Di dalam lift, Spider memeluk erat tubuh Luci.
Spider bahkan tidak memperdulikan rekaman CCTV di dalam lift itu.
Bagi Spider, dirinya itu bisa sangat percaya kepada pihak rumah sakit Medial Sky.
Pihak rumah sakit pasti tidak akan membocorkan rekaman tentang Spider yang memeluk Luci di dalam ift itu.
Sementara itu Luci kaget bukan main, karena setelah sedetik pintu lift tertutup Spider sudah menarik tubuh Luci untuk masuk ke dalam dekapannya.
Selama ini Luci tidak pernah mendapat pelukan lain kecuali dari Daniel.
Sebenarnya mantan kekasih Luci juga pernah memeluk Luci, tapi pelukan mereka dipenuhi oleh nafsu.
"Ider, apa yang –"
"Senang bisa bertemu lagi denganmu, Bee. Dan jujur aku telah merindukanmu sekian lama." Sekarang Spider melepaskan pelukannya di tubuh gadis itu.
Lagi pula pelukan Spider hanyalah sebuah bentuk kerinduan yang tak terbendung.
Selain itu Spider tidak boleh menuruti keinginannya untuk sering-sering 'menyentuh' Luci jika tidak mau sebuah 'kecelakaan' terjadi.
"Aku paham." Luci berkata singkat. "Jadi di mana kita akan berbicara?" lanjut Luci dengan kening berkerut.
"Kita bahkan belum sarapan. Jika kau mau kita bisa berbicara di kantorku." Wajah Spider dipenuhi oleh keriangan kembali.
Sekarang ini lelaki itu menggenggam erat tangan Luci. Tapi setelah beberapa detik Spider melepaskan genggamannya itu karena terlalu takut jika lepas kendali.
Saat ini saja, ketika melihat Luci tidak menujukan perlawanan saat dipeluk dan digenggem tangannya, Spider sudah berpikiran untuk 'menggarap' Luci. Pikiran itu sangat kotor tapi harfiah untuk seorang lelaki.
"Di mana kantormu? Apa jauh dari tempat ini?" Luci bertanya dengan rasa khawatir yang mulai menyelimuti.
Spider masih sangat misterius dan Luci harus sangat berhati-hati pada lelaki itu.
Belum lagi Luci tidak bisa memastikan apakah Spider itu bisa tergolong orang yang baik atau jahat.
"Tidak. Kantorku ada di lantai paling atas." Sider tersenyum dengan riang.
Suaranya sudah lembut seperti sedia kala. Sebuah suara yang bahkan bisa lebih lembut dari sebuah kapas yang baru mekar dari tempatnya.
"Apa? Apa maksdumu?" Luci tak kuasa untuk menahan keterkejutan dan juga wajah bingung yang dimilikinya.
Lihat kan, baru begini saja Spider sudah memberikan kejutan. Luci harus sangat berhati-hati kepada Spider, tapi Luci tidak akan memperlihatkan kehati-hatiannya.
"Aku memiliki kantor di rumah sakit ini," jelas Spider dengan nada penuh perhatian.
Matanya yang menjorok ke dalam itu semakin tenggelam setelah lelaki itu membuat sebuah senyum mengembang di wajahnya yang kotak dan tegas.
Luci menutup mulutnya tak percaya. Spider memiliki kantor di tempat ini?
'Jangan-jangan Spider yang menjadi dalang penculikan Hans? Tidak, sepertinya tidak. Ah, aku harus membuktikannya,' batin Luci.
"Aku – aku masih belum mengerti. Apakah kau, apakah kau – " lagi-lagi Luci tidak bisa meneruskan perkataannya.
'Apakah kau adalah orang dari Kubu Evil yang menyumbangkan dana terbesar di rumah sakit ini?' tadinya itu yang ingin Luci tanyakan.
Tapi pertanyaannya seperti menyangkut di dalam tenggorokannya sendiri tanpa bisa dikeluarkan lagi.
"Akan kujelaskan di kantor nanti. Ayo kita temui Hans dulu!"
Pintu lift terbuka otomatis. Kedua orang itu keluar dengan Luci berada di dalam tuntunan tangan Spider.
Luci belum mau berkata apa-apa, sekedar pertanyaan ringan seperti apa kau yakin atau bahkan pertanyaan yang lebih berat seperti apakah kau terlibat dalam penculikan Hans?
Seperinya itu terlalu dini untuk bertanya.
