Descargar la aplicación
59.15% RE: Creator God / Chapter 223: CH.223 Monster

Capítulo 223: CH.223 Monster

Karena di hari minggu aku meliburkan diri dari segala pekerjaanku, bahkan datang ke perusahaan pun sama sekali tidak, aku menjadi lebih sering menghabiskan waktuku untuk berjalan-jalan di sekitar kota ini. Feliha yang sangat aktif dan ceria juga manja itu selalu saja menarik tanganku dan Kiera saat pergi ke mana pun.

Untuk hari minggu kali ini, aku merencanakan untuk pergi ke tempat yang terbilang sangat ramai dan biasa dikunjungi oleh semua orang. Tujuan kali ini adalah taman bermain air. Feliha yang mendengar bahwa kita kali ini akan main air langsung saja bahagia sampai meloncat-loncat kegirangan. Ya… sebenarnya waktu tinggal di Terra, aku sama sekali belum pernah ke tempat yang semacam ini. Aku saja tahu ini karena mendengarkan perkataan para pegawai perusahaan.

"Papa, papa!! Apakah nanti ada perosotan yang sangat tinggi sekali!?"

"Ada kok Feliha, Feliha semangat sekali ya? Namun jangan tinggi-tinggi juga, bahaya."

"Uhhh… tapi Feliha mau di tempat yang tinggi seperti itu."

Walau begitu, belum tentu aku bisa menangani Feliha sepenuhnya. Contoh saja aku tidak bisa membiarkan Feliha melakukan yang berbahaya. Namun sampai kapan pun Feliha suka saja bersikap seperti ini ingin segalanya.

Untuk itulah Kiera ada menutupi kelemahan yang aku tidak bisa mampu hadapi. Terkadang Kiera yang ganti menasihati Feliha dan memberikan alasan paling logis untuk membuat Feliha akhirnya menurut. Terkadang aku lupa betapa sadisnya Kiera dalam ucapannya yang mengancamku sekali-kali. Hah~ ya sudahlah, aku memang tidak bisa menang dalam bicara daripada Kiera.

"Feliha sayang, yang papa maksud itu kalau di tempat tinggi seperti itu, kalau Feliha tiba-tiba jatuh kan bahaya? Feliha ingin terluka?"

"Tidak!! Namun Feliha tetap masih ingin main perosotan yang tinggi ma!!"

"Yang tinggi sedikit boleh deh, tetapi kalau yang tinggi sekali gak boleh ya? Ini juga buat kebaikan dan keaman Feliha. Kalau sakit nanti Feliha gak bisa main lagi deh."

"Fuuu, baiklah Feliha nurut saja deh sama mama."

Apa coba aku bilang, tidak ada yang bisa menang dengan Kiera kalau soal berbicara dan berdebat. Namun sebenarnya bukan hanya Feliha saja yang menantikan tempat wisata kali ini, tetapi juga aku dan Kiera. Buat Kiera, dia menantikan bisa bermain air bersama denganku dan Feliha, dan kalau buatku… tentu saja melihat pakaian renang Kiera.

Setelah memakirkan mobil, kami langsung saja masuk dan membayar tiket biaya wisata ini. Dengan lekas kami berganti ke pakaian renang dan menikmati waktu kami seharian. Terik panas matahari benar-benar membuat orang ingin berada di dalam air yang dingin dan segar. Walau begitu aku hampir lupa bahwa musim dingin tersisa beberapa bulan lagi.

Oh ya, soal pakaian renang Kiera, aku benar-benar menyukainya. Kata Kiera kemarin dia sudah membeli pakaian renang sendiri saat pergi berbelanja dengan Lala untuk mengisi stok bulanan. Ughh, harusnya aku ikut dan memilihkannya untuk Kiera, sayangnya aku harus bekerja. Namun sekarang rasa penasaranku sudah hilang, aku bahagia melihat Kiera di pakaian renangnya.

"Ishh, papa sampai sebegitunya melihati mama."

"Ehhh… gak apa kan? Lagipula papa kan dah sering melihat mama-"

"Bicara apa sih, sush, diam."

Hahahaha, melihat Kiera sesekali malu itu ternyata menyenangkan juga ya. Namun aku harus berhati-hati juga, Feliha suka banyak tanya karena penasaran. Sikap keponya bisa saja menjadi boomerang bagi diriku sendiri.

