Descargar la aplicación

Capítulo 37: Basah Kuyup

Kiki berpikir bahwa dia tidak peduli tentang kata 'Ibu' lagi dalam hidupnya, tetapi ketika Karina muncul di depannya, dia masih ... tidak bisa menahannya.

Ternyata dia juga masih mendambakan cinta seorang Ibu.

Tapi sekarang, di dalam hatinya, rasanya seperti dia terkena air hujan yang deras…

Benar-benar tidak tergambarkan.

Kiki tidak tahu sudah berapa lama dia duduk di sana. Pelayan itu sudah dua kali di sana, dan diam-diam mundur ketika melihat situasi mereka berdua ...

Sampai hari berubah gelap, Kiki masih berjalan terhuyung-huyung. Ada hujan gerimis yang turun dari langit, di bawah lampu jalan dan ukurannya setebal jarum tipis.

Dia mendongak, membiarkan hujan deras menerpa wajahnya...

Kiki berjalan tanpa tujuan, dan dia sama sekali tidak peduli jika kakinya lelah. Darahnya seolah tumbah berceceran bersamaan dengan air hujan. Darah merah tua itu tumpah tidak beraturan...

Hujan semakin besar dan besar, jatuh menetes cepat dari langit seperti kacang-kacang yang dituang dalam waktu bersamaan ... Langit suram, dan bahkan lampu di malam hari tidak bisa menerangi jalannya.

Akhirnya, Kiki berjongkok dan memeluk lututnya. Tubuhnya gemetaran hebat...

Kata-kata Mai terus terngiang-ngiang di benaknya, 'Kiki, kau tidak berbeda seperti Ibumu-sama-sama jalang!'

Kiki tersenyum linglung ... Jika memang sama, seberapa baik dia harus bersikap? Agar dia tidak akan terluka lagi.

Ternyata wanita yang melahirkannya itu tidak pernah mencintainya.

Wanita itu datang kepadanya sekarang, hanya karena takut kalau Kiki akan merusak kebahagiaannya...

Sekujur tubuh Kiki membeku seperti es. Dia memeluk dirinya sendiri dengan erat, tetapi sama sekali tidak bisa merasakan kehangatan.

Kiki bisa mendengar ponselnya berdering dan terus berdering, tetapi dia tidak ingin mengangkatnya ...

Setelah sekian lama, tidak ada suara dari ponsel.

Dia berlutut, kelopak matanya terbuka ... Pakaian di tubuhnya sudah lama basah kuyup karena air hujan.

Sebuah mobil sport hitam tiba-tiba mengerem di sampingnya, dan orang di dalam mobil membuka pintu dan melompat ke luar. Tanpa payung, mereka berjalan ke arahnya dengan cepat...

Ezra mengulurkan tangannya dan menengadahkan wajah Kiki. Dia bisa melihat wajah pucat Kiki, seolah-olah tidak ada darah yang mengalir di sana.

Pria itu mengulurkan tangan, dan menepuk pipinya, "Kiki..."

Kiki tidak menanggapi, dan Ezra menepuk pipinya dua kali lagi. Kali ini cukup kuat untuk membuat wajahnya agak memerah.

Barulah saat itu, Kiki tersadar dalam kondisi wajah yang sudah basah. Bulu matanya juga bergetar hebat.

Dia hanya menatap Ezra seperti itu. Bibirnya gemetar dan dia tidak berbicara untuk waktu yang lama.

Mata Ezra menatapnya lekat-lekat. Dia memeluknya dan mengajaknya duduk di kursi belakang mobil. Setelah menyalakan pemanas, Erza segera melepas baju Kiki … semuanya.

Ezra duduk, meletakkan tubuh Kiki di pelukannya, dan menarik handuk untuk mengeringkan tubuh gadis itu dengan hati-hati.

Ketika Ezra melakukan semua ini, Kiki tidak menolak. Gadis itu seolah sudah kehilangan kesadarannya. Dia membiarkan Ezra melakukan semua ini ... tetapi sorot matanya penuh dengan kekosongan.

Ezra tidak bertanya apapun. Dia mengulurkan tangan dan mulai membuka kancing bajunya, satu per satu...

Setelah melepas bajunya, Erza memakaikan kemeja itu di tubuh Kiki, lalu memasang kancingnya. Suaranya agak pelan ketika berkata, "Aku akan membawamu ke rumah sakit."

Sial, tubuh gadis itu tadi sangat dingin, tapi sekarang, suhunya menjadi sangat panas…

Gadis dalam pelukannya meronta-ronta. Namun pada akhirnya, dia tidak memiliki kekuatan dan menjadi lemas dalam pelukannya. Mata Kiki akhirnya bertemu dengannya dengan Ezra, dan suaranya serak, "Aku tidak mau..."

Ezra menatapnya selama dua detik, lalu mengambil ponselnya dan memutar nomor Gilang, "Hubungi pimpinan Rumah Sakit S agar ke Apartemen X, segera."

Di sana, Gilang melihat ke arah ponselnya. Tidak salah, ternyata benar-benar Ezra yang menghubunginya.

Gilang segera menghubungi pimpinan RS yang malang itu. Pimpinan RS mendengar kalau Ezra membutuhkan bantuannya, dan bergegas menuju Apartemen X.

Ezra mengambil selimut, dan membalut tubuh Kiki. Dia mengusap kepala mungil gadis itu, dan melangkah ke kursi pengemudi depan.

Saat ini, dia bertelanjang dada, dan Kiki mengenakan kemejanya, terbungkus selimut dan meringkuk di kursi belakang...

