihi.." Kira tak menjawab Rini, memilih terus masuk ke kelas dan mencsri kursi.

"Kira!"

Kira menengok ke suara yang memanggilnya.

"Kenapa, Gus?" Tanya Kira melihat Agus datang mendekat dari kursinya.

"Nih, catetan kuliah dua hari. Kamu bisa salin, besok bisa balikin ke Aku!" Agus memberikan buku catatan ke Kira.

"Hah, beneran? Makasiiiiih ya!" Kira langsung mengambil bukunya

"Hihihi.. Catetan Agus rapih banget kan.. Alhamdulillah.. Seneng.. Seneng... Akhirnyaaa.. Ada juga kebahagiaan hari ini!" Hati Kira sangat bahagia, setelah mendapatkan kejutan dua kali.

"Hmm... Sama-sama Ra!" Agus tersenyum. Dan kembali ke tempat duduknya dan Kira juga melangkah ke tempat duduknya.

"Ra, lo.. Ama Agus.. Temenan doang atau emang dia naksir lo juga?" Tanya Rini berbisik di telinga Kira saat mereka sudah duduk dikursinya masing-masing.

"Husssshhh.. Jangan negatif! Gue cuman temenan, ga lebih!"

"Dari kapan?"

"Dari tingkat satu kuliah lah! Kita kan sekelas!" Jawab Kira asal.

Rini tak lagi bertanya pada Kira, karena dosen sudah memasuki ruang kelas. Mereka semua fokus kepada pelajaran terakhir. Kira tak ada masalah dengan pelajaran ini. Dua jam pelajaran, telah berlalu. Kelas bubar setelah dosen meninggalkan ruangan kelas, dan Kira keluar, kembali lagi ke lantai tiga untuk menyelesaikan tugasnya di laboratorim.

Klek

Kira membuka loker, dan mengambil baju labnya. Menutup lokernya lagi, dan langsung mengetuk pintu ruangan praktikum.

TOK TOK TOK

"masuk!" Suara dari dalam, menyuruh Kira untuk langsung masuk.

Klek

Kira membuka pintu.

"Kamu udah dateng? Tolong cuci dulu semua peralatan praktikum yang kotor itu, terus buat larutan HCl satu mol, nol koma satu mol, dan nol koma nol satu mol, masing-masing seribu mililiter. Ngerti?"

Kira mengangguk "Iya, mengerti dan paham!"

"Ok, kerjain!"

Klek

Farid kembali menutup pintu ruangannya, walau masih terdengar dia sedang berbicara denganbahasa jepang dan Kira sempat mengintip Farid terlihat sibuk dengan laptopnya.

Kira tak banyak bertanya, langsung memakai sarung tangan, mencuci perlengkapan praktikum yang tadi ditugaskan padanya untuk di cuci

"Nyonya Muda, apa perlu saya bantu?" Sari mendekat.

"Ga usah!" Kira menggeleng dan menatap Sari. "Aku lagi kerja disini, lagian, kalau ada salah prosedur bahaya buat kamu, hehe!" Kira melarang Sari untuk membantu

"Hmmm.. Baiklah Nyonya Muda." Sari merasa serba salah karena tak bisa membantu.

"Kamu ga usah khawatir, kamu bisa duduk aja, biar aku ga gerogi, terus bisa selesein ini semua, kita bisa cepet pulang!" Kira melirik Sari lagi. Kira memang kurang nyaman kalau lagi kerja diperhatikan.

"Baik, Nyonya Muda." Sari mundur dan kembali duduk, tak ingin mengganggu Kira.

"Hmm.. Tuan Muda sudah sangat kaya, kenapa Nyonya Muda memilih bekerja dibanding meminta saja pada Tuan Muda? Hufff... Pasangan yang aneh!" Sari hanya membatin melihat tingkah Kira yang memilih jadi tukang cuci piring di lab untuk mengasilkan uang.

Selesai mencuci piring, Kira menyiapkan air suling dan HCl murni dengan konsentrasi tiga puluh tujuh persen, menghitung molaritas, dan menghitung volume asam klorida yang dibutuhkan untuk membuat tiga larutan asam klorida tadi.

Kira menyiapkan tiga labu takar ukuran satu liter, lalu mulai meracik larutanya. sebelum tiga pulih menit. Semua sudah selesai.

