Suara besi beradu terdengar jelas, para pengawal FaHua melawan udara, bukan udara kosong karena ada beberapa benda melayang di sekitar mereka.
"Yang Mulia!" Seru Tao, ia berusaha mendekati pangerannya yang terdesak hingga dekat pohon besar, mereka diserang saat baru memasuki perbatasan hutan.
KaiLe menghadang ranting panjang yang menjulur menyerang dengan mematikan, beberapa anak buahnya yang berusaha membantunya terlempar hingga membentur pohon dan jatuh dengan keras ke atas tanah.
"Akhh!"
KaiLe tak ada persiapan, ia dan Tao tak menyangka kalau musuh mereka lebih dari yang mereka perkirakan.
"Tao! Panggil semua pengawal untuk mundur! Ekh!" Ranting panjang semakin menjulur dan berhasil menjatuhkan pedang panjang milik KaiLe hingga terhempas jatuh, saat KaiLe berusaha meraihnya lagi tangannya dililit kuat oleh ranting dan menjulur dengan cepat ke tubuhnya.
"Akh ini" KaiLe berusaha mengerahkan tenaga dalamnya dan berhasil melepaskan ranting hidup di tangan kirinya tapi ranting yang tak berhenti menjalar melilit kaki tangannya hingga naik ke atas tubuhnya dan menahannya erat di batang pohon yang besar.
Tao yang melihat dari kejauhan berusaha mendekat, ia menebas ranting yang menyerang ke arahnya dan bergegas melesat ke arah KaiLe.
"Yang Mulia!" Tao berusaha keras memotong ranting yang naik hingga ke leher KaiLe tapi ranting lainnya menahan tangannya yang memegang pedangnya, walau urat otot Tao sampai terlihat jelas mengerahkan semua tenaga yang ia miliki ia tetap tak sanggup menarik tangannya.
"Ekh Yang Mulia"
Ranting melilit leher KaiLe hingga ia kesulitan bernapas, tapi usaha Tao tidak berhenti begitu saja, tangan kirinya hampir menarik lepas ranting saat datang lagi ranting lain yang melilitnya, semua anak buah FaHua sudah dilumpuhkan, ia pertahanan terakhir yang dimiliki pangerannya, ia tak mungkin menyerah begitu saja.
"Ekh T Tao, cari bantuan" suara KaiLe tertahan, ia pasrah dengan apa yang akan terjadi padanya tapi ia tak bisa melihat Tao dan anak buahnya menderita karenanya.
Suara Tao yang berteriak masih terdengar sesaat sebelum KaiLe kehilangan kesadarannya.
"Yang mulia! Bertahanlah!"
.................
BuAn berlari memasuki ruangan istirahat putra mahkota, langsung menurunkan tubuhnya di depan YangLe yang berdiri di pinggir kolam ikannya.
"Yang Mulia, pengawal Song sudah menemukan keberadaan YuTang, ia terikat di gudang dengan kondisi hampir kehabisan darah, menurut tabib beruntung senjata tajam tidak menusuk bagian vital hingga ia hanya lemas karena kehabisan darah"
YangLe membalikkan tubuhnya, menyerahkan bungkusan berisi pelet ikan pada pelayan yang ada di sampingnya.
"Apa Pengawal Yu melihat siapa penyerangnya?"
BuAn menggeleng.
"Menurut pengawal Yu ia sedang patroli di halaman belakang hendak mendekati kamar Pangeran muda tapi mendapat serangan senjata rahasia entah dari arah mana, menurut pengawal Yu senjata kemungkinan memiliki racun yang membuat ia langsung tak sadarkan diri, menurut tabib kemungkinan senjata memang mengandung obat bius, Yang Mulia, ini, hamba sudah gagal mengamankan istana, mohon hukum hamba!" BuAn menurunkan kepalanya dalam, melihat pelan kaki YangLe yang mendekat padanya tapi tak berani mengangkat kepalanya, ia merasa gagal.
"Heh Bu, ini bukan salahmu, sebelumnya memang tidak ada yang tahu akan terjadi hal seperti ini, kau urus semua, cari mata-mata itu siapapun mereka, untuk sementara tempatkan pengawal yang banyak di depan kamar Hong, dan katakan pada pengawal Song kalau kita mungkin membutuhkan pengawal tambahan untuk istana, jangan sampai kita kecolongan untuk ke sekian kalinya"
BuAn kembali mengepalkan dua tangannya di atas kepalanya.
"Siap Yang Mulia! Hamba akan laksanakan!"
BuAn berdiri, hendak melanjutkan jalannya tapi ia berhenti, membalikkan tubuh kembali ke arah YangLe.
YangLe yang sudah duduk di kursi menikmati potongan aneka buah segar yang sudah disajikan sejak tadi oleh pelayan melirik.
"Ada apa lagi Bu?"
Bu menurunkan kepalanya.
"Maaf Yang Mulia, tapi, bagaimana dengan Putri YanKe dan dua rekannya? Mereka adalah petinggi kelompok Lotus merah, apa, Yang Mulia akan tetap menahan mereka di sini?"
YangLe memasukkan buah ke mulutnya, mengunyahnya perlahan. Gerakan tangannya lembut, ia seorang putra mahkota yang memang ditakdirkan untuk menduduki posisinya sejak lahir, sikap anggun dan tenangnya dalam segala situasi dan kondisi adalah salah satu ciri khasnya selama ini, masih muda, usia dua puluh enam tahun tapi ia bisa sudah melihat dunia dengan caranya sendiri.
"Heh putri itu menyusahkan sekali, kalau tidak memandang pangeran ke Lima aku sudah melemparnya ke penjara pusat, katakan Bu, apa yang biasanya kita lakukan pada pelaku kejahatan terhadap keluarga istana? Ia melukai NuEr dan hampir melukai Hong, aku sama sekali tidak ingin melihat wajahnya karena aku mungkin akan kalap"
BuAn menurunkan kepalanya.
"Menurut hukum negara pelaku kejahatan terhadap keluarga istana adalah hukuman mati, tanpa kompromi"
YangLe mengambil serbet membersihkan tangannya.
"Lalu, apa yang harus kita lakukan pada putri ini? Kau urus saja Bu, kau tahu apa yang harus kau lakukan"
"Tapi Yang mulia, dari keterangan awal putri YanKe, kalau mereka menemukan pangeran di kereta yang membawa budak dari suku mistis, mereka berhasil merebut budak dan mengusir para penjual budak itu, kemungkinan, para penjual budak mungkin tahu, siapa yang sudah memberikan pangeran muda pada mereka"
YangLe menurunkan kakinya yang sejak tadi disilangkan, melihat wajah BuAn lama, ia berpikir.
"Hamba berniat mengutus pengawal untuk menemukan para penjual budak yang seringkali berkeliling di ibu kota, tapi, mungkin hanya putri YanKe dan dua rekannya yang bisa mengenali mereka" lanjut BuAn.
"Kalau begitu kau utus satu orang dari dua pria rekan YanKe bersama pengawal Song, temukan penjual budak itu, lakukan apapun untuk mencari tahu siapa dalang di balik penculikan Hong, aku tidak akan memaafkan siapapun orang itu"
BuAn mengangkat kepalan tangannya sambil menurunkan kepalanya dalam.
"Siap Yang Mulia, hamba akan laksanakan"
BuAn akhirnya bergerak mundur dan keluar dari ruang peristirahatan YangLe, meninggalkan YangLe yang masih berpikir sambil mengunyah potongan buah yang masuk ke mulutnya, berpikir dengan sangat serius.