Aula Salju.
Fei berhenti di depan YangLe yang duduk di tengah ruangan dan memberi hormat.
"Hormat Yang Mulia"
YangLe mengibaskan tangannya, menunjuk ke kursi di samping meja YangLe.
"Silahkan duduk tuan muda Jie"
Fei melirik sekitarnya, di dalam ruangan di mana YangLe sudah mengumpulkan beberapa pelayan dan pengawal istana, juga ada pengawal Song dan BuAn di belakang YangLe.
"Tuan muda Jie, anda bisa ikut mendengarkan, semua ini berhubungan dengan keselamatan adik Hong"
Fei mengangguk pelan, ternyata Putra Mahkota itu tidak seburuk yang ia pikirkan, setidaknya ia tidak menyembunyikan hal yang penting menurutnya.
BuAn mengibaskan tangannya pada pelayan yang berdiri di sudut, salah satunya NuEr yang segera mendekat cepat.
"Yang Mulia"
Tak lama kemudian.
"Jadi, kalian baru keluar dua langkah dari gerbang, tapi kau melihat pangeran kecil yang dibawa orang berpakaian hitam dan tiba-tiba ada yang menarikmu dari belakang?" Ulang BuAn.
NuEr mengangguk.
"Iyah benar, hamba tidak melihat dengan jelas orang itu karena sangat cemas dengan keadaan Yang Mulia, setelah itu hamba tak sadarkan diri dan sudah bangun di dalam kereta yang bergerak"
BuAn mengelus dagunya.
"Em, dua tiga langkah dari depan gerbang, harusnya pengawal penjaga bisa melihat apa yang terjadi, kemana mereka saat kejadian?" BuAn melirik pada dua pengawal yang kebetulan berjaga di depan gerbang saat itu, keduanya yang sejak tadi gugup menurunkan lututnya hingga merebah di lantai.
"Ampuni hamba Yang Mulia, saat kejadian kami lengah, kami benar hanya menoleh sebentar hingga kehilangan Pangeran, mohon ampuni kami!"
YangLe melihat dua pengawal itu dengan mata tajam, tapi dua orang pengawal itu sudah bekerja di istana Gao bahkan saat tidak ada yang menempatinya, keduanya tidak akan bodoh dan melakukan hal yang bisa membuatnya kehilangan nyawa dengan konyol, YangLe melirik BuAn.
"Apa kalian sudah cari tahu siapa yang membuat masalah saat itu di depan gerbang?"
BuAn mengepalkan dua tangan di depan memberi hormat.
"Hormat Yang Mulia, setelah diselidiki mereka adalah dua pedagang dan petani yang sedang berlawanan arah, dan kebetulan melewati gerbang saat dua kereta mereka bertabrakan, menurut keduanya mereka sudah memeriksa kereta mereka sebelum jalan, jadi sangat aneh kalau rodanya tiba-tiba rusak di jalan dan menabrak kereta satu sama lain, dua kereta mengalami kerusakan serupa"
Mendengar cerita itu YangLe dan Fei jadi berpikir, keduanya saling melihat sejenak hingga kembali melihat beberapa pengawal dan pelayan di depan mereka, entah bagaimanapun, atau siapapun di antara para pelayan dan pengawal mungkin ada menyusup mata-mata yang mengetahui soal Hong, dan mereka mengintai dalam gelap mencari waktu yang tepat.
YangLe mengibaskan tangannya pada BuAn.
BuAn mengerti apa maksud junjungannya hingga melirik pada kepala pengawal Song agar membubarkan anak buahnya dan lainnya.
"Hamba permisi Yang Mulia" sebelum keluar pengawal Song, pengawal muda yang menjadi kepala pengawal dan juga administrasi di dalam istana Gao memberi hormat pada YangLe.
"Yah silahkan pengawal Song"
.....,.......
Di paviliun Peony.
Beberapa pelayan keluar masuk kamar sibuk melayani pangeran muda yang menghilang selama dua hari dan kembali lagi, NuMa hampir tak bisa menahan diri terharu melihat pangeran muda itu kembali dengan selamat, walau sedikit luka lecet di lutut kanannya.
"Kalian bawa lagi air panas, jangan lupa kain yang bersih" NuMa sibuk mengarahkan para pelayan kecil yang berlalu lalang, semua menurunkan lututnya mengangguk.
"Siap NuMa"
Sementara di atas dipan Hong duduk mengulurkan kakinya yang diletakkan di atas pangkuan Fei yang memberi salep pada luka di lutut Hong.