Selain itu Luci harus memastikan apakah Spider itu orang yang jahat atau orang yang baik.
Jika gadis itu sudah mengetahui jawabannya maka semuanya akan lebih mudah untuk ditelusuri kembali.
Spider dan Luci memasuki kamar Hans. Di sana, seperti biasa Hans mash terbaring dengan mata tertutup.
Beberapa minggu terakhir Hans sering sekali tidur hingga membuat Luci merasa kahwatir setengah mati.
Tapi jika sepnjang Hans tidak kritis, maka tidak masalah bagi Luci.
Luci mendekat sebentar untuk membelai rambut Hans yang sudah mulai tipis.
Enam bulan yang lalu Hans baru saja melakukan kemoterapi, jadi rambut-rambut yang tumbuh di kepala dan tubuhnya rontok saat itu.
Dan sekarang masa pemulihan sedang dilakukan.
'Kumohon bertahan dan cepatlah sembuh, Hans.' Luci berkata di dalam hati.
Setelah gadis itu membenarkan selimut yang menutupi Hans, Luci pun keluar bersama Spider.
Sebelum keluar Luci sempat melihat jaket milik Spider menggantung pada sesuatu yang berada tak jauh dari ranjang Hans.
Di dalam hatinya Luci ternyesum, ternyata Spider serius soal menggantung mantel miliknya di kamar Hans. Semoga saja mantel itu bisa melindungi Hans.
Keduanya berjalan lagi untuk menuju lift. Di dalam lift Spider masih sempat memberi sentuhan-sentuhan kecil kepada Luci yakni seperti senggolan pundak, dan genggaman tangan sebentar.
Rumah sakit itu memiliki lantai berjumlah lima lantai saja, namun karena areanya yang sangat luas, banyak kamar yang dimiliki oleh rumah sakit Medical Sky.
Pintu lift terbuka kembali. Kali ini ruangan tersebut tidak dipenuhi oleh para perawat dan dokter yang berlalu-lalang di sekitar sini.
Sebenarnya ada beberapa dokter tapi tidak banyak. Di sini yang paling banyak mendominasi itu orang-orang berkemeja putih rapi atau orang-orang berkemeja dengan motif garis-garis halus.
Ruangan Spider berada di tempat paling ujung. Dengan kata lain Luci berkesempatan untuk melewati semua ruangan di lantai itu yang berjumlah setidaknya sepuluh hingga lima belas ruangan.
Itu pun ruangan yang nampak, belum yang tidak terlihat.
Pintu ruangan Spider memiliki dua sistem pintu, yakni pintu manual dan pintu bersandi.
Dari luar pintu manual yang terbuat dari besi yang terlihat.
Lalu setelah memasuki pintu manual itu, lima langkah ke depan akan ada pintu bersandi.
Pintu itu hanya akan dibuka dengan sidik jari dan juga scanning mata Spider.
Di antara pintu manual dan pintu bersandi itu ada begitu banyak CCTV yang akan selalu bergerak kemana pun kau bergerak. Luci merasa seperti tengah ditelanjangi.
"Selamat datang, Tuan Diamond!" Suara seorang wanita yang ternyata berasal dari mesin pengunci dari pintu terdengar. Lalu setelah itu pintu pun terbuka secara otomatis.
Spider menarik tubuh Luci agar tidak terpisah darinya.
Luci pikir setelah memasuki pintu besandi tadi Luci akan menemui atau sampai di ruangan Spider, tapi ternyata tidak.
Masih banyak sandi dan halang rintang seperti sensor di tempat itu yang terlihat seperti jebakan di film-film.
Sensor itu hanya akan mati ketika Spider membuka sandinya.
Bahkan pengamanannya dilengkapi dengan tembakan pistol.
Sebuah pistol sempat meledak ketika dua orang itu baru saja membuka sebuah pintu yang baru.
Tapi Spider menenangkan Luci dengan berkata, "Jangan takut! Pistolnya memang dirancang begitu."
Sekarang ini Luci tidak kuasa untuk berjauhan dengan Spider. Gadis itu ketakutan setengah mati.
Padahal biasanya menjalankan misi sendiri untuk mengintai itu bukanlah hal yang membuat Luci bergitu takut seperti ini.
Mungkin karena mengintai itu lebih mudah daripada memasuki sebuah bangunan, apalagi jika bangunan itu dilengkapi dengan sistem pengamanan seketat ini.
Dengan semua sistem pengamanan ini Luci semakin penasaran siapa Spider yang sebenarnya.
***