"Tidak boleh. Angkat kepalamu dan beri salam kepada Paman Firman, lalu kau boleh pergi ke kamar mandi!" ujar Saga dengan tegas padanya.
Sialan, Saga! batin Stella.
Saat mendengar itu, Stella ingin membekap rapat-rapat mulut Saga, namun dia tidak melakukannya karena takut.
Jika karena Firman yang mengenalinya, Stella sudah mengangkat kepalanya sedari tadi. Apabila, dirinya mendongak sekarang, Firman pasti sudah mengenali dirinya.
Sedangkan, Saga yang melihat Stella hanya diam, Saga menunduk dan mengerutkan keningnya. Dia lalu meremas tangan Stella untuk menyadarkan wanita itu.
Stella yang merasakan sakit di pergelangan tangannya, diam, tidak bergeming.
Dia akan menahan sakit di tangannya, agar Firman tidak bisa melihat wajahnya.
"Mungkin kau masih malu dengan Paman Firman. Tapi, bagaimanapun dia adalah seseorang yang lebih tua darimu. Jangan bersikap tidak sopan seperti ini, Stella. Segera angkat kepalamu dan sapalah dia ..." Saga mengulurkan tangannya dan memegang dagu Stella, dan mendongakkan kepalanya dengan sedikit paksa.
Walaupun Stella mehannya, namun tenaganya kalah besar dengan Saga, sehingga dia mendongak dan dapat melihat Firman.
Stella yang tidak tahu harus berkata apa, hanya tersenyum canggung pada pria itu. Dirinya juga berharap Firman tidak memberitahu identitasnya pada Saga. Jika, tidak Stella tidak tahu apa yang akan Saga lakukan padanya nanti.
Sedangkan, Firman yang akhirnya melihat wajah Stella dengan jelas, matanya melotot karena terkejut, dan berkata dengan heran, "Bukankah kau De-"
Sebelum Firman selesai dengan ucapannya, terdengar suara nyaring pembawa acara dari depan sana yang meminta semua orang untuk duduk di kursinya masing-masing karena acara pelelangan akan segera dimulai.
Syukurlah, batin Sega merasa lega.
Kepanikan yang dia rasakan tadi, kini hilang.
Saga di sebelahnya yang melihat orang-orang yang duduk, segera berkata kepada Firman dengan sopan, "Paman Firman, karena acara pelelangannya akan segera dimulai, kita akan berbicara lagi setelah acara selesai."
Sedangkan, Firman masih memandang Saga dengan pandangan curiga karena memanggil Dera dengan Stella. Namun, karena menyadari acara pelelangan akan segera dimulai, Firman menganggukkan kepalanya dan berjalan ke arah pergi untuk duduk di kursi.
Melihat Firman yang akhirnya pergi, Stella menghela napas lega.
Segera setelah itu, Saga membawa Stella untuk duduk. Kemudian, saat melihat benda-benda yang akan di lelang di depan emreka, Saga berbisik pada Stella, "Stella, jika kau melihat sesuatu yang kau sukai, katakan saja padaku. Aku akan membelikannya untukmu."
"Baiklah … " ujar Stella pelan, tanpa menyadari ucapan Saga.
Dirinya masih terus memikirkan bagaimana caranya dia agar bisa menghindari Firman nanti, sehingga pria itu dan Saga tidak akan kembali berbicara.
Dia harus menyembunyikan identitasnya dari Saga.
Stella juga berfikir, jika Saga dan Firman sangat jarang sekali bertemu. Bahkan, jika mereka bertemu lagi lain kali, mungkin Firman akan segera melupakan jika pria itu pernah melihatnya.
Tapi, fokusnya saat ini adalah untuk menghentikan Saga dan Firman kembali berbicara seusai acara pelelangan.
Apa bisa? batin Stella bertanya-tanya.
Tak terasa, pelelangan sudah memasuki puncak acara. Sebuah cincin dengan berlian biru menjadi benda terakhir yang dilelang. Pembawa acara memperkenalkan cincin itu dengan antusias, "Akhir dari pelelangan malam ini adalah cincin berhiaskan berlian biru murni, dengan berat bersih 13,22 karat. Bentuk berliannya sendiri terukir secara alami, tanpa pernah dipoles siapapun."
Saat Saga melihat cincin itu, dia merasa bahwa cincin itu akan sangat cocok jika dikenakan Stella. Seolah-olah itu dibuat khusus untuknya. Dia kemudian melihat lagi jari-jari Stella yang putih dan ramping, lalu segera memutuskan untuk membeli cincin itu dan memberikannya kepada Stella.
Saga sedikit membungkuk dan berkata, "Stella, apakah kau suka cincin berlian di depan itu?"
Sedangkan, Stella yang masih sibuk memikirkan cara agar identitasnya tidak diketahui Saga, menganggukan kepalanya, tanpa tahu perkataan Saga padanya.
