Di pedalaman hutan arwah, di mana udara masih sangat segar, matahari yang bersinar malu dari balik lebatnya pepohonan, suara hewan segala bentuk dan rupa yang asik bermain di sekitar pohon dengan akar hidup yang menjalar menaungi mereka, di mana derasnya air kali kecil yang mengelilingi goa besar terdengar begitu jelas membawa semua benda kecil seperti daun kering yang jatuh mengambang hingga jauh ke hilir.
Jauh di balik pohon yang lebat dan hampir tak terlihat pintu masuknya, di dalam goa besar yang cukup terang dengan banyak lubang besar di atas langit yang tertutup tanaman jalar.
Beberapa orang, entah itu wanita atau pria duduk melihat Fei dan DaHuang dari jarak sangat dekat, mereka memakai topeng berbagai bentuk hewan yang aneh menutupi wajah mereka, celingak-celinguk melihat, bahkan sesekali menyentuh pakaian Fei dan DaHuang serta hampir menyentuh kulit wajah Fei yang putih seandainya DaHuang tidak menggertakkan giginya.
"Jauhkan tanganmu dari tuan muda!" serunya galak, keduanya digiring ke sebuah tempat menyerupai perkampungan di dalam goa, entah di mana karena mereka menutup matanya saat membawa Fei dan DaHuang ke tempat itu.
Seorang yang bertubuh tinggi tegap mengenakan topeng menyerupai serigala terlihat sebagai pemimpinnya, ia yang memerintahkan orang-orang dengan beraneka bentuk ada yang tubuhnya bungkuk, ada yang kakinya pincang, ada yang tangan dan kakinya tidak seimbang, sepertinya hanya beberapa yang terlihat normal termasuk orang yang kini berdiri di depan Fei dan DaHuang, ia tersenyum, topeng hanya menutupi hingga atas hidungnya menunjukkan bibirnya yang merah yang kini tengah tersenyum lebar.
"He, jarang sekali ada tamu begini menarik di hutan Arwah, sungguh entah ini suatu keberuntungan atau justru kebalikannya, wajah menarik, kulit bersih, tubuh yang wangi, pakaian indah, bukan penduduk setempat pastinya" Orang itu hendak menyentuh wajah Fei tapi DaHuang sekali lagi mendorongnya.
"Jangan sentuh tuan muda dengan tangan kotor anda"
Sejenak semua terdiam, agak terkejut mendengar suara keras dan galak DaHuang, Fei dan DaHuang saling melirik, Fei menelan ludahnya bulat, walau orang-orang itu tidak mengikat tangan dan kaki keduanya bukan berarti mereka bisa kabur begitu saja, semua tempat ini adalah daerah kekuasaan mereka, orang itu melihat Fei dan DaHuang lama diam hingga tiba-tiba tertawa diikuti oleh yang lainnya.
"Hahahahaha"
Orang itu mengibaskan tangannya, meminta yang lain agar segera bubar, ia lalu duduk di depan Fei dan DaHuang, seorang wanita tua mendekat, siapapun bisa menebak walau ia mengenakan topeng kucing kerena tubuhnya yang agak bungkuk dan rambutnya yang putih, ia meletakkan nampan dengan ceret the yang agak usang dan tiga buah cangkir kecil di atas meja.
"Heh, maafkan kami seharusnya bisa menjamu tamu lebih baik lagi, tapi kami jarang menerima tamu di sini hingga tidak tahu apa yang seharusnya kami lakukan, ayo, kalian boleh minum" orang itu menuangkan teh ke dalam cangkir kecil yang disodorkan ke depan Fei dan DaHuang, mata DaHuang masih menatap tajam.
"Siapa yang bisa menjamin kalau anda tidak menaruh racun di dalam teh"
Orang itu baru akan meneguk tehnya dan hampir tersedak karena ucapan DaHuang.
"Buat apa aku melakukannya? Meracuni kalian? Kenapa tidak membunuh kalian saja saat ada kesempatan"
DaHuang mengarahkan pedangnya ke arah orang itu tiba-tiba membuat orang-orang sekelilingnya membalik dan siap menyerang.
