“Rumah itu, seperti pengingat semua hal buruk di masa lalu.”
Tiga pasang mata menatap sosok Harris yang duduk di sofa tunggal berwarna putih gading. Ralin duduk di sebelah Yuga, sedikit menyandarkan punggungnya, agar tak bertatap langsung dengan sosok papanya. Donna duduk di seberang mereka, sesekali meliriknya dengan cemas. Mereka tengah duduk di ruang keluarga di lantai dua, membahas semua kejadian yang terjadi pagi itu sesuai tuntutan Yuga.
“Papa hanya ingin bebas dari semua beban di masa lalu. Setiap melihat rumah itu, semua pikiran negatif datang kembali dan menghantui tak hanya Papa, tapi kamu juga Ralin. Kapan terakhir kalinya kamu mau menginjakkan kaki di rumah itu?” Harris menatap ke arah Ralin, yang memilih memandang lekat-lekat permukaan meja kaca di depannya. “Rumah itu tak akan ditempati lagi. Membiarkannya kosong hanya akan membuatnya rusak, tak bisa setiap hari dirawat dan dibersihkan.”