Setelah mereka selesai fitting baju, undangan, dan lain sebagainya. Mereka memutuskan untuk makan malam dulu. Hitung-hitung lebih bisa mendekatkan diri satu sama lain. Terlebih untuk orangtua Dinda dan orangtua Nathan.
"Kami ini benar-benar seperti orang kampong yang bertemu dengan milyader, lho…," celetuk ayahnya Dinda. Dia yang agaknya kesulitan makan dengan menggunakan sumpit itu pun memilih makan dengan sendok, dan garpu. "Biasanya kalau orang-orang tetangga kami menikah, kita akan pergi ke penjahit sekitar, ya, kan, Bun? Beli kain kiloan dan bisa dibuat satu keluarga seperti itu. Tadi kita harus ke gedung besar sekali untuk memilih baju yang yakin harganya itu tidak murah sama sekali. Masak kami dan keluarga tidak membantu apa-apa dalam pernikahan ini, Dik?" tanya Ayah Dinda lagi.
Alan agaknya bingung, dia sendiri juga tidak tahu harus menjawabnya seperti apa. Akan tetapi, dia juga tak ingin terkesan memandang sebelah mata atau apa pun itu.