Harum aroma terapi menguar di udara. Farah sedang santai di tempat refleksi bersama putri sulungnya, Pralinka. Sang pegawai sedang memijit-mijit punggungnya. Ia hanya mengenakan sehelai handuk untuk menutupi pinggulnya.
Sama halnya dengan Pralinka. Mereka sedang bersenang-senang berdua. Suami baru Farah sedang melakukan bisnis bersama kliennya di tempat lain. Ini adalah pertama kalinya Farah dan Pralinka menginjakkan kaki di Bali.
Farah merasa senang sekali. Akhirnya, ia lepas dari segala beban hidupnya. Ia tidak perlu lagi memikirkan tentang hutangnya Bisma yang menurut Mang Aji sudah bertambah lagi tiga juta rupiah.
Semoga saja Bisma bisa mengatasi hutangnya dengan kekuatannya sendiri. Farah sudah tidak tahan lagi hidup seperti itu. Ia terpaksa menjual tubuhnya sendiri demi mendapatkan uang untuk membayar hutang tersebut.