Descargar la aplicación
9.06% Pengawal Nona CEO yang Paling Setia / Chapter 38: Gadis Kecil yang Liar

Capítulo 38: Gadis Kecil yang Liar

"Dua botol bir? Apakah kamu akan meminumnya?" Erza terkejut.

"Satu orang, satu botol," jawab Tasya santai.

"Mengapa kamu suka sekali minum padahal masih muda?" tanya Erza keheranan.

"Berapa usiamu? Kamu bicara layaknya orang yang sudah sangat tua saja. Itu normal bagi anak-anak seusiaku untuk minum, oke?" Tasya juga tidak terlalu peduli dengan Erza.

Makanan pun segera disajikan. Erza mengambil segelas besar bir, sedangkan Tasya baru saja mulai minum. Sungguh menyenangkan bisa minum segelas besar bir dingin di musim kemarau seperti ini.

"Apakah orangtuamu tidak marah jika kamu minum?" tanya Erza penasaran.

"Aku tidak punya ayah. Ibuku sangat sibuk dan mengabaikanku." Ketika Tasya berbicara, tidak ada emosi di wajahnya. Tetapi, Erza bisa melihat bahwa Tasya masih merasa sedih.

"Lupakan saja, ayo minum." Mereka berdua mengobrol dengan gembira selanjutnya. Tidak butuh waktu lama bagi mereka untuk menghabiskan dua botol bir.

"Pelayan, beri aku anggur terbaik di sini!" kata Tasya pada pelayan. Erza tidak menyangka Tasya tidak bisa berhenti setelah meminum bir. Kini dia malah memesan anggur.

"Tidak, pelayan. Dia tidak bisa minum lagi." Erza berpikir bahwa jika dia dan gadis ini mabuk, itu akan merepotkan.

"Kita harus minum lagi, paman. Kenapa kamu pelit sekali?" rayu Tasya.

"Kenapa kamu memanggilku paman?" Erza merasa tidak berdaya.

"Kamu bersikap seperti seorang paman." Tasya terkekeh.

"Ya sudah." Erza khawatir jika Tasya minum terlalu banyak dan ada yang tidak beres, itu akan merepotkan.

"Asyik. Ini, aku tuangkan untukmu." Tasya dengan cepat berkata kepada Erza setelah mengisi gelasnya dengan anggur. Setelah berbicara, dia juga menuangkan untuknya, dan langsung meminumnya. Ketika dia melihat adegan ini, Erza benar-benar terkejut, bagaimana bisa ada yang minum sebanyak itu?

"Tasya…" Namun, sebelum Erza selesai berbicara, Tasya tergeletak di atas meja. Erza ketakutan, tetapi setelah memeriksanya, dia tahu bahwa tidak ada yang salah dengan Tasya. Dia hanya mabuk. Akhirnya, dia langsung membayar tagihan, lalu membantu Tasya masuk ke mobil.

"Tasya, Tasya, di mana rumahmu? Aku akan mengantarmu pulang." Erza mengguncang Tasya.

"Paman, aku masih mengantuk, biarkan aku tidur." Tapi Tasya sepertinya terlalu banyak minum.

"Apa? Lalu bagaimana ini?" Erza benar-benar ingin menangis. Tidak mungkin baginya untuk membawa Tasya bekerja. Jika itu terjadi, pasti akan menimbulkan masalah lagi.

Erza memanggil Tasya beberapa kali lagi, tetapi Tasya tidak menunjukkan reaksi apa pun yang membuat Erza benar-benar ingin menangis. Pada akhirnya, Erza membuat keputusan. Dia akan membawa Tasya ke hotel dan membiarkan gadis ini menginap di sana selama sehari. Setelah dia sadar, Erza akan mengantarnya pulang. Sejauh ini, ini adalah satu-satunya cara yang tepat. Itulah cara terbaik.

Erza tidak menyangka bahwa dia akan membawa seorang gadis berusia 16 tahun bersamanya. Saat ini dia sedang membuka kamar hotel. Ketika dia sibuk membuka kamar sambil menuntun Tasya, pelayan menatap mata aneh padanya. Namun, Erza bisa memakluminya. Dia juga tahu bahwa ini tidak wajar karena Tasya masih di bawah umur.

Usai meletakkan Tasya di tempat tidur, Erza merasa harus segera pergi dari sana. Lalu, dia bisa kembali pada malam hari untuk memeriksa keadaan gadis ini.

"Ayah, jangan pergi, jangan pergi, aku akan patuh." Namun, ketika Erza baru saja meletakkan Tasya di tempat tidur, dan ketika dia hendak keluar, tangan Tasya memeluk erat leher. Dia tampak mengeluarkan air mata. Ketika melihat hal ini, Erza tidak tahu mengapa, tapi dia memikirkan betapa kesepiannya dirinya yang juga ditinggal oleh kedua orangtuanya, mungkin seperti Tasya?

Erza tidak menampik tangan Tasya. Dia justru berbaring di sampingnya, membiarkan Tasya bersandar padanya. Pada saat yang sama, dia menelepon Lana dan Alina untuk meminta izin agar bisa tidak ke kantor hari ini. Karena masih di bawah pengaruh alkohol, Erza juga perlahan tertidur.

Entah sudah berapa lama, Erza akhirnya tersadar. Namun, tampaknya ada dua benda lembut yang bergesekan di tubuhnya. Erza perlahan membuka matanya.