Setelah menghabiskan waktu bermain air di kolam renang anak-anak, perosotan, juga wahana-wahana yang lain, akhirnya kami mengambil waktu untuk beristirahat makan siang sebentar. Jujur, terkadang aku berpikir orang-orang yang berjualan di tempat-tempat wisata itu memang sengaja memonopoli pelanggan dengan harga yang tinggi. Katakanlah dengan jumlah uang yang sama, bisa saja pelanggan makan di restoran dengan rasa yang lebih sedap.

"Papa, karena papa bisa renang, maukah papa mengajari Feliha? Feliha tidak ingin pakai pelampung terus-terusan."

"Hmm? Kenapa tidak? Kalau pakai pelampung kan aman jadinya."

"Memang, tetapi Feliha ingin berenang seperti papa juga mama, papa dan mama terlihat hebat sekali."

Intinya sebenarnya Feliha ingin terlihat hebat juga begitu bukan? Hahaha, sebenarnya aku tidak mempermasalahkannya. Justru kalau sejak kecil begini, kemampuan bertahan hidup seperti berenang juga diperlukan. Kita tidak akan pernah tahu kejadian apa yang akan terjadi menimpa kita. Itu yang kupikirkan.

Dan baru saja aku memikirkan itu, tiba-tiba aku mendengar suara teriakan massa yang kabur dari arah Utara. Spontan saja aku langsung meminta IAI memindai apa yang sebenarnya terjadi kenapa ada keributan. Buruknya, kabar yang kudengar adalah sebuah portal tiba-tiba baru saja terbuka dan monster-monster mulai berdatangan.

Jujur aku memang bisa memburu monster dengan mudah, tetapi aku paling tidak suka dengan kemunculannya yang terlalu acak. Lama-lama kemunculannya membawa keresahan kepada masyarakat pastinya.

"Papa, papa, apa yang terjadi? Kenapa semua orang berteriak kabur?"

"Tidak apa-apa kok Feliha sayang. Kiera, tolong bawa Feliha menjauh dulu, ikuti saja arah kerumunan, aku akan mengurusi ini dulu."

"Papa, jangan tinggalkan Feliha. Feliha tidak ingin jauh dari papa, Feliha takut…."

Aku tidak bisa menyalahkan Feliha untuk merasa ketakutan sekarang. Namun aku sudah memberi tahu sebelumnya bahwa ada hal yang berbahaya untuk dilakukan, dan mendekati monster tanpa bisa melawan adalah salah satunya. Kabur itu memang tindakan pengecut, tetapi seseorang seharusnya tahu mana yang batasannya, dan mana yang melampaui batasan.

Untuk kasus ini, aku tidak bisa bertarung sambil melindungi Feliha dan Kiera sekaligus. Bukannya aku ingin mengatakan mereka menjadi beban, tetapi aku ragu akan kemampuanku menjaga mereka aman selagi melawan monster-monster. Oh ya aku lupa, segala macam jenis monster tertarik pada manusia, terlebih lagi perempuan dan anak-anak.

"Feliha, ini keadaan bahaya, jadi papa mohon Feliha pergi dari sini dulu ya dengan mama. Kalau dengan mama, pasti aman kok, papa ja-"

"Papa, awas!!!"

Baru saja aku terfokus melihat ke arah Feliha dan menjelaskan situasi ini, tiba-tiba aku terlempar jauh oleh pukulan dari senjata sisi halus milik monster kelas Orc. Untung karena peringatan Feliha, aku sempat mengaktifkan sihir pelindung yang mengurangi dampak dari serangan Orc itu.

Jujur aku langsung saja kesal dan mengamuk karena kejadian itu. Orc itu melihat Kiera dan Feliha dengan mata yang penuh hasrat dan mulut yang berliur. Sekejap saja aku berlari dan menebas kepala Orc itu dengan Etalibun yang kusimpan di kalung peninggalan masa hidup Kioku.

"Feliha, Kiera, kalian diam saja di sini ya. Biar papa lindungi kalian, tempat ini sudah menjadi medan pertarungan."

Satu demi satu aku menebas setiap monster yang mendekat. Namun saat itu aku belum menyadari bahwa portal monster yang kali ini berbeda dengan yang biasanya aku temui. Wajarnya, portal ini menyambung ke suatu dungeon yang isinya monster-monster kelas tinggi berada dengan pemimpin setiap kelas monster pun ada.

