Descargar la aplicación
3.33% Adikku yang manis : Mau ditampar, Tapi Sayang / Chapter 14: Minuman Terenak

Capítulo 14: Minuman Terenak

"Kemarilah, kalau begitu! Jangan bengong saja!" Andre memanggil Nayla, dan berjalan ke arah paviliun tersebut.

Nayla segera berlari mengikutinya dengan senang hati.

Selama beberapa menit kemudian, mereka pun bermain petak umpet di sekitar pavilun dan area kosong tersebut. Untungnya Nayla sudah mengerti bagaimana cara bermain petak umpet sehingga Andre tidak perlu menjelaskannya.

Setelah puas bermain petak umpet, Andre memutuskan untuk mengajak Nayla berkeliling ke sekolahnya dan melihat-lihat. Mereka mengunjungi berbagai macam tempat, seperti gym olahraga, lapangan sepak bola, ruang seni, perpustakaan dan kantin, yang paling membuat Nayla tertarik.

Pada akhirnya Andre menyisihkan sebagian uang sakunya untuk membelikan beberapa makanan jajan untuk Nayla, yang membuatnya sangat bahagia. Mereka pun kembali berjalan-jalan, dan tidak butuh waktu lama bagi Nayla untuk menghabiskan jajannya.

Saat mereka sampai di taman sekolah dan menikmati pemandangan di sekitar, tiba-tiba Nayla bersin.

"Apakah kau kedinginan?" Andre menoleh ke arah Nayla dan bertanya dengan cemas padanya. memang, hari masih cukup pagi dan saat itu udaranya terasa cukup dingin karena sedang musim hujan.

Wajah gadis kecil itu merona merah. Hidungnya juga terlihat agak merah karena kedinginan, tetapi sebuah senyum yang lebar terpampang di wajahnya.

Senyuman itu adalah senyuman terindah yang pernah Andre lihat dari Nayla sejak dia datang ke rumahnya kemarin di bawah tuntunan ibunya.

Selama beberapa saat, Andre hanya bisa tercengang.

"Tidak, aku tidak kedinginan." Nayla menggeleng dan menjawab Andre dengan tegas. Andre tersadar dan kembali bertanya pada Nayla.

"Apa kau benar-benar tidak kedinginan?" Andre terkejut setelah mendengar ucapan Nayla. Dia meremas tangan kecil Nayla sambil mengerutkan keningnya dengan cemas dan berkata: "Tanganmu terasa sangat dingin. Baiklah, kau tunggu dulu di sini sebentar, oke?"

"Kemana kakak mau pergi? Kakak? Kakak!!" Nayla terkejut saat melihat Andre yang berbalik dengan cepat dan berlari menyusuri jalan setapak yang mereka lewati bersama sebelumnya. Dia mencoba berteriak ke arah Andre untuk menghentikannya.

Namun, sosok Andre menghilang di ujung jalan dalam sekejap.

Dia meninggalkan Nayla sendirian di taman kosong yang tadinya penuh dengan tawa. Nayla hanya bisa berdiri diam dengan perasaan hampa, dan tiba-tiba kesunyian di sekitarnya terasa semakin tajam.

"Gah-"

Seekor burung gagak mengepakkan sayapnya dan terbang di atas cabang pohon di atas kepala Nayla, dan beberapa titik air hujan dari dedaunan terjatuh ke tanah.

Kakak….

Kakak mau pergi kemana?

Apakah Kakak tidak akan kembali?

Hati Nayla tiba-tiba dipenuhi dengan kepanikan. Udara dingin di sekitarnya tiba-tiba merasuk ke pembuluh darahnya melalui ujung jari dan perlahan-lahan menyebar ke seluruh penjuru tubuhnya. Tiba-tiba potongan ingatan yang tidak bisa dijelaskan muncul di kepalanya.

"Sayangku, tunggu sebentar di sini..."

"Aku akan segera kembali..."

"Jangan berlari ke mana-mana."

Siapa yang berbicara dengannya? Kenapa mereka muncul di kepalanya? Dan kenapa mereka tidak bisa melihat sosok mereka dengan jelas.

Nayla berdiri diam di tempat. Dia merasa kakinya tertahan oleh sesuatu sehingga dia tidak bisa bergerak kemana-mana.

Dia tidak tahu berapa lama dia terjebak dalam kegelapan tersebut hingga akhirnya dia mendengar suara seseorang yang berlari mendekatinya. Dan beberapa saat kemudian akhirnya suara Andre berdering di telinganya. "Aku sudah kembali. Maaf meninggalkanmu secara tiba-tiba."

Detik berikutnya, wajah tampan Andre muncul di hadapan Nayla. Dia memegang dua gelas plastik berisi teh susu hangat di tangannya.

Nayla tiba-tiba merasa seakan-akan dia telah diselamatkan dari kegelapan dan tubuhnya yang terasa dingin berangsur-angsur mulai terasa hangat kembali.

"Ada apa? Aku sudah memintamu untuk menungguku di sini sebentar, tapi bukan berarti aku memaksamu untuk berdiri di sini dengan bengong. Lagipula, ada bangku di sebelah situ. Kenapa kau tidak duduk di sana?" Tanya Andre dengan heran dan menggandeng lengan Nayla. Dan kemudian mereka berjalan menuju bangku yang Andre tunjuk tadi dan melanjutkan ucapannya.: "Kemarilah. Aku telah membelikanmu teh susu hangat. Minumlah, dan tubuhmu akan terasa hangat dalam sekejap."