"Apa ini?" Erza merasa dia sedang memegang sesuatu.

"Singkirkan tanganmu!" Tasya berteriak kencang. "Kamu bajingan!" Tasya sepertinya tidak menyangka bahwa keadaannya akan menjadi seperti ini, jadi dia langsung menangis. Erza benar-benar tidak tahu apa yang dia lakukan.

"Sialan! Kamu bajingan!" Tasya masih berteriak keras.

"Aku bajingan? Kamu yang dekat-dekat denganku." Erza sedikit tidak bisa berkata-kata, tetapi dia ingat dengan jelas bahwa pakaian Tasya masih lengkap saat dia tertidur tadi.

"Kenapa kamu tidak mau mengakuinya?" Tasya beringsut ke ujung tempat tidur.

"Apa yang aku lakukan padamu?" Erza benar-benar tercengang.

"Kamu… kamu… sudah menyentuhku," ucap Tasya sedikit ragu.

"Sepertinya tidak. Lihat dirimu. Kamu baik-baik saja." Erza berusaha tenang. Setelah Tasya mendengar kata-kata Erza, dia juga melihat ke tubuhnya dan menemukan bahwa tidak ada yang salah.

"Jika aku tidak bangun, kamu pasti sudah memerkosaku, 'kan? Laki-laki brengsek!" Tasya masih yakin bahwa Erza hendak menyerangnya tadi.

"Apa yang kamu bicarakan? Harusnya kamu bersyukur bertemu denganku. Jika kamu bertemu orang lain dalam keadaan mabuk, entah apa yang akan terjadi padamu." Erza berkata yang sebenarnya.

"Apa maksudmu? Kamu juga sama saja dengan pria lain di luar sana!" Tasya masih berusaha mengelak.

"Oke, oke, katakan saja, apa yang kamu inginkan?" Erza merasa sedikit bersalah atas apa yang baru saja terjadi. Tidak peduli apa yang terjadi, Tasya hanyalah seorang anak berusia 16 tahun, jadi dia harus mengalah.

"Kamu harus bertanggung jawab padaku. Kamu harus jadi pacarku." Tasya mengatakan kalimat itu dengan pipi merona karena malu.

"Hei, gadis kecil, jangan menggodaku. Kamu baru berumur 16 tahun. Bagaimana kamu tahu pacaran itu seperti apa, huh?" Ketika mendengar ini, Erza benar-benar tidak bisa menahan tawa.

"Bagaimana mungkin? Semua teman sekelasku punya pacar." Kini Tasya juga mengatakan yang sebenarnya.

"Tapi aku sudah menikah. Aku punya istri." Erza juga sangat tidak berdaya.

"Apa salahnya punya istri? Banyak pacar temanku yang sudah punya istri. Mereka tetap berpacaran, kok." Tasya berkata seperti itu dengan lantang. Erza memandang Tasya dengan heran. Dia tidak pernah menyangka bahwa gadis-gadis zaman sekarang begitu liar.

"Sungguh, aku tidak melakukan apa-apa. Lupakan saja. Aku akan mengantarmu pulang secepatnya. Sekarang sudah jam dua belas." Erza berusaha mengalihkan pembicaraan.

"Jika kamu tidak bertanggung jawab, aku akan berteriak ke mana-mana dan mengatakan bahwa kamu telah memerkosaku. Kamu masih tidak ingin bertanggung jawab?" Tasya mencubit pinggang Erza dengan kedua tangan.

"Ayolah." Erza sudah tidak tahan.

"Apa kamu benar-benar ingin aku berteriak?" Tasya hendak berteriak. Erza yang melihat itu hanya bisa menutupi mulut Tasya dengan tangannya. Dia tidak menyangka gadis kecil ini benar-benar akan berteriak. Jika ini benar-benar terjadi, masalahnya pasti akan menjadi runyam.

"Kalau begitu apakah kamu mau bertanggung jawab?" Tasya juga memiliki ekspresi bangga di wajahnya.

"Baiklah, aku akan bertanggung jawab, tapi kita tidak bisa langsung pacaran. Bagaimana kalau dimulai dari seorang teman, oke?" Erza merasa bahwa masalah ini bukan apa-apa, lagipula, Tasya adalah anak-anak baginya. Setelah beberapa hari, Tasya juga pasti akan melupakan hal ini.

"Oke, kita bisa mulai berteman dan pendekatan dulu sekarang. Berikan aku nomor teleponmu." Tasya tampak lebih bangga karena berhasil meluluhkan hati Erza.


Load failed, please RETRY

Regalos

Regalo -- Regalo recibido

    Estado de energía semanal

    Rank -- Ranking de Poder
    Stone -- Piedra de Poder

    Desbloqueo caps por lotes

    Tabla de contenidos

    Opciones de visualización

    Fondo

    Fuente

    Tamaño

    Gestión de comentarios de capítulos

    Escribe una reseña Estado de lectura: C38
    No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
    • Calidad de escritura
    • Estabilidad de las actualizaciones
    • Desarrollo de la Historia
    • Diseño de Personajes
    • Antecedentes del mundo

    La puntuación total 0.0

    ¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
    Votar con Piedra de Poder
    Rank NO.-- Clasificación PS
    Stone -- Piedra de Poder
    Denunciar contenido inapropiado
    sugerencia de error

    Reportar abuso

    Comentarios de párrafo

    Iniciar sesión