Aku tidak mengatakan aku tidak bisa menanganinya, hanya saja ini terbilang berat karena banyak yang harus kutangani sendirian. Lagi juga, aku bertarung dengan celana renang saja, bagian tubuh atasku terbuka total. Jadi biasanya yang aku masih bisa bertarung bebas dengan cara apa pun menjadi menahan diri dengan pertarungan tipe semi pertahanan.

Bukan hanya diriku yang harus dilindungi, Kiera dan Feliha pun juga jadi target utama yang harus dilindungi. Karena musuh datang dari semua arah, aku menjadi menerima beberapa luka walaupun bukan luka yang begitu serius.

"Pertarungan ini terlalu sulit hanya menggunakan pedang. IAI, hitung berapa monster yang tersisa dan prediksi sihir apa yang paling efektif untuk digunakan."

"Kalkulasi saya mengatakan bahwa monster yang tersisa lebih dari 200 yang normal, 50 lebih yang evolusi, 20 lebih yang tingkat tinggi, dan beberapa monster tingkat pemimpin. Sihir yang paling tepat adalah Fisimora."

Ahh benar juga, termasuk ide yang bagus dan efektif. Fisimora adalah sihir yang dulu pernah dipakai oleh salah satu dari Imperial Arkness di dunia Kimino. Singkatnya Fisimora adalah sihir untuk memanggil pedang dalam jumlah yang diinginkan dan bisa dikendalikan oleh semacam telekenesis. Dengan ini, anggap saja satu sihir ini bernilai beberapa orang tergantung jumlah pedang yang dikendalikan.

Namun kelemahan dari pedang ini adalah kurang fleksibel dan susah dikendalikan. Katakan saja untuk menggunakan sihir ini, otak pengguna diharuskan untuk terbagi menjadi berapa banyak pedang yang dikendalikan. Semakin banyak pedangnya, semakin sulit dikendalikan, semakin lemah juga serangan yang dihasilkan.

"Wuaa, pedang banyak bergerak sendiri!! Mama, apakah papa menggunakan sihir yang mama sering cerita itu untuk Feliha?"

"Benar sayang, itu adalah salah satu sihir yang papa miliki, keren bukan?"

"Keren!! Tetapi Feliha masih takut… papa sejak tadi menggantikan kita menerima luka dan merasa sakit. Apa papa baik-baik saja…?"

Yang beginian pun tetap membuat Feliha khawatir ya? Kalau begitu aku harus menjadi figur yang lebih kuat di mata Feliha. Sekejap aku membunuh semua monster yang ada dengan kemampuan sihirku walau aku menahannya. Namun karena kelelahan menggunakan sihir dan tidak bisa menahan sakit yang dari luka yang kuterima, aku ambruk di situ.

Tentu saja Feliha dan Kiera langsung berlari mendapatkanku dan membantuku menepi untuk beristirahat dengan benar. Tiba-tiba Kiera menggunakan sihir penyembuhan padaku dan badanku terasa lebih ringan dan membaik. Aku hampir lupa bahwa Kiera juga bisa menggunakan sihir karena efek dariku juga. Berarti bisa dianggap Kiera itu dewi bukan?

"Papa… papa baik-baik saja bukan!? Feliha takut kalau papa terluka parah dan Feliha kehilangan papa, uuu…."

"Jangan menangis Feliha sayang, papa tidak akan kalah dengan mudah kok. Lihat ini, papa baik-baik saja karena mama menyembuhkan papa. Kan?"

"Benarkah papa tidak apa-apa…?"

Ughh, Feliha yang ceria dan manja saja membuatku senang, tetapi Feliha yang perhatian sampai menangis buatku membuatku terlebih lagi senang. Siapa sangka Feliha akan sebegitu khawatir dan sedih kalau ada yang terjadi kepadaku.

"Tidak apa-apa kok!! Papa lebih kuat dari semua monster yang ada!!"


Load failed, please RETRY

Estado de energía semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Piedra de Poder

Desbloqueo caps por lotes

Tabla de contenidos

Opciones de visualización

Fondo

Fuente

Tamaño

Gestión de comentarios de capítulos

Escribe una reseña Estado de lectura: C223
No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
  • Calidad de escritura
  • Estabilidad de las actualizaciones
  • Desarrollo de la Historia
  • Diseño de Personajes
  • Antecedentes del mundo

La puntuación total 0.0

¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
Votar con Piedra de Poder
Rank NO.-- Clasificación PS
Stone -- Piedra de Poder
Denunciar contenido inapropiado
sugerencia de error

Reportar abuso

Comentarios de párrafo

Iniciar sesión