Setelah satu abad berlalu, dia akhirnya memarkir mobilnya di depan pintu Apartemen X.

Dengan hati-hati, Ezra memeluknya dan pergi ke lantai atas. Dia langsung pergi ke kamar mandi, dan mengisi air hangat di bak mandi.

Kiki mungkin menyadari sesuatu dan ingin melepaskan diri, tetapi Ezra memeluknya sedikit erat. Suaranya parau dan kasar, "Diamlah!"

Kiki berusaha menenangkan diri. Dia menatapnya dengan mata terbelalak.

Ezra melepas selimut di tubuh Kiki dan melemparkannya ke samping, diikuti oleh kemejanya.

Ketika jarinya menyentuh tombol air, tubuh Kiki gemetar tidak nyaman. Suaranya pecah, "Aku ... bisa melakukannya sendiri."

Namun, Ezra tampak marah, dan dengan kuat menarik kancingnya, menahannya dengan satu telapak tangan.

Jantungnya berdebar panas. Wajah Ezra menjadi semakin sulit untuk dilihat. Dia memegangnya dengan satu tangan, dan melepaskan ikat pinggangnya dengan tangan yang lain ... Ezra pertama-tama duduk di air hangat, dan kemudian dia mendudukkan Kiki di pelukannya. .

Air hangat itu terasa sangat nyaman. Kiki awalnya tidak merasa nyaman, tapi kemudian perlahan-lahan menjadi tenang. Dia berbaring dengan tenang di pelukan Ezra ... seperti binatang kecil yang tidak memiliki tempat tinggal.

Ezra menatapnya, menelan semua yang ingin dia tanyakan.

Kiki berbaring di pelukannya. Gadis itu sangat tenang, tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Jari kelingking Ezra ada di pundaknya.

Dengan wajah menyamping di pelukannya, nafas yang dia embuskan hanya mengenai area sensitifnya.

Tubuh Ezra masih berdenyut-denyut, menekankan telapak tangannya yang besar di pinggang Kiki...

Tapi dia hanya bisa bersikap seperti itu, tidak peduli seberapa ingin dia melakukan lebih.

Pada saat ini, bel pintu berbunyi, dan Kiki mendongak, mengawasi apa yang terjadi dengan mata yang berkunang-kunang. Tatapan mata Erza masih terfokus padanya, dan Kiki merasa agak tidak nyaman. Maka dari itu, Erza berdeham kecil, "Aku akan berpakaian."

Dia berdiri dengan hati-hati, mengenakan jubah mandi dan pergi untuk membuka pintu.

Pimpinan sebuah Rumah Sakit masuk dengan gemetar dan menyeka air hujan dari wajahnya, "Tuan Erza, ada masalah apa??"

"Di dalam!" Nada suara Ezra ringan, membiarkan orang masuk dan berjalan ke kamar tidur utama sendirian.

Pimpinan Rumah Sakit juga mengikuti dan mengganti sepatunya dengan hati-hati.

Kiki berbaring miring, memejamkan mata, dan terbalut di dalam selimut awan putih, hanya setengah bagian dari wajahnya yang terlihat.

Pimpinan Rumah Sakit itu tetap kebingungan. Dia terkejut dengan kecantikan Kiki.

"Dia kehujanan. Mungkin dia demam." Mata Ezra tertuju pada Pimpinan Rumah Sakit Heru, dan Pimpinan Rumah Sakit Heru tidak berani bertanya lagi, "Mari kita ukur suhu tubuhnya dulu."

Ezra pun mengukur suhu Kiki. Tapi hasilnya masih saja membuat dia terkejut. Saat ini, suhu tubuh Kiki mencapai 39 derajat.

"Mari kita suntik untuk menurunkan demamnya dulu. Setelah itu minumkan obatnya untuk melihat kondisinya malam ini. Jika tidak segera turun, aku akan memeriksanya lagi besok." Pimpinan Rumah Sakit Heru menyarankan.

Ezra tidak mengatakan apa-apa. Pimpinan Rumah Sakit Heru mengeluarkan jarum antipiretik dari kotak obat yang dibawanya. Ezra duduk di tempat tidur dan menggulung satu sisi lengan baju Kiki. Lengan yang terbuka itu terlihat menggoda. Pimpinan Rumah Sakit Heru tidak bisa menahan diri, dan dia mulai menyuntik Kiki.

Saat ini, Kiki baru saja membuka matanya. Tiba-tiba dia melihat jarum, tipis dan runcing, di depan matanya.

"Aku tidak ingin disuntik." Begitu dia berbalik, tubuhnya terkubur di pelukan Ezra. Tangan kecilnya memeluk pinggang pria itu dengan erat.


Load failed, please RETRY

Regalos

Regalo -- Regalo recibido

    Estado de energía semanal

    Rank -- Ranking de Poder
    Stone -- Piedra de Poder

    Desbloqueo caps por lotes

    Tabla de contenidos

    Opciones de visualización

    Fondo

    Fuente

    Tamaño

    Gestión de comentarios de capítulos

    Escribe una reseña Estado de lectura: C37
    No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
    • Calidad de escritura
    • Estabilidad de las actualizaciones
    • Desarrollo de la Historia
    • Diseño de Personajes
    • Antecedentes del mundo

    La puntuación total 0.0

    ¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
    Votar con Piedra de Poder
    Rank NO.-- Clasificación PS
    Stone -- Piedra de Poder
    Denunciar contenido inapropiado
    sugerencia de error

    Reportar abuso

    Comentarios de párrafo

    Iniciar sesión