Descargar la aplicación
39.52% RE: Creator God / Chapter 149: CH.149 Eriene

Capítulo 149: CH.149 Eriene

Sudah tidak ada yang bisa menghentikan diriku atau V sama sekali. Yang kami bisa lakukan hanyalah bertarung sampai salah satu dari kami kalah. Kurasa aku sudah melepaskan batasanku dan sekarang dalam keadaan penuh dengan kekuatan dewi sudah tidak bisa ditangani lagi. Hal ini tidak akan aku sia-siakan supaya jangan sampai aku kalah darinya.

"Heafore."

Sebilah pedangku yaitu Etaribun sudah kutarik dari sarungnya. Belum pernah sama sekali aku melawan apa pun dan siapa pun dengan pedang ini. Dengan mantra sihir Heafore, maka pedangku ini menyerap sinar surgawi dan membuat dampak serangannya lebih besar.

"Sihir apalagi yang kau kembangkan ratu Kioku di tengah-tengah perang seperti ini? Kurasa sampai sekarang kau harus mengandalkan sihir baru ya?"

"Tidak perlu banyak bertanya kepadaku dan berbicara denganku. Kita hanya perlu menyelesaikan semuanya ini."

"Baiklah, baiklah. Kau ingin main pedang seperti suamimu? Aku teladeni."

Dia menciptakan sebilah pedang saja sama seperti pedang yang jumlahnya ribuan tadi. Jujur saja kalau bukan dilindungi kedua pasang sayap yang muncul dari kekuatan dewi ini mungkin aku dan Koshiyu sudah mati tercabik-cabik oleh ribuan pedang.

Gerakan kami sangat cepat di atas udara, seperti sedang menari saja. Pedang kami saling menahan serangan satu sama lain. Bunyi nyaring bentrokan dua pedang sampai membuat telingaku berdengung. Suaranya memang sangat memekikkan.

"Hoo permainan pedang ratu Kioku bagus juga."

"Diam kau!! Igna."

Sihir dasar yang sifatnya sama seperti mantra sihir Eksepurosion, tetapi ini lebih fokus ke dampak serangannya yang sifatnya ofensif. Tentu saja sihir kecil seperti ini tidak ada efeknya sama sekali untuk penyihir seperti dia.

"Apa harus terburu-buru seperti itu untuk memenangkan perang ini? Kenapa kita tidak berdamai saja?"

"Berdamai dengan Imperial Arkness yang sudah merusak segalanya? Mimpi!"

Serangan demi serangan kulontarkan entah dengan pedang atau sihir. Namun yang aku bisa lihat dampaknya sama sekali nihil. Bahkan V tidak terlihat lelah atau pun terluka sedikit pun. Goresan pun tidak ada padanya.

Sedangkan aku, menggunakan mana dalam jumlah sebanyak ini sangatlah membuatku kelelahan dengan cepat. Kapasitas manaku ketika sudah berubah menjadi dewi tidak ada batasnya. Namun bukan berarti aku bisa menggunakan sihir sesukaku.

"Sudahlah, tidak perlu kau melawanku lagi. Sampai kapan pun kau tidak akan menang. Kiatemat."

Kalau tadi tiba-tiba muncul pedang, sekarang entah dari mana muncul sebuah meteor yang sangat besar di langit dan sudah bersiap untuk menghantam dunia ini. Spontan saja aku langsung mengambil tindakan preventif.

"Sialan!! Seca Limi Relaise."

Batasan pertama adalah batasan untuk bisa menggunakan kekuatan dewi tanpa menyebabkan banyak kerusakan. Namun ketika batasan kedua sudah dilepaskan, secara otomatis aku akan mendapat setengah dari kekuatan penuh dewiku.

"Uaaaaa!!!"

Sihir normalnya dikerahkan satu per satu, tetapi dengan kondisiku sekarang sesuatu yang normal sudah tidak berjalan lagi. Banyak sihir yang berbeda aku kerahkan demi menghancurkan meteor itu dan menangani agar dunia tidak hancur.

"Kawakein."

Mantra sihir Kawakein sudah tidak pernah kupakai selama berpuluh-puluh tahun. Terakhir kali aku pakai adalah ketika aku masih di desaku yang dulu. Sekarang mungkin desa itu sudah hancur menjadi puing-puing tanpa ada satu pun yang tinggal.

Walau memakan waktu dan energi, tetapi aku terus saja menyerang meteor itu sampai akhirnya hancur berkeping-keping. Namun karena hal ini tubuhku menjadi merasakan rasa sakit yang luar biasa. Ini juga karena beban yang ditanggung oleh tubuh manusia terhadap kekuatan dewi adalah kecil sekali.

