"Jungkook, apa yang kau lakukan disini?"
Yerin mengeluarkan keingintahuannya. Rasa penasarannya yang tiba-tiba saja membludak mempertanyakan untuk apa pria itu ke dapur. Sengaja menyusulnya atau tidak sengaja menemukannya? Atau malah memang mencarinya?
Jungkook hanya berkedik tak peduli saat Yerin menanyakan hal yang harusnya Jungkook jawab dengan cepat. Memincingkan sebelah matanya dan melipat bibirnya, jelas kentara karena lampunya sengaja Yerin nyalakan setelah mendapati ada seseorang selain dirinya.
"Minum." Jungkook menyahut kemudian meneguk beberapa teguk dari sisa yang ada digelas Yerin tanpa menuang lagi dari botol yang ada disamping Yerin. Jungkook sengaja melakukannya, sepertinya akan manis minum di gelas yang sama dengan gelas yang dipakai oleh gadis semanis Kim Yerin. Ralat; noona nya.
Sebenarnya Jungkook juga tidak tahu apa yang sedang dia lakukan. Menyusul Yerin kedapur dan berakhir meneguk segelas air dingin di gelas yang sama dengan Yerin. Lebih tepatnya sisa minum Yerin.
Tidak ada sebelumnya dalam kamus Jungkook perihal meminum air dingin ditengah malam, sejak kecil bahkan hingga dewasa sekalipun, Jungkook anti sekali dengan air dingin di malam hari, jika beruntung, Jungkook hanya akan kembali ke kamar dan meringkuk dibawah selimut karena menggigil, namun jika tidak, Jungkook akan flu dan demam jika sampai dia nekat meneguk lebih dari dua gelas. Jungkook sebenarnya lumayan sentimental dengan air kulkas, tapi sepertinya kali ini Yerin nya lebih penting daripada flu atau demam yang mungkin akan menantinya esok pagi. Ia tidak peduli.
Awalnya sungguhan Jungkook tidak berniat turun dan pergi kedapur karena nyaman sekali dengan meringkuk. Namun sempat juga merasa tak nyaman saat Yerin menangis dan mengisak dibalik punggungnya dengan setiap kata yang terucap seperti sedang mengoyak-oyak hatinya hingga tercabik-cabik dan tanpa sadar Jungkook juga merembeskan beberapa tetes air matanya hingga bantalnya sedikit lembab basah. Pilu sekali, teringin hendak merengkuh, namun ia lebih memilih untuk membiarkannya. Menahan sekuat tenaga untuk tidak berbalik dan memeluk karena dia ingin mendengar lebih lanjut tentang berisiknya isi hatinya yang terungkap. Termasuk tentang dirinya yang membuatnya sedikit banyak mengiyakan pernyataan Yerin. Tentang kedekatan yang tak disangka telah memenuhi ruang hati, kenyamanan serta sebuah harapan yang timbul begitu saja saat dirinya bersama dengan Kim Yerin.
Awalnya Jungkook sungguhan hanya menunggu Yerin kembali kekamarnya setelah 10 menit pintu kamar Yerin yang rapat tak kunjung terbuka. Khawatir jelas ada, karena banyaknya kejadian sehari semalam yang mungkin saja membuat Yerin pingsan ditengah jalan, karena jarak dari kamarnya ke dapur saja sudah menguras tenaga. Ada benak yang bergumam tak terucap, akan sesuatu yang mempertanyakan untuk apa rumah sebesar ini jika akan menyusahkan diri sendiri.
Akhirnya Jungkook menyingkap selimutnya, menyambar kausnya yang tersampir diatas nakas. Bersebelahan dengan lampu tidur yang menyala dan ponselnya yang sengaja dia matikan. Selesai Jungkook memakai kausnya, ia beranjak melangkah dengan tergesa membuka pintu, menuruni puluhan anak tangga dengan tidak sabaran hingga sampai dia anak tangga terakhir. Selanjutnya ia berlari, tidak sungguhan berlari seperti lari marathon, hanya saja langkahnya lebih cepat seperti berlari. Sambil menerka-nerka kemana kiranya Yerin pergi, dan tebakan pertamanya adalah dapur. Dapur dimana ada lemari makanan yang katanya hanya milik Kim Yerin. Jungkook pun mengambil arah kanan menuju dapur pink itu.
Tepat sekali, disanalah sekarang Jungkook berada. Bersama Kim Yerin yang sudah memalingkan muka menghindari tatapan Jungkookyang kelewat dalam. Jungkook pun menyadarinya lalu mengerjap dan mengalihkan pandangan. Bodoh! Harusnya tidak perlu menatap Yerin seintens itu, jangan tunjukkan bahwa ia mendengar semua yang Yerin katakan dibelakang punggungnya seperempat jam yang lalu.
"Noona, kau tidak kembali ke kamar? Sudah hampir jam 2, dan besok noona harus pergi ke kampus pagi sekali." ucap Jungkook panjang lebar tanpa sekali pun menggeser tungkainya.
"Pergilah dulu, aku sedang ingin disini."
[]