Kira memasukkan ke dalam botol penyimpanan, memberi label nama bahan, kadar, dan tanggal pembuatan pada ketiga botol. Lalu mengembalikan air destilasi atau air suling dan asam klorida murni ke tempatnya.

Klek

"Kau sudah selesai?" tanya yang melihat Kira sedang mencuci labu takar dan alat lainnya yang tadi Kira gunakan..

"Hmm.. Sudah!" Kira mengangguk.

"Fuuuuuh.. Good!" Farid duduk di kursi dan menyenderkan kepalanya di tembok.

"Sudah selesai kirim laporannya?" tanya Kira melihat Farid seperti baru saja terbebas dari kerjaan besar.

"Hmm.. Sudah! Harusnya di kirim dari tadi siang, terlalu banyak gangguan!" Farid memijat kepalanya dengan tangannya.

"Hah, jelas banyak gangguan, kau bekerja dengan wanita penggoda! Hahah" Kira menertawai Farid dalam batinnya.

"Aku sudah selesai, ada lagi yang harus aku kerjakan?" tanya Kira, sambil membuka sarung tangannya.

"Sudah, lanjut besok aja! Kau boleh pulang, besok pagi aja buat larutan asam sulfatnya." Farid bicara masih memejamkan mata dan menempelkan badannya bersandar di tembok. Kemudian membuka matanya dan menegakkan duduknya. "Bahannya masih ada di atas. Aku males ngambilnya. Sana pulang!" Farid berdiri, menaruh tangannya dalam saku jas labnya.

"Hmm.. Oke! Makasih buat hari ini!"

"Maaf, dari tadi pagi kata-kataku kasar."

Kira menengok ke Farid yang juga menatapnya.

"Hmm.. Gapapa! Aku juga makasih untuk kesempatan keduanya! Assalamu'alaikum!" Kira tak ingin berlama-lama melihat Farid. Ada rasa tak nyaman, apalagi mengingat saat boncengan di motor dengan Farid. Kira tak berani meneruskan rasa di hatinya.

"Fuuuuh.. Jangan main api, Kira! Sekarang aja kau belum mendapatkan maaf Ryan.." Kira mengingatkan logikanya kembali. Jauh di hati Kira sebenarnya merasa senang dengan sedikit perhatian Farid.

"Wa'alikumsalam."

Klek

Pintu ruang praktikum sudah di tutup oleh Kira.

"Nyonya Muda, baju labnya tak di simpan dalam loker?" Sari mengingatkan.

"Ga, Sari. Aku mau cuci malam ini. Besok supaya bersih." Kira bicara tanpa menengok, terus berjalan menyusuri tangga, masih memakai baju lab. Langit tak lagi terang, kemerahan masih ada di langit, tapi sudah semakin gelap tertutup oleh malam.

Tak ada kata yang keluar dari bibir Kira. Dia hanya terus menyusuri tangga hingga ke lantai dasar,

"Sssssshhh.." Kira berhenti berjalan sebentar dan memegang perutnya yang terasa sakit dan keram.

"Apa belum cukup kau menyiksa dirimu sendiri dengan terus berlari dan membuatmu harus menahan sakit seperti itu sekarang?" Kira menengok ke samping hall, melihat sosok seorang yang dirindukannya, berdiri bersandar di beton penyangga gedung, dengan tangan di lipat di depan dada dan pandangan lurus menatapnya.

"Ryan..."


Load failed, please RETRY

Regalos

Regalo -- Regalo recibido

    Estado de energía semanal

    Rank -- Ranking de Poder
    Stone -- Piedra de Poder

    Desbloqueo caps por lotes

    Tabla de contenidos

    Opciones de visualización

    Fondo

    Fuente

    Tamaño

    Gestión de comentarios de capítulos

    Escribe una reseña Estado de lectura: C53
    No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
    • Calidad de escritura
    • Estabilidad de las actualizaciones
    • Desarrollo de la Historia
    • Diseño de Personajes
    • Antecedentes del mundo

    La puntuación total 0.0

    ¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
    Votar con Piedra de Poder
    Rank NO.-- Clasificación PS
    Stone -- Piedra de Poder
    Denunciar contenido inapropiado
    sugerencia de error

    Reportar abuso

    Comentarios de párrafo

    Iniciar sesión