"DaHuang, tenang dulu" bisik Fei menurunkan pedang DaHuang.
DaHuang masih tidak menggeser ujung pedangnya dari leher pria itu.
"Tuan muda, bagaimana kalau mereka hendak memakan kita, kita harus segera pergi dari sini"
Orang itu menahan tawanya mendengar ucapan DaHuang.
"Pfffft"
Fei mengerutkan dahinya, melihat pria yang sepertinya masih muda, mungkin sebaya dengan ia dan DaHuang, tubuhnya tinggi, bentuknya sempurna, wajahnya walau hanya terlihat hidung ke bawah tapi terlihat putih dan mulus, ia mungkin mengenakan pakaian lusuh tapi kulitnya bersih, ia bukan orang biasa, giginya putih dan rapih sangat terawat.
Fei menurunkan pedang DaHuang.
"Duduk dulu DaHuang, mereka tidak akan memakan kita, itu hanya gertakan saja, benar begitu, tuan muda?" tanya Fei.
Orang itu meluruskan bibirnya. Ia melihat Fei dengan matanya yang bening berwarna kecoklatan, diraih kembali cangkir tehnya.
"Apa, aku kurang menakutkan yah?" tanyanya.
Fei tersenyum.
"He menurut anda?"
Orang itu bangun dari duduknya, dari aba-abanya ia seperti meminta Fei dan DaHuang mengikutinya.
Tak lama kemudian, Fei dan DaHuang sudah duduk di dalam sebuah ruangan seperti kamar, goa cukup besar hingga orang-orang itu bisa membuat perkambungan kecil dengan banyak bangunan seperti rumah dan lainnya, juga ada yang bercocok tanam, beternak bahkan mengerjakan kerajinan tembikar untuk dijual guna menghasilkan uang. Setiap Fei menoleh melihat sekitarnya terlihat wajah penduduk yang kebanyakan memiliki cacat fisik, beberapa memakai topeng adalah yang sering keluar untuk berburu, sedangkan penduduk yang tinggal di dalam melakukan pekerjaan rumah tangga kadang ada yang tidak menutupi wajahnya, Fei jadi sedikit mengerti kenapa mereka tinggal di tempat seperti ini.
Fei dan DaHuang duduk dalam salah satu kamar yang cukup bagus, keduanya harus menunggu sementara orang tadi masuk ke dalam kamar kecil dan belum juga keluar, hingga tak lama terdengar suara pintu.
"Sreeet"
Seorang pemuda keluar, rambut panjang hitam, cepol dengan kain sutra berwarna kebiruan, pakaian dominan putih dan kuning tua dengan ikat pinggang berwarna coklat, wajahnya bersih dan cukup tampan, tersenyum mendekati Fei dan DaHuang yang melihatnya.
"Hah, akhirnya, bisa bertemu dengan pemuda dari dunia nyata, semua ini sungguh sangat membosankan" ia melebarkan tangannya dan duduk di depan Fei.
"Eh anda" tanya Fei.
Pemuda itu tersenyum, ia mengepalkan tangannya di depan dada.
"He maafkan soal perkenalan kita yang kurang menyenangkan, panggil saja aku AhLei, margaku Hu, dan tuan muda ini?"
Fei diam, ia tidak merasa perlu mengenalkan dirinya pada orang asing yang akan segera ditinggalkannya, untuk apa repot-repot.
"Kalau memang anda tahu anda tidak bisa menahan kami di sini, kami masih banyak urusan penting" ujar Fei dingin.
AhLei menarik tangannya, menggaruk kepalanya.
"Yah, bagaimanapun kalian sudah melanggar wilayah kami, kami tidak bisa melepaskan kalian begitu saja"
DaHuang maju, ia emosi.
"Lalu apa mau anda? Menahan kami di sini? Anda tahu siapa tuan muda kami? Apa yang akan terjadi jika anda terus menahan kami di sini, pihak istana bisa menyerbu tempat ini dan meratakan semua tempat dalam sekejab"
AhLei melirik Fei yang terdiam, dari wajah Fei memang terlihat menyimpan beban cukup berat.
#####################