"Uarghh!!"

Kontrol akan sihirku tiba-tiba menghilang begitu saja, sihir LeFiera yang masih aktif menjadi non aktif. Dalam kondisi yang tidak stabil itu, aku juga tidak bisa mengepakkan sayapku untuk terbang. Akhirnya ketika selisihku dengan tanah hanya tersisa satu meter saja, sihir LeFiera kembali aktif.

"Hah… hah… hah…."

"Hahahaha, lihat seberapa lemahnya dirimu ini ratu Kioku. Menyedihkan."

Apa memang benar aku tidak akan bisa menang melawan V dan akhirnya dunia akan hancur olehnya? Sudah tidak ada lagikah hal yang bisa aku tangani untuk menahan rencana jahatnya itu? Apa aku… harus menyerah?

[Sebegitunya kah kau akan menyerah dalam keputusasaan?]

Begitu suara itu terngiang dalam otakku, aku tiba-tiba sudah berada di alam bawah sadarku. Di depanku berdiri sebuah sosok yang dulunya aku takuti, tetapi sekarang sudah menjadi jati diriku yang aku terima.

"Sebenarnya… aku tidak ingin menyerah sama sekali. Namun apa dayanya diriku yang lemah ini. Aku bahkan tidak bisa menang melawannya."

"Kalau begitu apa kau akan berdiam diri tanpa berusaha lebih keras lagi?"

Berjuang lebih keras? Dalam keadaan aku sudah kesakitan karena beban dari kekuatan dewi yang aku pakai? Kurasa mentalku sudah hancur dan tidak akan sanggup menahan beban yang lebih berat daripada yang ini.

"Mau bagaimana lagi… awalnya aku berpikir bahwa aku akan sanggup melawannya, tetapi fakta sudah menyatakannya. Aku memang lemah."

"Jadi pilihanmu adalah menyerah? Setelah semuanya ini kau tidak akan mempertahankan semua hal berharga dalam hidupmu? Suamimu, anak-anakmu, teman-temanmu, semua orang yang mengagumimu?"

Sangat jelas bagiku kalau aku menyerah maka nyawa semua orang akan musnah karena diriku sudah tidak sanggup untuk menahan serangan dari V itu. Namun tubuh dan perasaanku tidak berjalan searah, tubuhku berkehendak menyerah sedangkan perasaanku ingin berjuang.

Aku sudah kehilangan arah ke mana aku harus berjalan lagi. Cahaya harapan dalamku sudah kehilangan energinya dan menjadi redup. Diriku sudah mulai terdiam tidak bisa melakukan apa pun untuk memperjuangkan yang berharga untukku.

"Aku…."

"Hah~ ini adalah pilihan terakhirmu, apa kau mau memberiku tubuhmu agar aku yang bertarung untukmu? Aku tidak janji bahwa kau akan bisa mengambil alih tubuhmu lagi, tetapi kemenangan pasti akan terjadi."

Hal itu sudah kupahami, bahwa ketika Allergeia mengambil alih tubuhku, maka aku tidak akan bisa menguasai tubuhku sendiri lagi. Istilah lainnya aku bertukar tempat dengan Allergeia. Mungkin saja dia akan memberontak dan membunuh semua orang.

"Tawaran yang bagus, tetapi aku masih ingin berjuang sendiri."

"Kalau begitu biarkan aku membantumu."

Suara yang sangat asing untukku, tetapi membuatku merasa nostalgia di saat yang bersamaan. Aku tahu pasti itu bukan suaraku, suara Allergeia, atau bahkan suara orang yang aku kenal. Dia adalah….

"Siapa dirimu…?"

"Aku? Hmm… bisa dikatakan kepribadian keenam dirimu Kioku. Aku adalah Eriene, kepribadian lainmu yang harmonis."

Di saat yang genting seperti ini, malah muncul seorang gadis yang sangat cantik mengaku sebagai kepribadian keenam diriku ini. Kurasa memang barusan aku terbesit untuk mengharapkan semua yang ada itu harmonis tanpa ada masalah.

"Lalu apa yang kau maksudkan dengan kamu akan membantuku Eriene?"

"Sifatku sebenarnya sama dengan Allergeia yang bisa merasuki tubuhmu, bedanya aku bisa menarik diri sehingga jiwa asli Kioku bisa kembali masuk."

Secara mendadak aku mendapat cahaya harapan itu kembali walau sepercik saja. Aku selalu tidak pernah menyerah, makanya Eriene tidak pernah terbesit dan muncul dalam diriku. Sekarang ketika aku terpojokkan, maka secara tidak sadar bagian dariku itu membentuk Eriene. Itu yang bisa aku tebak secara kasaran.