"Akh sakit kak, pelan-pelan"
Sun berdiri di samping dipan menundukkan kepalanya sesekali tersunguk, ia sangat tak tega melihat luka di tubuh pangerannya yang mulus.
"Kakak Sun Hong tidak apa-apa, sudah jangan menangis lagi, nanti Hong tidak mau ditemani Kak Sun lagi yah"
Sun langsung menurunkan tubuhnya berlutut.
"Jangan Yang Mulia tolong jangan usir Sun, ems" Sun menghapus air matanya cepat.
"Hamba tidak akan menangis lagi, hamba kuat"
Hong terkekeh melihat tingkah Sun, FeiEr tahu Hong senang sekali menggoda orang lain.
"Adik kau ini"
Fei meniup luka lecet yang sudah diberi obat, Hong yang melihat wajah Fei saat itu tanpa sadar tersenyum sendiri, ia mungkin tidak ingat siapa FeiEr sebenarnya, tapi hatinya tidak bisa menipunya, ia merasa sangat nyaman setiap kali tangan Fei menyentuhnya, membersihkan lukanya, membelai rambutnya, tuan muda di depannya tidak mungkin orang asing, ia sangat mempercayainya dengan sepenuh hati.
"Lain kali adik tidak boleh gegabah yah, tidak aman keluar dari istana saat ini, entah siapa yang berbuat jahat pada adik lagi, kak Fei dan Yang Mulia putra mahkota sangat mencemaskanmu hingga bisa melakukan apapun untuk menemukanmu, tapi, bagaimana kalau kami sampai tidak bisa menemukan adik lagi, kami, bisa gila dik"
Hong mengembungkan mulutnya, menyesal dengan apa yang sudah ia lakukan.
"Maafkan Hong kak, Hong hanya ingin melihat sebentar keluar karena katanya pemandangan di luar lebih jelas, tapi Hong tidak berniat pergi kok, kakak harus percaya sama adik"
Fei mengerutkan dahinya,
"Hanya melihat? Kenapa tidak lihat dari dalam halaman rumah saja, apa bedanya dengan di luar gerbang?"
Hong berpikir.
"Em, kata pengawal pemandangan di luar lebih jelas, Hong hanya keluar sebentar kok kak"
"Pengawal? Pengawal mana yang memberitahumu?"
"Em pengawal, eh Hong tidak kenal kak, pengawal kecil yang jaga di dekat halaman belakang, Hong tidak ingat namanya he, banyak sekali pengawalnya" Hong menggaruk kepala belakangnya.
"Yah sudah apa yang dia katakan? Saat ini semua cerita adik penting, walau detail sekecil apapun karena siapa tahu orangnya masih ada dalam istana, dan kita tidak bisa waspada kalau tidak tahu siapa orang yang mungkin jadi mata-mata dalam istana"
"Mata-mata? Maksudnya, orang yang berniat jahat yah kak?" Tanya Hong polos, Fei mengangguk.
"Iyah, adik tahu Khan kakak Putra Mahkotamu itu banyak musuh, jadi kita harus ekstra hati-hati, orang-orang itu mungkin akan kembali dan melukai Putra Mahkota melalui adik lagi lain waktu, kita tidak bisa biarkan itu terjadi lagi dik"
Hong melihat Fei dengan mata besar, ia memegang lengan baju Fei erat.
"Benar kak? Jadi, menurut kakak penjahat itu memang bisa jadi ada di istana? Emm, jadi bisa saja kak Yang dalam bahaya yah?"
Fei mengangguk, dari raut wajahnya yang serius membuat Hong jadi agak takut, ia harus mulai serius memikirkannya, Hong berpikir hingga matanya berputar.
"Emm jadi, Hong ke halaman waktu itu, dan tanpa sengaja mendengar obrolan pengawal kecil, katanya ada festival layangan di tengah kota, semua orang bisa melihatnya dengan gratis, lalu Hong bertanya dan pengawal itu bilang kalau Hong mungkin bisa melihatnya dengan lebih jelas dari luar gerbang, Hong pikir tidak akan masalah, hanya keluar sebentar saja khan kak"
Fei berpikir.
"Em, lalu, di mana pengawal Yu saat Hong keluar istana?"
Mendengar pertanyaan itu Hong jadi berpikir.
"Em kak Yu, em, Kak Yu kemana yah? Hong juga tidak melihatnya sejak kemarin"
#########