Saga tidak ingin menunggu lebih lama lagi, kemudian dia segera pergi ke ruang kerja ayahnya.
Sesampainya di sana, dia dapat melihat sosok pria paruh baya yang tengah duduk sambil membaca sesuatu di meja.
Sedangkan, Frans yang merasa ada seseorang masuk ruang kerjanya, mendongak. Dia mendengus dan menyipitkan kedua matanya saat melihat putaranya yang berdiri di depannya sambil menatapnya dengan kaku.
"Ah, kau sudah datang rupanya. Baiklah, aku langsung saja ke inti pembicaraan kita. Dera mengatakan padaku ingin bercerai darimu. Jadi, apa kau punya sesuatu yang ingin kau katakan padaku mengenai permasalah kalian, sehingga dia ingin bercerai, Saga?" ujar Frans langsung ke intinya.
Jika putranya memberitahu permasalahan mereka dan mengakui kesalahannya, dirinya tidak akan bertanya langsung dan memarahi Saga. Dia hanya terkejut saat Dera memberitahukan jika ingin bercerai dari Saga, setelah tiga tahun pernikahan mereka.
Sedangkan, Saga memikirkan surat perceraian yang diberikan Dera padanya tempo hari. Dia tidak tahu jika Dera ingin benar-benar bercerai darinya dan agak terkejut saat menerima surat perceraian kemarin.
"Jika dia ingin bercerai, maka itu keputusan yang terbaik bagi kami. Aku sudah memberitahumu tiga tahun lalu bahwa aku akan menikahi Dera, tapi jangan berpikir jika aku akan memperlakukan wanita itu dengan baik!" kata Saga dengan marah.
Frans tahu mengapa Saga begitu menolak Stella, jadi dia berkata, "Saga, karena kau telah menikahi Dera, kau bertanggung jawab juga bertanggung jawab atas Dera, belum lagi kematian ibumu ..."
"Jangan sebut-sebut soal ibuku ..." ujar Saga langsung, kemudian melanjutkan, "Aku tidak mau membahasnya."
"Kau!" Frans menjadi sangat marah karena kekeraskepalaan putarnya itu. Setelah beberapa saat, dia menghela napasnya, dan perlahan berkata, "Memangnya kenapa dengan Dera? Dia wanita baik hati dan berbakti kepada orang tua. Saat kau sibuk bekerja, dia yang merawatku dengan telaten saat aku sakit. Kakiku yang kaku menjadi lebih baik karena perawatannya, dan kau malah terlihat tidak mempedulikan ayahmu. Kau tidak tahu saja jika Dera wanita yang baik. Jika kalian bercerai, kau pasti akan menyesali kehilangan wanita sebaik Dera. "
"Hah ... " Saga mendengus, lalu tersenyum sinis, dan membalas, "Bukankah dia hanya takut kehilangan kepercayaanmu dan kehilangan kehidupan mewahnya? Wanita seperti itu sangat munafik dan menjijikkan."
"Saga!" Frans berdiri dan menggebrak mejanya dengan keras.
Sebelum Saga kembali berbicara, dia disela oleh Frans, "Bocah ini! Kau ... "
Frans dengan gemetar menunjuk ke arahnya, dengan ekspresi marah. Kemudian, dia menekan tangan kirinya dengan erat ke dadanya yang sakit, tubuhnya bergetar hebat, lalu terduduk kembali.
Saat melihat itu, Saga menjadi khawatir dengan ayahnya, dan dia berlari keluar ruangan dan berteriak memanggil Heri, "Heri, ambilkan obat Ayah. Cepat!"
Heri segera datang dengan membawa obatnya. Dia kemudian membantu Frans meminum obatnya, dan saat melihat tuannya sedikit membaik, dia menjadi lega.
Dia kemudian memandang Saga dan berkata dengan nada memohon, "Tuan,jantung Tuan Frans sedang tidak dalam kondisi sehat. Anda sebisa mungkin jangan membuatnya marah. Kondisi kesehatannya sedang tidak baik."
Saga mengerutkan kening saat mendengar ini, kemudian berkata, "Aku tahu."
Sebenarnya, Saga tidak tahu jika kondisi ayahnya sedang tidak sehat dan menjadi khawatir karenanya.
Heri menghela napasnya, berbalik dan segera meninggalkan ruangan kerja.
Frans menenangkan diri untuk beberapa saat. Setelah merasa lebih baik, dia menghela napasnya, kemudian memandang ke arah Saga yang berdiri diam, dan berkata dengan lemah, "Saga, aku tidak akan memaksamu melakukan hal lain, tetapi kau harus berjanji bahwa kau tidak akan menceraikan Dera. Itu bukan keputusan yang tepat bagi kalian."
Bagi Frans, selama mereka tidak bercerai, semuanya akan baik-baik saja.
Saga yang mendengar itu, saat akan menolak permintaan ayahnya, dia hanya diam ketika melihat satu tangan Frans yang masih memegang dadanya yang sakit.
Pada akhirnya, dia mengalah. "Aku berjanji tidak menceraikan Dera untuk saat ini."
Mendengar itu, Frans tersenyum dan merasa puas dengan keputusan putranya. Kemudian, saat kembali teringat Dera yang ada di sana, Frans ingin memberikan keduanya kesempatan untuk membicarakan masalah mereka. Jadi, dia segera berkata, "Dera tadi sudah datang dan saat ini dia ada di kamarnya. Pergilah menemuinya dan bujuklah dia. Aku berharap saat makan malam nanti, kalian sudah berbaikan."