"Benarkah begitu!? Lalu apa Eriene bisa melawan orang dengan sebutan V itu?"

"Aku tidak berani berkata tidak ada resiko yang Kioku tanggung, tetapi kalau Kioku berani maka kemenangan dijamin ada pasti."

"Resiko apa pun sudah pasti aku tanggung. Tolong bantu aku! Aku mohon."

"Serahkan sisanya ke aku."

Koneksi antara jiwaku dengan tubuhku langsung saja terputus di saat itu. Kekosongan jiwaku langsung diisi oleh kepribadian Eriene yang baru saja muncul. Semoga pertarungan ini berhasil kami menangkan tanpa harus mengorbankan hal lain lagi.

"V, aku bukanlah Kioku, panggil aku Eriene."

"Hah? Tunggu, apa yang baru saja terjadi?"

"Tidak perlu bertanya, yang kau ketahui selanjutnya kau akan mati di tanganku."

Eriene tanpa ragu-ragu melepaskan batasan ketiga kekuatan dewiku yang membuat seluruh kekuatan dewi aku bisa gunakan. Anehnya, Eriene tidak merasakan rasa sakit seperti yang aku rasakan. Kurasa sesuai arti namanya, harmonis dengan dewa-dewi juga manusia dalam roh dan kebahagiaan juga penuh dengan damai.

"Last Punishment."

Sebuah pedang yang sangat besar muncul begitu saja dari atas langit. Bahkan karena itu awan hitam berkumpul dan petir menyambar-nyambar. Dalam sekali serangan itu V tidak bisa menghindari dan akhirnya terpukul mundur begitu jauh.

Eriene tidak memberi kendor sedetik pun, V langsung saja dia kejar dan menghabisinya dan membunuhnya tanpa ampun. Di saat itu aku sudah tidak paham dan bingung apa yang sebenarnya sedang terjadi. Seolah-olah semua akal sehatku menjadi kacau.

"Kioku, semua sudah selesai. Silahkan ambil alih tubuhmu."

"Baiklah, terima kasih Eriene."

Namun yang tidak terduga olehku adalah ketika jiwaku kembali terikat dengan tubuhku, rasa sakit yang seharusnya dirasakan oleh Eriene malah muncul kepadaku saja. Rasanya seluruh tubuhku hancur berkeping-keping.

Di saat itu aku sudah menyadari, bahwa aliran manaku sudah rusak totalitas. Diriku yang sudah tahu akan hal ini masih saja memaksakan diri untuk kembali ke kapal dan menemui yang lain agar aku bisa dirawat oleh mereka ketika aku koma nanti.

[Kau tidak akan koma Kioku.]

'Tunggu, apa yang kau maksud Eriene?'

Aku tidak akan koma? Omong kosong sekali aku tidak akan koma setelah mengeluarkan begitu banyak dan besar kekuatan dewi. Tentu saja aku akan koma karena kelelahan total dan rasa sakit yang sudah tidak tertangani lagi.

[Aku katakan kau tidak akan koma, tetapi sesuatu yang lain.]

'Sesuatu yang lain? Sudah cepat katakan kepadaku apa yang kau maksud Eriene. Aku tidak suka bertele-tele untuk mengetahui sesuatu.'

Sifat ingin tahu dan tidak sabaran muncul dalamku saat itu. Percakapan dalam batin ini terjadi dalam perjalanan menuju kapal sambil juga menahan rasa sakit yang sangat menyiksa tubuhku dan menyebabkan perasaanku jadi ikut kacau.

[Yakin kau mau mengetahui apa yang aku maksud Kioku?]

'Sudah cepat katakan saja.'

[Kau tidak akan koma karena mengeluarkan begitu banyak kekuatan dewi, tetapi kau akan meninggal.]


Load failed, please RETRY

Estado de energía semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Piedra de Poder

Desbloqueo caps por lotes

Tabla de contenidos

Opciones de visualización

Fondo

Fuente

Tamaño

Gestión de comentarios de capítulos

Escribe una reseña Estado de lectura: C149
No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
  • Calidad de escritura
  • Estabilidad de las actualizaciones
  • Desarrollo de la Historia
  • Diseño de Personajes
  • Antecedentes del mundo

La puntuación total 0.0

¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
Votar con Piedra de Poder
Rank NO.-- Clasificación PS
Stone -- Piedra de Poder
Denunciar contenido inapropiado
sugerencia de error

Reportar abuso

Comentarios de párrafo

Iniciar sesión