"Kakak…." Nayla memandang Andre dengan terharu. Tidak lama kemudian, air matanya mengalir turun secara tiba-tiba. Dia segera menerjang ke arah Andre dan memeluknya dengan erat.

Sementara itu Andre berjalan sambil membawa dua gelas plastik berisi teh susu, tetapi ketika Nayla menerjang ke arahnya secara tak terduga, dua gelas plastik yang dia pegang di tangannya hampir jatuh.

Dia berbalik dan memandang Nayla memeluknya dengan erat. Sejenak dia tertegun, dan pada akhirnya dia bertanya dengan ragu, "Ada apa? Kenapa kau tiba-tiba memelukku?"

Namun, Nayla tidak menjawab. Tapi sekarang dia memeluk Andre dengan lebih erat.

Andre hanya berdiri diam dan membiarkan Nayla memeluknya selama beberapa saat. Dan pada akhirnya dia bertanya lagi: "Nayla, ada apa denganmu?"

Kali ini suaranya terdengar lebih lembut ketimbang sebelumnya.

"Kakak..." Nayla memeluk Andre dengan erat, seolah-olah dia takut jika Andre akan terlepas dari pelukannya. Nayla menggeleng, dan diam-diam dia menyeka air matanya di pakaian Andre sebelum mengangkat kepalanya selama beberapa saat.

Matanya yang bulat dan besar terlihat basah.

"Ada apa? Kenapa kamu terdiam terus sepanjang waktu?" Tanya Andre dengan lembut ketika dia menatap wajah Nayla.

"Aku ... Kupikir kakakku tidak menginginkanku ..." Nayla menundukkan kepalanya dan berkata dengan suara pelan.

Andre tercengang ketika dia mendengar jawaban Nayla. Kemudian dia melihat ke bagian atas kepala Nayla dan berkata sambil menghela nafas lega: "Kenapa? Apakah menurutmu aku akan meninggalkanmu di sini dan melarikan diri?"

"Ya ..." suara Nayla terdengar sangat pelan, nyaris terdengar seperti bisikan.

"Jika aku kehilangan dirimu sekarang, bisa-bisa Ibu akan membunuhku." Andre bisa membayangkan bagaimana reaksi ibunya jika dia tahu bahwa Andre tidak mampu menjaga Nayla dengan baik. "Lagipula sekarang di rumah, status keluargamu jauh lebih tinggi dariku."

"Status keluarga?" Nayla mengangkat kepalanya. Dia menatap Andre dengan ekspresi bingung dan bertanya.

"Tidak apa-apa." Andre tersadar dan meletakkan salah satu gelas plastik berisi teh susu ke tangan Nayla dan berkata: "Peganglah, hangatkan tanganmu."

Perasaan hangat menyebar di telapak tangan Nayla dan perlahan-lahan menyebar ke seluruh tubuh.

Nayla memegang gelas teh susu tersebut dan mencium aroma wangi samar di hidungnya.

"Minumlah, jangan hanya dipegang." Andre langsung duduk di bangku dan bersandar dengan santai.

"Ya," Nayla mengangguk dan meminum teh susu itu dengan sedotan yang diberikan oleh Andre

Manisnya susu yang tercampur dengan aroma teh langsung menyebar di mulutnya, dan rasa yang kental dan lembut muncul di ujung lidahnya.

Enak sekali...

Ini adalah minuman terenak yang pernah dia minum sejak lahir

Setelah Nayla menyesap dua teguk, dia hanya memegang gelas tersebut di tangannya. Dia terlihat enggan untuk menghabiskannya.

Sebaliknya, Andre menghabiskan minumannya dalam waktu singkat. Dia melirik Nayla dan bertanya dengan santai: "Kenapa kau berhenti minum? Apakah kau tidak menyukainya?"

"Tidak." Nayla menggelengkan kepalanya. Dia menoleh ke arah Andre dan berkata dengan tegas. "Menurutku ini enak sekali."

"Kalau begitu segera habiskan. Nanti minumannya akan dingin jika kamu tidak segera meminumnya," kata Andre dengan bingung.

"Aku…" Nayla ragu-ragu sejenak dan menatap teh susu di tangannya. Akhirnya dia berkata: "Aku ingin menyimpannya. Ketika Ibu pulang nanti, aku akan memberikannya pada Ibu."


Load failed, please RETRY

Regalos

Regalo -- Regalo recibido

    Estado de energía semanal

    Rank -- Ranking de Poder
    Stone -- Piedra de Poder

    Desbloqueo caps por lotes

    Tabla de contenidos

    Opciones de visualización

    Fondo

    Fuente

    Tamaño

    Gestión de comentarios de capítulos

    Escribe una reseña Estado de lectura: C14
    No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
    • Calidad de escritura
    • Estabilidad de las actualizaciones
    • Desarrollo de la Historia
    • Diseño de Personajes
    • Antecedentes del mundo

    La puntuación total 0.0

    ¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
    Votar con Piedra de Poder
    Rank NO.-- Clasificación PS
    Stone -- Piedra de Poder
    Denunciar contenido inapropiado
    sugerencia de error

    Reportar abuso

    Comentarios de párrafo

    Iniciar sesión