"Ardy, mau pulang nggak?"
Ardy noleh setelah Erza megang tangannya lembut banget, wajah Ardy yang hampir seharian ini nyebelin itu sekarang kentara tegang. Apa Erza denger apa yang mereka obrolin? Nggak juga, tapi Erza denger apa yang Hendri bilang tadi.
"O-oh? I-iya Za, a-ayo." Ardy buru-buru berdiri dan genggam tangan Erza yang semula ada di atas tangannya.
Telapak tangan Ardy dingin, Erza sedikit meremat-remat tangannya yang digenggam Ardy dan dia dibawa ke tempat parkir. Gerak-gerik Ardy ini terkesan tergesah-gesah dan panik dan entah kenapa Ardy yang biasanya bisa cepet menormalkan diri itu seolah lupa hal yang biasa dia lakuin itu. Ardy kalut, Ardy nggak bisa mikir jernih lagi karena dia ketakutan. Ardy memang pernah bilang bahwa dia nggak takut mengumbar kedekatannya sama Erza, tapi untuk mengungkapkan yang sebenarnya pada Erza dan reaksi apa yang terimajinasi dipikirannya bikin Ardy takut.
"Ardy—"