Descargar la aplicación
16% It's You-You Are / Chapter 28: 28

Capítulo 28: 28

"Dibawa kemana aja sama Johnny?" Baru banget gue masuk ke dalem rumah, belum buka sepatu juga, gue udah ditembak sama pertanyaan yang dilontarin Moza. Dan sebenernya bikin gue agak bad mood juga.

"Makan doang" jawab gue sekenanya aja sambil buka sepatu lalu berjalan masuk ke dalem, lebih tepatnya menuju kamar dan mengiraukan Moza yang masih tetap berada di posisinya.

Sesampainya gue di kamar, ketika gue baru banget mau nutup pintu ada seseorang yang nahan pintunya, pas gue liat ternyata itu Moza. Dia nahan pintu kamar gue pake tangannya, dia juga menyenderkan badannya ke bingkai pintu sanbil tersenyum. "Kenapa? Ko lesu" tanya Moza.

Gue hanya menghela nafas sambil menggelengkan kepala lalu mendudukkan diri gue di kasur. Karena tak kunjung menjawab, Moza pun masuk ke kamar gue, galupa dia buka pintu kamar gue selebar mungkin untuk menghindar dari fitnah.

Moza menarik kursi belajar gue lalu dia duduk disana sambil menatap ke arah gue dengan tatapan yang penuh dengan rasa penasaran.

"Kenapa Za?" Tanya gue karena Moza terus ngeliatin gue.

"Gamau cerita?"

"Gue gatau harus cerita apaan"

"Ya apa aja, abis muka lo malah keliatan kaya yang stres gitu tauga" ucap Moza yang gue bales dengan anggukan karena setuju sama ucapannya dia. Gue bukan stres sebenernya, tapi overthinking? Entahlah.

"Gue bimgung Za." Ucap gue, karena kayanya ini emang butuh diceritain.

"Bingung kenapa?"

"Gimanaya, gue juga gatau gue bingung atau gimana. Yang jelas.. Johnny malah bikin gue agak sedikit ganyaman"

"Kenapa ko bisa? Emang dia ngajak ngobrol apasi sebenernya? Sampe harus nyulik lo segala"

"Itu dia! Dia ngajakin gue jauh-jauh cuman untuk sekedar bahas masalah gue yang lagi jadi trending gosip di sekolah. Dia sih bilangnya karena merasa bersalah, soalnya biang masalahnya itu kan dia. Ya gue sebenernya gapapa kan.. karena ya selagi gue gadisentuh gue gamasalah.."

"Lalu?"

"Iyaa.. Johnny kaya maksa gitu kalau pengen ngelindungin gue. Gue udah bilang gabutuh itu, tapi Johnny tetep maksa. Gue bingung harus gimana lagi, jadinya yaudah gue iya iyain aja biar cepet"

"Terus yang bikin lo bete apa? Bukannya bagus ya? Dengan Johnny kasih perlindungan ke lo kaya gitu lo gaakan diomongin lagi bukan?" Ucap Moza yang sebenernya emang ada benernya juga. Tapi bukan itu yang jadi problem gue saat ini.

"Kenapa? Ko diem?" Lanjut Moza lagi.

"Gue kayanya lebih ke takut deh Za.."

"Takut kenapa? Apa yang lo takutin?"

"Gue takut kalau Johnny beneran minta tolong ke temennya, bukannya orang-orang berhenti ngomongin gue. Yang ada mereka malah menggila.. gimana kalau sampe ada yang nyentuh gue?"

Denger rentetan kalimat yang diucapkan sama gue, tersenyum. Dia tersenyum seraya meraih satu tangan gue untuk digenggamnya sama dia, "Bi.. lo tu overthinking banget sih"

"Gue juga ngiranya begitu, ini gue overthinking aja. Tapi Za"

"Kenapa?"

"Ini lo ngapain megangin tangan gue" celetuk gue sambil nunjuk tangan Moza yang lagi mengurung pergelangan tangan kanan gue.

"ya gapapa.. emang gaboleh gue megang tangan lo?"

"Ya gapapasi.." bales gue yang bikin Moza terkekeh.

"Nih ya Bi, kan tadi lo sendiri juga bilang kalau lo overthinking. Lo gausah khawatirin apa-apa.. justru harusnya lo itu merasa aman karena ya ada orang yang bakal mantau lo, jagain lo. Iyakan?"

"Gatau Za, gue takut aja.."

"Gausa takut. Niat Johnny baik.. harusnya lo berterima kasih. Karena Johnny masih mau tanggung jawab, toh juga kan yang nyebabin ini semua tu Johnny" saut Moza meyakinkan gue.

