“Anginnya keras.”
Ralin merapatkan hoodie putih yang dipakainya, memasang tudung untuk melindungi kepalanya dari terpaan angin pantai yang keras, dan membawa percikan hujan ke arahnya. Ia dan Yuga tengah berada di suatu café tepi pantai dekat teluk Mangata. Mereka telah menempati meja yang jauh dari beranda yang rentan oleh angin dan hujan, namun angin yang keras tetap saja menerbangkan butiran hujan sesekali hingga mengenai mereka.
Suasana pantai lengang, begitu pula dengan café tempat mereka nongkrong berdua. Ralin menyesap cokelat panasnya pelan-pelan, menikmati hangat yang terasa di telapak tangannya yang menggenggam mug. Yuga memakan es krim cokelat yang dipesannya dengan antusias, dengan mata sibuk mengawasi sekitar atau memeriksa ponselnya.
“Sudah bilang ke mama?” tanya Yuga tiba-tiba.