Seakan masih memegang senjata untuk menghentikan pergerakan Max, tanpa pertimbangan Nathan pun kemudian memperjelas. "Lagi pula apa masalahnya jika aku dan Cherlin mengambil kesempatan di kala pertengahan siang? Toh, aku dan adik mu memang di jodohkan sedari awal, kan? Kita saling bermesraan, terlalu menikmati hingga tak sadar batas diri. Wajar saja jika aku mendapatkan anak darinya. Toh, cepat atau lambat aku akan menikahinya. Tak ada permasalahan tentang waktu untuk bisa memiliki buah hati bersama dengannya."
"Bangsat!" Max hampir saja melayangkan tangannya untuk menampar Nathan. Jika saja pria itu tak makin menantang dengan dagunya yang makin terangkat tinggi.
"Tampar saja kalau berani. Sampai beberapa kali pun aku tak mempermasalahkannya," sergap Nathan dengan telapak tangannya sendiri yang menepuk kasar sisi wajahnya yang di sediakan.