Descargar la aplicación
44.68% [Bukan] Bodyguard / Chapter 21: 20. Be Crazy!

Capítulo 21: 20. Be Crazy!

Sekarang Yerin pasti sudah gila. Harus berapa kali lagi gadis itu menyesali keputusannya yang sungguhan sangat bodoh dan seperti tidak memiliki lagi pedoman logika. Yerin mendengus kesal, sebal dan satu lagi; muak. Melepaskan hasratnya yang sedari tadi tertahan di sebuah kamar mandi bar yang bersyukurnya tidak pengar oleh bau alkohol yang membuat perutnya bergejolak.

Kamar mandi yang cukup bisa membuang kesan bar, namun tetap saja, cahaya biru itu tetaplah menjadi salah satu yang khas disebuah bar yang tidak ilegal. Cahaya biru yang sengaja dipasang itu, gunanya adalah untuk mencegah seseorang yang hendak memakai sabu atau semacamnya lewat suntikan di nadi atau arteri lengannya. Cahaya biru seperti itu mampu menyamarkan guratan nadi, jadi kemungkinan besar orang yang berniat nekat melakukannya, itu akan menghentikan tindakannya karena sama sekali tidak melihat jejak arterinya sendiri. Dan itu sudah sangat biasa di Abel Red. Hampir semua klub malam atau hanya sekedar bar, pasti menggunakan lampu biru di kamar mandi dan toiletnya.

Pun sekarang Yerin sudah keluar dari bilik yang tidak sempit itu. Ukuran toilet yang cukup luas untuk sebuah bar yang elit yang tidak terlalu besar. Rasanya nyaman dengan wewangian yang khas dari perisa apel hijau yang menyerbak kuat. Bersih dan terkesan selalu dibersihkan karena lantainya dan dindingnya yang putih tanpa bercak noda apapun. Jauh sekali dari kata jorok yang biasanya terpatri di setiap isi kepala tentang toilet umum.

Obsidiannya mengedar, mencari keberadaan seseorang yang semenit yang lalu meminta ijin padanya untuk ke bilik toilet pria sebentar, katanya dia juga ingin melakukan hal yang sama; buang air kecil. Namun setelah melewati putaran kelima menit pada jam dinding di toilet itu, Yerin tidak melihat tanda-tanda Jungkook akan datang atau setidaknya kembali untuk menjemputnya. Bilik yang sebelah mana maksudnya yang milik seorang pria? Baginya semua sama saja, setidaknya sampai dirinya melihat simbol pria dan wanita didepan pintu utama toilet yang rupanya terbagi menjadi dua lorong sempit.

"Haruskah aku menyusulnya masuk?" Gumam Yerin dalam pemikirannya yang mendalam. Mencari jawaban yang tepat sebelum dia sepenuhnya bertindak. Tentang normal kah dia memasuki toilet pria hanya dengan motivasi ingin menjemput temannya? Bukankah itu terdengar begitu cringe di telinga?

Tidak ada tindakan lebih jauh selain berdiri tanpa berhenti berpikir. Sedangkan isi kepalanya masih mengelak menyembunyikan betapa kesalnya Yerin sebenarnya. Melihat sendiri dengan mata kepala yang tidak rabun dengan jarak sedekat itu. Menyaksikan temannya berciuman dengan gadis lain yang sebenarnya ia tahu dia itu kekasihnya, terdengar dari beberapa kali gadis itu memanggil Jungkook dengan sebutan 'sayang'. Dan dia juga sekali mendengar Jungkook memanggil gadis itu dengan sebutan yang sama. Terlebih saat ia mendengar Jungkook melenguh terengah karena ciuman dari gadis itu berikan, sebuah ciuman yang bisa dikatakan; agresif.

Akhirnya langkahnya terayun. Berlari kecil menuju pintu bilik dan bukannya langsung menemukan sosok yang dia cari, malah Yerin menemukan sebuah cermin besar. Cermin westafel yang lumayan bisa merangkum dirinya dibalik kotak besar refleksi itu. Sesekali Yerin berhenti disana. Memantaskan diri seperti saat dia berada didalam kamarnya, namun sesaat ia langsung menyadari bahwa pakaiannya benar-benar seperti bocah berumur 10 tahun.

"Pantas saja pria tadi mengiraku sebagai adik dari Jungkook." ucap Yerin lirih. Berbincang dengan dirinya sendiri didalam cermin dan sesekali memutar badan dengan gemas. Sungguh sebenarnya itu adalah tindakan yang tidak ada faedahnya sama sekali dilakukan disebuah bar sekelas diskotik itu.

Ketenangan yang tidak bertahan lama, tepatnya setelah Yerin mendapati dua orang pria memasuki bilik toilet dengan diikuti seorang gadis yang bahkan tidak sungkan digilir bercumbu itu. Dua pria yang terlihat sangat brengsek jika dilihat dari kaca mata hatinya, namun menjadi terkesan biasa saat dia menyadari sepenuhnya dimana dia berada sekarang.

