Wali kelas kami masuk ke ruangan dan menjelaskan lebih detail soal kabar mengenai Akbar dan bagaimana kronologinya. Rupanya keluarga dari Akbar langsung menghubungi pihak sekolah pukul 7 pagi tadi, dan menyampaikan kabar duka itu. Uang sumbangan segera dikumpulkan dari seluruh warga SMA Teladan, termasuk guru-guru dan juru bersih.
Berita ini, tentu saja mengguncang kami, 2 minggu lagi ujian nasional akan di laksanakan, tapi kami harus kehilangan kawan kami yang berharga di masa-masa seperti ini. Terkutuklah pelaku tabrak lari sialan itu! Tanpa ba bi bu, kami sekelas langsung membereskan barang kami ke dalam tas dan segera pergi ke rumah duka, siapa yang ingin ikut ke rumah duka, diperbolehkan. Dan terkusus kelas kami, hari ini diizinkan libur.
"Kak Raya!" Dimas meraih pergelangan tanganku saat aku sedang celingukan, bingung mau pergi dengan siapa ke rumah duka dengan air mata yang masih terus mengalir. Iya, aku masih menangis, begitu pula semua siswa perempuan sekelasku.