Telinga Mihai tertunduk lemas. Ekornya tergeletak loyo di atas seprai tempat tidur. Ia menatap sedih telapak tangannya yang berada di dalam genggaman tangan Luca.
Luca menyadari aliran energi kasar yang sesekali teralir pada tangan itu. "Tenangkan dirimu. Aliran energinya menjadi kasar lagi."
Mendengar itu, telinga Mihai menunduk semakin dalam. "Luka di bahumu, karena energi ini juga, kan?"
Luca mengangguk singkat. Cakaran itu tidak akan begitu dalam jika energi ini tidak ikut berperan. Apalagi, emosi Mihai tidaklah stabil saat mereka melakukan kegiatan intim tadi, jadi wajar jika aliran energi itu tiba-tiba menjadi kasar dan tanpa sadar tersalurkan kepada Luca dan merobek kulitnya.
Mihai menggigit bagian bawah bibirnya. Telapak tangannya tanpa sadar terkepal dan aliran energi yang kasar bergerak dengan cepat hingga di ujung jarinya. Jika Luca tidak menetralkan energi itu, kulit tangannya yang masih menggenggam tangan Mihai akan robek dan mengeluarkan darah.
Terima kasih sudah membaca :)
Jika kalian bisa mendukungku lebih, silahkan beli hak istimewa atau membeli chapter dengan koin karena dengan pemasukan dari itu, aku bisa lebih yakin dan termotivasi untuk mengerahkan seluruh tenaga dan pikiranku dalam menulis. :3