Descargar la aplicación
14.45% Istri Kesayangan Tuan Fu Yang Misterius / Chapter 25: Kamu Masih Mempunyai Aku

Capítulo 25: Kamu Masih Mempunyai Aku

Editor: Wave Literature

Wajah Shen Qian langsung suram, "Qinglan, apakah yang dikatakan Xitong benar?"

Shen Qinglan menatap Shen Xitong lekat-lekat, "Ada kata-kata yang disebut 'cinta pada pandangan pertama'. Kalau kamu tidak mengalaminya, bukan berarti orang lain juga tidak."

Tangan Shen Xitong bergetar. Dia menunjuk Shen Qinglan, masih ingin mengatakan sesuatu. Tapi Kakek Shen menyelanya, "Sudah, aku setuju dengan hal ini. Surat kependudukan juga aku yang memberikannya kepada Lanlan. Kalau kalian punya pendapat lain, katakan kepadaku."

Wajah Kakek Shen sangat tegas, pandangannya menyapu ke semua orang, terutama Chu Yunrong dan Shen Xitong.

Akhirnya Shen Junyu mengerti mengapa tadi malam Shen Qinglan berlutut di lantai. Pandangannya jatuh kepada Shen Qinglan, sorot matanya kelam.

Setelah Kakek Shen berbicara, orang yang semula hendak berkata-kata pun menutup mulutnya rapat-rapat.

Chu Yunrong menatap Shen Xitong yang wajahnya pucat, matanya suram, dan jelas tampak sangat terpukul. Dia sangat bersimpati. Matanya yang menatap Shen Qinglan pun membawa sedikit kebencian.

Chu Yunrong tentu saja tahu bahwa Shen Xitong menyukai Fu Hengyi, dan dia juga menunjukkan sikap senang terhadap hal itu. Tapi sekarang Shen Qinglan turun tangan dan merebut Fu Hengyi. Namun Shen Qinglan juga putri kandungnya sendiri, dia tidak mungkin menyuruhnya bercerai. Chu Yunrong merasa Shen Qinglan lagi-lagi memberinya masalah yang sulit.

Tidak lama kemudian Fu Hengyi keluar dari kamar pasien. Wajahnya tampak tenang. Dilihat dari ekspresinya itu, tidak ada yang bisa menebak apa yang telah dikatakan Nenek Shen kepadanya.

Selanjutnya, Shen Qian dipanggil masuk. Tetapi dia keluar dengan segera. Saat keluar dia menatap Shen Qinglan dalam-dalam, matanya memerah dan penuh dengan kesedihan.

"Mama bilang dia ingin bertemu papa dan Qinglan."

Mendengarkan perkataannya, Kakek Shen dan Shen Qinglan pun masuk ke dalam kamar. Tapi Shen Xitong memandang ke arah Fu Hengyi. Matanya penuh dengan air mata kesedihan, dia tampak sangat menyedihkan. Namun sangat jelas bahwa pandangan Fu Hengyi sama sekali tidak tertuju kepadanya. Dia hanya melihat pintu kamar pasien yang tertutup, seakan melalui pintu itu dia dapat melihat gadis dingin yang berada di dalam.

Suasana di koridor bangsal pun tenggelam ke dalam keheningan. Raut wajah Shen Qian dan Chu Yunrong sangat sedih, mengetahui kalau kali ini mungkin Nenek Shen tidak bisa bertahan lagi.

Di dalam kamar, Nenek Shen menggenggam tangan cucunya dan menatapnya dengan wajah penuh kasih sayang, "Lanlan, kamu sudah menemukan suami yang baik. Kali ini nenek benar-benar bisa tenang."

Shen Qinglan sedikit mengangkat sudut bibirnya, "Qinglan percaya dengan pandangan nenek. Kalau nenek bilang baik, maka pasti baik."

"Hanya sayang sekali, nenek tidak bisa menunggu sampai pesta pernikahan Lanlan. Lanlan pasti adalah pengantin yang paling cantik dan paling bahagia di dunia."

"Nenek, jangan bicara sembarangan. Nenek pasti akan sembuh, kemudian nenek akan melihat sendiri aku berjalan memasuki aula pernikahan."

Nenek Shen mengangkat tangannya hendak membelai wajah Shen Qinglan, tapi setelah terangkat setengah tangannya jatuh lagi dengan lemas. Shen Qinglan bergegas menangkap tangan Nenek Shen lalu menempelkan wajahnya ke sana. Sentuhan yang kasar namun hangat itu menembus air mata terdalam di hati Shen Qinglan. Matanya berkaca-kaca. Air mata yang tidak pernah menetes sejak usia lima tahun itu pun seketika pecah.

Merasakan telapak tangannya yang basah, mata Nenek Shen juga berkaca-kaca. Dia tidak rela, dia benar-benar tidak rela meninggalkan cucunya. Dia mengarahkan pandangannya kepada Kakek Shen, matanya membawa permohonan.

Kakek Shen menatap istrinya, lalu mengangguk dengan bersungguh-sungguh.

"Lanlan, dalam hidup ini kamu harus bahagia, mengerti? Kalau ada yang mengganjal dalam hatimu, jangan menahannya, kamu harus mengatakannya. Kelak Hengyi adalah keluargamu yang terdekat, kamu harus bahagia dengannya seumur hidup…" Nenek Shen mengingatkannya dengan penuh kesungguhan.

Shen Qinglan mengangguk sambil tersenyum.

"Suamiku." Nenek Shen mengulurkan tangannya kepada Kakek Shen. Kakek Shen menggenggam tangan istrinya.

"Aku di sini."