Well, Moza bener. Harusnya gue ga perlu gelisah kaya gini, harusnya gue berterima kasih sama Johnny karena mau cape-cape ngelakuin sesuatu hanya karena gue.

"Ngomong-ngomong Za.."

"Hm?"

"Gue bete sama lo.."

"Kenapa? Salah gue apaan emang? Perasaan gue ga ngapa-ngapain" ujar Moza yang keliatan agak panik sekaligus agak kaget juga. Kayanya dia takut salah ngomong.

"Lo tadi kenapa malah ngasih izin Johnny si? Lo kan mau ngajak gue pergi" keluh gue sambil menunjukkan raut wajah sedih yang dibuat-buat. Sementara Moza seketika langsung nunjukin senyuman lebarnya seraya beranjak dari duduk lalu ngulurin tangannya ke hadapan gue, gue pun cuman natap uluran tangannya Moza bingung.

"Kenapa?" Tanya gue.

"Ayo. Mumpung belum terlalu malem, kita cari jajanan"

--

Moza beneran ngajak gue cari jajanan. Tapi karena berhubung gue lagi pengen pisang keju, jadinya Moza ngajakin gue makan pisang keju di pinggir jalanan Dago bawah. Disana banyak pedagang yang jual jagung, mie rebus, pisang keju juga. Sama kaya di Lembang, tapi ini versi mininya, karena jongkonya gaterlalu besar.

Thanks to Moza, karena mood gue mendadak jadi naik lagi. Gue banyak ketawa waktu pergi sama dia, gakaya tadi sore. Kerasanya kaya banyak beban banget gue. Canda beban.

Pokonya Moza bikin gue enjoy, bahkan saat kita pulang pun gue masih dibikin ketawa sama dia.

"Thanks ya Za.. makasih banget lo udah bikin gue seneng." Ucap gue setelah turun dari motornya.

"Sama-sama.. sorry ya, gue cuman bisa ngajakin makan di pinggir jalan kaya gitu. Abisannya lo cuman pengen pisang keju doang"

"Pisang keju juga bikin gue seneng... sekali lagi makasih ya"

--

Senyuman gue ga luntur-luntur sedari tadi. Sehabis nganterin Bianca pulang tadi, sepanjang jalan sampe akhirnya gue ada dirumah, senyuman di wajah gue ini masih terpampang nyata. Bahkan karena gue ga berenti senyum, mamah sampe ke heranan sendiri "Moza kamu kenapasih? Daritadi senyum-senyum terus. Jangan-jangan kesambet ya?" Begitu kata mamah.

Gue yang ditanya begitu milih gajawab, gue cuman senyum aja sambil ngecup pipinya mamah lalu kabur ke kamar.

Sebegitu di kamar, gue langsung merebahkan diri gue diatas kasur sambil menatap langit-langit kamar. Lagi-lagi gue kembali tersenyum mengingat kejadian tadi.

"Makasih banget John. Lo udah bikin Bianca Bete, dengan begitu gue bikin dia bahagia walaupun cuman sebentar" gumam gue.

--

Tok

Tok

"Masuk aja!" Ucap gue dari dalem kamar. Galama setelahnya pintu kamar gue kebuka dan ternyata itu Aksa.

Dia dateng sambil bawa guling kesayangannya terus dengan gatau dirinya malah menjatuhkan diri di atas kasur gue, lebih tepatnya disamping gue.

"Ngapain si lo?" Tanya gue dengan nada yang risih.

"Tidur. Gue malem ini tidur sama lo ya Bi" saut Aksa yang sebelumnya sempet mejemin matanya. Tapi dia buka lagi matanya lamu menatap gue dengan tatapan yang memohon.

"Ih gamau! Sana tidur dikamar sendiri"

"Malem ini doang, Gue juga sekalian pengen ngobrol..."

"Ngobrol apaan?"


Load failed, please RETRY

Regalos

Regalo -- Regalo recibido

    Estado de energía semanal

    Rank -- Ranking de Poder
    Stone -- Piedra de Poder

    Desbloqueo caps por lotes

    Tabla de contenidos

    Opciones de visualización

    Fondo

    Fuente

    Tamaño

    Gestión de comentarios de capítulos

    Escribe una reseña Estado de lectura: C28
    No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
    • Calidad de escritura
    • Estabilidad de las actualizaciones
    • Desarrollo de la Historia
    • Diseño de Personajes
    • Antecedentes del mundo

    La puntuación total 0.0

    ¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
    Votar con Piedra de Poder
    Rank NO.-- Clasificación PS
    Stone -- Piedra de Poder
    Denunciar contenido inapropiado
    sugerencia de error

    Reportar abuso

    Comentarios de párrafo

    Iniciar sesión