Sedangkan Saga berpikir jika sebelumnya, selama tiga tahun pernikahan mereka, dia bahkan tidak pernah melihat ke arah Dera langsung dan berbicara langsung pada wanita itu. Sekarang, ayahnya memintanya untuk berbicara secara langsung padanya, dan itu membuatnya agak kesal.
Tapi, saat melihat kondisi lemas ayahnya, dia memaksa dirinya untuk mengangguk dan setuju.
Setelah Saga meninggalkan ruang kerja ayahnya, dia bergegas pergi ke kamar Stella.
Saat sudah berada di depan pintu, dirinya langsung mendobrak pintunya dengan kakinya.
Sedangkan, Stella yang sedang mengeringkan rambutnya dengan handuk di depan meja ria, terkejut ketika mendengar pintu didobrak dengan keras,
Saat dia hendak menoleh untuk melihat siapa orang itu, dia mendengar suara seorang pria yang dikenalinya. "Dera, kau membujuk ayahku lagi agar aku meminta maaf padamu, kan? Apa kau puas sekarang?"
Stella tidak jadi menoleh saat tahu itu adalah Saga.
Ya Tuhan! Dia ada di sini! batinnya dan menjadi panik dan dia langsung menundukkan kepalanya agar Saga tidak melihat wajahnya di depan cermin.
Tubuhnya sedikit gemetar saat kembali mengingat adegan yang dilihatnya di ruang bawah tanah dan berpikir jika dia akan disiksa seperti itu jika Saga tahu tentang identitasnya.
Jika Saga tahu, apa dia akan menyiksaku seperti menyikapi wanita itu?! batinnya.
Semakin dia berpikir seperti ini, semakin dia panik dan tidak berani menghadapi Saga atau menjawab kata-katanya, dia hanya bisa diam dan berdoa dalam hati.
Dia berharap Saga bisa mengabaikannya seperti sebelumnya dan memperlakukannya seolah-olah dia tidak ada.
Kumohon, pergilah! batinnya.
Sedangkan, Saga yang berdiri di depan pintu, dan tidak mendengar jawaban wanita itu yang bahkan tidak membalikkan badannya. Dirinya menjadi curiga.
Jadi, saga segera berjalan dan mendekat ke arah Stella.
Saat mendengar Saga yang mendekat padanya, Stella menjadi lebih panik dan jantungnya berdebar dengan keras sekarang sangking paniknya.
Hingga, Saga semakin mendekat dan berdiri tepat di belakangnya.
Bagimana ini?! Bagaimana?! Aku akan mati! batinnya.
Saga akan segera mengetahui identitasnya dan hubungan mereka. Bahkan, jika dia tidak ke kamarnya, semua orang di rumah ini tahu siapa Stella dan mereka bisa memberitahu Saga.
Sedangkan, Saga saat melihat wanita yang duduk di depannya hanya terdiam dan tidak bergerak, mengerutkan keningnya, lalu segera bertanya dengan kesal, "Dera, apa menungguku meminta maaf dan membujukmu, hah? Atau kau hanya ingin membuatku marah?"
Saat, tidak mendengar jawaban, saat Saga akan menarik rambutnya, wanita itu berbisik, "Tidak."
Stella sengaja berbisik, agar pria itu tidak mengenali suaranya.
"Tidak? Heh… Apa menurutmu aku akan percaya apa yang kau katakan?" ujar Saga yang tidak percaya.
Stella menghela napasnya, dan menjelaskan: "Saga, kita telah menikah selama tiga tahun, pernahkah kau melihat wajahku? Dulu aku berpikir jika aku menunjukkan rasa tulusku padamu, kau akan menyukaiku. Tapi, selama tiga tahun pernikahan kita, kau masih membenciku."
Setelah beberapa Saat Stella melanjutkan, "Aku sudah lelah menunggumu menyukaiku, dan aku juga tidak ingin melanjutkan pernikahan kita. Daripada terus berjuang seperti ini, lebih baik aku pergi. Aku benar-benar tidak bermaksud apa-apa padamu dan tidak menginginkan apapun darimu. Percaya atau tidak, hanya itu yang kuinginkan"
Jadi, pergilah! batin Stella.
Dia benar-benar tidak ingin berhubungan dengan Saga lagi.
Jika orang lain berkata seperti itu padanya, Saga mungkin akan mempercayainya, tetapi saat mendengar itu dari Dera, Saga tidak mau mempercainya kata-katanya.
Tiga tahun lalu, wanita itu yang membuat ayahnya berpura-pura sakit hingga ayahnya memaksanya untuk menikahinya. Sekarang, dia kesal saat wanita itu berkata ingin bercerai padanya setelah menipunya.
Namun, Saga tiba-tiba teringat seseorang saat mendengar suara Dera.
Kenapa suaranya seperti seseorang yang aku kenal? batin Saga.
Saga segera berkata, "Dera, apa kau tidak tahu sopan santun? Saat kau berbicara, kau harus menatap lawan bicaramu? Berdiri dan angkat kepalamu."
Stella yang mendengar itu kembali panik dan tubuhnya gemetar. Dia perlahan berdiri dari kursinya, kemudian berbalik menghadap Saga, namun masih menundukkan kepalanya.
"Angkat kepalamu." Saat melihat Stella yang tetap menunduk, membuat Saga menjadi lebih kesal.
Stella berdehem, kemudian berkata dengan gugup, "A-aku ... wajahku sedang berjerawat parah, dan aku jadi sedikit malu karenanya. Bukannya, aku tidak mau menatap langsung … "
Saat mendengar alasan wanita itu, kesabaran Saga telah habis. Dia kemudian langsung menjambak rambutnya dengan sangat kasar, yang membuatnya mendongakkan kepalanya dan mengerang kesakitan.
Sedangkan, Stella melotot saat dia menatap wajah Saga.