"Suamiku, maaf, aku sudah bilang kalau akan menemanimu seumur hidup dan mati bersamamu. Tapi ternyata aku melanggar janjiku."

Suara Kakek Shen bergetar, "Kalau sudah tahu begitu, aku menghukummu untuk menebusnya kepadaku di kehidupan berikutnya, bagaimana?"

Nenek Shen tersenyum, "Kamu si tua ini, benar-benar serakah. Di kehidupan ini belum cukup menindasku, masih mau melakukannya lagi di kehidupan berikutnya."

"Kamu bilang saja setuju atau tidak."

Sorot mata Nenek Shen lembut, "Baik, aku setuju. Kalau begitu kamu harus ingat untuk lebih cepat menemukanku di kehidupan berikutnya. Jangan membuatku menunggu terlalu lama."

Ada ekspresi lembut di wajah renta Kakek Shen. Dia menatap istrinya sambil tersenyum sayang, "Baik, kalau begitu kita sepakat."

"Suamiku, aku harus pergi dulu. Dulu kita berkata akan pergi berjalan-jalan di luar bersama-sama, tapi tidak pernah berhasil melakukannya. Sekarang aku sudah tidak bisa berjalan lagi, kamu harus ingat untuk melihatnya menggantikanku, kemudian katakan kepadaku apakah di luar sana indah."

"Baik." Kakek Shen menggenggam tangan istrinya dengan erat.

Pandangan Nenek Shen tertuju kepada Shen Qinglan yang menangis tanpa henti, "Lanlan, jangan menangis. Nenek hanya lelah, ingin tidur sebentar."

Shen Qinglan mengangguk dengan hati yang kacau. Ini pertama kalinya dia mengetahui, ternyata sakit hati adalah perasaan semacam ini.

Tatapan mata tidak rela Nenek Shen berhenti pada Kakek Shen dan Shen Qinglan, akhirnya dia tetap memejamkan matanya perlahan-lahan.

Air mata yang kabur mengalir dari sudut mata Kakek Shen. Dia menatap wajah damai istrinya, punggung yang tadinya tegak itu seketika membungkuk dan dalam sekejap menua lebih dari sepuluh tahun.

Sudut bibir Shen Qinglan agak bergerak, air mata sudah lama mengaburkan pandangannya.

Tidak lama kemudian, ada suara tangisan di dalam kamar. Itu adalah suara Chu Yunrong, Shen Xitong, Shen Qian…

Sekeliling tempat tidur Nenek Shen penuh dengan orang. Shen Qinglan terjepit di sudut, dia duduk di lantai dengan wajah tertegun dan tidak menyadari apa pun di sekitarnya.

Hati Fu Hengyi sakit, dia menarik Shen Qinglan berdiri dari lantai lalu memeluknya.

Setelah pulang dari rumah sakit, Shen Qinglan mengurung dirinya di dalam kamar. Siapa pun yang mengetuk pintu, tidak ada jawaban dari dalam.

Tiga hari tiga malam berlalu. Saat keluarga sibuk dengan pemakaman Nenek Shen, Shen Qinglan yang tidak mau makan dan minum juga membuat Shen Qian dan Shen Junyu sangat khawatir.

"Qinglan, buka pintu. Ini papa." Shen Qian mengetuk pintu sekali lagi, tangannya membawa baki yang di atasnya ada semangkuk bubur. Di depan pintu kamar Shen Qinglan masih ada makanan yang belum tersentuh. Dia sudah tiga hari tiga malam tidak makan dan minum.

Semua orang di rumah tidak menyangka, orang yang paling terpukul dengan meninggalnya Nenek Shen bukanlah Kakek Shen melainkan Shen Qinglan.

Kakek Shen naik dari lantai bawah, di belakangnya ada Fu Hengyi yang mengikuti. Beberapa hari ini Fu Hengyi juga ikut sibuk. Walaupun tidak mengadakan pesta pernikahan, tapi dia dan Shen Qinglan sudah membuat surat nikah. Dia adalah cucu menantu keluarga Shen yang sah. Tidak ada yang mengatakan apa pun saat dia muncul di sini.

Kakek Shen memandang Shen Qian, juga pintu kamar yang tertutup rapat. Dia pun menghela napas dalam-dalam.

"Pa."

Kakek Shen mengibaskan tangan dan melirik Fu Hengyi.

Fu Hengyi mengangguk-anggukkan kepalanya. Dia membawa kunci lalu membuka pintu secara paksa. Setelah pintu terbuka, tanpa menunggu orang di luar melihat dengan jelas, pintu pun ditutup lagi.

Di dalam kamar gelap. Fu Hengyi tidak menyalakan lampu. Setelah matanya sepenuhnya beradaptasi dengan kegelapan, dia pun menemukan Shen Qinglan yang duduk di lantai sambil memeluk lutut di samping kepala tempat tidur.

Ekspresi wajahnya hampa, pandangannya kosong. Hawa dingin di tubuhnya menjadi semakin kuat.

Fu Hengyi maju dan memeluknya dengan lembut.

"Nanti kamu masih mempunyai aku."


Load failed, please RETRY

Regalos

Regalo -- Regalo recibido

    Desbloqueo caps por lotes

    Tabla de contenidos

    Opciones de visualización

    Fondo

    Fuente

    Tamaño

    Gestión de comentarios de capítulos

    Escribe una reseña Estado de lectura: C25
    No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
    • Calidad de Traducción
    • Estabilidad de las actualizaciones
    • Desarrollo de la Historia
    • Diseño de Personajes
    • Antecedentes del mundo

    La puntuación total 0.0

    ¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
    Denunciar contenido inapropiado
    sugerencia de error

    Reportar abuso

    Comentarios de párrafo

    Iniciar sesión