Untung saja, semua perhatian Saga tertuju pada cincin berlian biru di depan mereka, jika tidak, Saga pasti akan mengetahui sikap aneh Stella di sebelahnya.
Setelah pembawa acara memperkenalkan cincin berlian biru itu, dia mulai dengan membuka harga pertamanya.
"Baiklah, hadirin sekalin. Saya akan memulai dengan harga lima puluh juta!"
Setelahnya, banyak yang menawarkan dengan harga di atasnya. Hingga, penawaran menjadi semakin tinggi, dan banyak orang masih mau mempertahankan cincin berlian itu, jadi mereka mau menaikkan harga penawarannya.
Orang-orang yang menawarkan harga tinggi, beberapa adalah pengusaha dan yang lainnya adalah bangsawan.
Di antara mereka, Saga juga tidak mau menyerah, dan tidak ada niat untuk menyerah.
Firman yang melihat sikap Saga ingin mempertahankan cincin berlian itu, memandang keduanya dengan tatapan ingin tahu.
Apa cincin berlian itu untuk Dera? Hm, sepertinya hubungan antara suami dan istri mereka tidak seburuk yang dikatakan Frans padaku. Ini sungguh menarik! batin Firman.
Hingga akhirnya, Saga memenangkan pelelangan dengan memberikan harga paling tinggi di antara orang-orang di sana.
Saat terdengar palu dikti, Stella yang sedari tadi melamun, menjadi sadar dan memandangi pembawa acara di depan mereka.
Dirinya tidak tahu situasinya sama sekali, atau bahkan menyadarinya. Kemudian, dengan lugu dia bertanya kepada Saga, yang tersenyum di sebelahnya, "Apa pelelangannya sudah selesai? "
"Sudah" jawab Saga singkat.
Ha? Sudah selesai? batin Stella terkejut.
Dia tiba-tiba panik, saat menyadari belum mendapatkan ide untuk menghindari Firman. Kini, dia berpikir jika sudah terlambat bagi dirinya untuk menyembunyikan identitasnya dari Saga.
Pada saat ini, beberapa pria yang mengenakan setelan jas hitam, dipimpin oleh pemilik acara, berjalan ke arah mereka.
Saat pria itu berada di depan Saga, dia segera membungkuk dan mengulurkan tangannya yang memegang satu kotak hitam berisi cincin berlian biru pada Saga.
Saga dan Stella segera bangkit berdiri.
"Pak Saga, saya membelikan cincin berlian biru Anda" ujarnya dengan hormat.
Saga segera mengambil kotak itu dari tangannya, bahkan tidak repot-repot meliriknya, dan memasukkan kotak itu ke tangan Stella sambil berkata, "Bukalah."
Setelah mendengarkan itu, Stella menjadi penasaran tentang isi dalam kotak kecil di tangannya dan perlahan membuka kotaknya. Ketika Stella melihat isinya yang ternyata cincin berlian biru, dia sangat terkejut, dan berkata dengan nada penuh kekaguman, "Ini sangat cantik! "
Cincin itu bagi Stella sangat terlihat indah dengan kilauan berlian biru yang menyilaukan.
Saat melihat ekspresi Stella, Saga tersenyum dan merasa tidak menyesal karena telah membelikan wanita itu cincinya walaupun dengan harga ratusan juta dolar yang harus dia keluarkan. Saat melihat senyuman Stella, ratusan juta dolar itu, tidak berarti apa-apa bagi Saga.
"Pak Saga, ini kwitansinya. Tolong simpanlah." Penyelenggara acara menyerahkan kwitansi kepada Saga.
Stella melirik dan terkejut saat melihat harga yang tertulis di kertas kwitansi itu.
Sedangkan, Saga langsung menerimanya, kemudian merobek kwitansi itu menjadi beberapa bagian dan melemparkannya langsung ke tempat sampah.
Hal itu, membuat Stella dan penyelenggara acara melotot saat melihat Saga yang dengan mudahnya merobek kwitansi tadi.
"Apa kau menyukainya?" Saga tiba-tiba bertanya.
Stella terkejut sejenak, dan kemudian menyadari bahwa yang Saga maksud adalah cincin di tangannya.
Kemudian, Stella menangguk.
Dirinya memang menyukai cincin berliannya. Dia berpikir jika tidak ada wanita di dunia ini yang tidak menyukai cincin berlian yang cantik.
"Baguslah" ujar Saga sambil tersenyum.
Namun, Stella juga sangat terkejut saat Saga dengan mudahnya membelikannya barang mahal dan mewah.
Pria ini sungguh! batin Stella sambil memandangi Saga dengan pandangan takjub.
Namun, Stella tiba-tiba mengembalikan kotak berisi cincin berlian itu dan berkata, "Ini terlalu mahal, Saga. Aku tidak bisa menerimanya."