Sesi memantaskan diri didepan cermin seketika berhenti. Langkahnya beringsut melayang ke belakang, berusaha menjauhi pria yang ternyata sudah mendekati dirinya. Mulai mengikis jarak, bahkan saat punggungnya sudah menabrak tembok, pria itu masih saja gencar menghancurkan sekat yang tak terlihat. Yerin tidak bisa menyembunyikan ketakutannya sekarang, matanya nyalang menatap kosong sosok didepannya yang berhenti hanya tinggal beberapa senti saja dia menempel pada pria jangkung itu.

Ternyata tanpa Yerin sadari, sedari pertama kali pria itu memasuki area toilet, Yerin sudah menjadi incarannya. Siapa yang bisa menolak gadis cantik yang terlanjur memasuki kandang singa. Pria jangkung dengan lengan penuh tato yang mengerikan. Rambut gondrong dengan jambang tipis yang membuat Yerin bergidik sendiri. Serta bau pengar alkohol yang langsung menusuk penghidunya kala lengan pria itu mengulur pada wajahnya. Sesekali menjahili pipinya dengan jemari yang kelewat kasar itu.

Ingin rasanya Yerin berteriak, namun lidahnya mendadak kelu saat ketakutan kembali menyambangi dirinya yang sudah dikuasai kepanikan yang memuncak.

'Jungkook. Jungkook. Jungkook.'

Hanya satu kata itu yang ratusan kali sudah menggema didalam hatinya. Memanggil manggil didalam benak dan isi kepala yang menjerit memanggil sang empunya nama. Tapi, kenyatannya adalah Yerin tidak memekik apapun, apalagi berteriak. Yerin hanya sedang susah payah menahan nafas, mengatur ritme jantung, bahkan saat dirinya berada di situasi terjepit sekali pun, dia masih mengingat dan sempat berpikir; Apakah telepati benar-benar ada?

Mungkin perlu dia pura-pura pingsan untuk membuat pria yang sudah kurang ajar memegang tangannya itu untuk enyah dari hadapannya. Matanya memejam dengan air muka yang tidak bisa dikatakan baik-baik saja. Kerutan di pangkal alis yang sangat bisa menunjukkan bahwa gadis itu sangat ketakutan, namun sekali lagi gadis itu tidak mengeluarkan suara apapun.

Pun sekarang pria itu sudah terkapar dengan memegangi pangkal pahanya dengan meringis dan menahan sakit luar biasa. Tentu bukan karena seseorang datang menolongnya, bak seorang puteri yang didatangi seorang pangeran untuk menyelamatkannya. Meskipun Kim Yerin bukanlah seseorang yang baik dan pandai berkerumun, atau lebih tepatnya Yerin adalah gadis yang tidak mengenal dunia. Tapi tetap saja Yerin memiliki insting alami melindungi diri. Pun yang telah dia lakukan secara spontan adalah; menendang aset pria itu dengan lututnya. Tentu tidaklah sulit dengan jarak yang kelewat dekat itu.

Tapi setelahnya, bukannya Yerin kabur karena hendak melarikan diri, malah yang terjadi sekarang adalah Yerin yang merosot duduk kebawah. Lengannya reflek langsung memeluk lututnya sendiri, mengisak sebisanya dengan suara tercekat yang membuat lehernya seperti tercekik. Detik kemudian yang terjadi, wajahnya telah terbenam diantara lututnya. Memberikan istilah bahwa ia hanya ingin semuanya berakhir tanpa diingat. Kejadian yang tidak ia duga sama sekali. Sebuah bar dan bertemu dengan pria gila yang mencoba menggodanya, atau bahkan berniat melecehkannya.

Tapi, bukan tentang semua hal itu sekarang yang menjadi fokus pikirannya. Jungkook lah yang menjadi faktor utamanya. Perihal 'kemana pria itu? Apakah dia betulan sudah gila meninggalkannya sendiri? Di sebuah bar, oh maksudnya di kamar mandi bar?

"Jungkook-ah... Kau dimana? K-kau bilang akan selalu menjagaku. Kau bilang aku yang tidak boleh jauh-jauh darimu. Tapi kenapa sekarang kau yang meninggalkanku."

Isakan yang makin menjadi-jadi. Terdengar sesenggukan beberapa kali, suaranya pilu dan terbata-bata. Jelas sekali seperti meminta atensi siapapun yang melihatnya disana, terutama pria yang sedari tadi dia tunggu. Untuk menyelamatkannya dan membuat dirinya kembali merasa aman.

~~~

"Maafkan aku n-noona. Aku tidak bisa menjagamu seperti janjiku."

"Maafkan aku noona. Maaf..."

[]


Load failed, please RETRY

Estado de energía semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Piedra de Poder

Desbloqueo caps por lotes

Tabla de contenidos

Opciones de visualización

Fondo

Fuente

Tamaño

Gestión de comentarios de capítulos

Escribe una reseña Estado de lectura: C21
No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
  • Calidad de escritura
  • Estabilidad de las actualizaciones
  • Desarrollo de la Historia
  • Diseño de Personajes
  • Antecedentes del mundo

La puntuación total 0.0

¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
Votar con Piedra de Poder
Rank NO.-- Clasificación PS
Stone -- Piedra de Poder
Denunciar contenido inapropiado
sugerencia de error

Reportar abuso

Comentarios de párrafo

Iniciar sesión